Pasar Tanah Abang
Pasar Tanah Abang atau Pasar Sabtu dibangun oleh Justinus Vinck pada 30 Agustus 1735. Justinus Vinck menirikan Pasar Tanah Abang Pasar atas ijin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. Ijin yang diberikan saat itu untuk Pasar Tanah Abang adalah untuk berjualan tekstil serta barang kelontong dan hanya buka setiap hari Sabtu. Oleh karena itu, pasar ini disebut Pasar Sabtu. Pasar ini mampu menyaingi Pasar Senen (Welter Vreden) yang sudah lebih dulu maju.
Pada tahun 1940 terjadi pembantaian warga Cina dan Pasar Tanah Abang terbakar. Pada tahun 1881, Pasar Tanah Abang kembali dibangun dan yang tadinya dibuka pada hari Sabtu, ditambah hari Rabu, sehingga Pasar Tanah Abang dibuka 2 kali seminggu. Bangunan Pasar pada mulanya sangat sederhana ,terdiri dari dinding bambu dan papan serta atap rumbia dari 229 papan dan 139 petak bambu.. Pasar Tanah Abang terus mengalami perbaikan hingga akhir abad ke-19 dan bagian lantainya mulai dikeraskan dengan pondasi adukan. Pada tahun 1913, Pasar Tanah Abang kembali diperbaiki. Pada tahun 1926, pemerintah Batavia mulai melakukan pembangunan secara permanen. Bangunan pasar mulai dibentuk dari 3 los panjang dengan dinding bata dan beratap genting.
Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Ditempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar Tanah Abang.
Pasar Tanah Abang dibangun menjadi 3 lantai yang terdiri dari 4 blok dan ruangan berAC saat Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin memimpin Jakarta pada tahun 1972.