Injil Yohanes adalah salah satu kitab yang terdapat di Perjanjian Baru. Kitab yang termasuk dalam rangkaian Injil kanonik ini memiliki gaya dan struktur yang membuatnya unik dan berbeda dengan ketiga Injil yang lain (Injil Markus, Injil Matius, Injil Lukas)[2], meskipun begitu Injil ini tetap memuat wawasan peristiwa yang sama dengan ketiga Injil lainnya.[3] Injil Yohanes menekankan tentang keilahian Yesus Kristus, Anak Allah.[3] Tidak ada Injil lain yang menekankan sifat kemanusiawian sekaligus keilahianNya dengan tegas dan jelas selain Injil ini.[3] Waktu penulisannya diperkirakan terjadi pada tahun 40-140 M.[3] Memang tidak disebutkan dengan jelas siapa yang menulis Injil ini, tetapi Yohanes anak Zebedeus adalah orang yang diperkirakan menulisnya.[3]

Santo Yohanes sang Rasul
sang Penginjil
Lahirc. 6 M
Galilea, di Tanah Suci[1]
Meninggalc. 101
Efesus, Asia Minor
Dihormati diSemua denominasi
Pesta27 Desember (Kristen ritus Barat)
26 September & 8 Mei (Kristen ritus Timur)
Atributbuku, ular di cawan, kuali, elang
Pelindungpengarang, teolog, penerbit, penjual buku, penyunting, pelukis.

Konteks Surat

Surat ini ditujukan bagi kelompok pembaca yang menyendiri.[4] Kelompok ini merupakan cabang dari persekutuan umat purba yang tradisinya berpusat pada Yesus dan murid-muridNya.[4] Bahasa yang digunakan oleh kelompok pembaca adalah bahasa Yunani, karena itu penulis menerjemahkan beberapa istilah Yahudi ke dalam bahasa Yunani (misal: Mesias, Rabuni, Rabi, dll). [4] Kelompok pembaca ini bertikai dengan beberapa pihak.[4] Pertama dengan pengikut Yohanes Pembaptis, kedua dengan orang Yahudi.[4] Terlepas dari itu, tulisan-tulisan Yohanes dilatarbelakangi oleh pemikiran filsafat Gnostikisme untuk melawan pengaruh aliran tersebut dalam tubuh jemaat.[5] Hal ini ditegaskan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam tulisan Yohanes, seperti kosmos, maut, hidup, anak-anak Allah, dll.[5]

Penulis

Menurut tradisi yang berkembang pada zaman Irenius, seorang bapak gereja pada abad ke-2, penulis Injil ini adalah Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus.[4] Tradisi yang dianut oleh gereja hingga sekarang juga menyamakan penulis Injil dengan "murid yang dikasihi Yesus".[4] Menurut Injil Sinoptik, murid-murid yang paling akrab dengan Yesus adalah Petrus, Yohanes bin Zebedeus, dan Yakobus (Mat. 17:1;Mrk.5:37;14:33).[4] Penguatan pendapat bahwa Yohanes bin Zebedeus sebagai penulis Injil ini terdapat dalam Yohanes 21:22-23 karena ia murid yang hidup cukup lama dibandingkan Yakobus yang mati terbunuh pada 41 M.[4] Bukan juga Petrus karena Yoh.13:23;20:2;21:20 menjelaskan kalau ia adalah murid yang dipertentangkan.[4]

Waktu dan Tempat Penulisan

Waktu penulisannya diperkirakan terjadi pada tahun 40-140 M.[3] Injil Yohanes diperkirakan ditulis di Asia Kecil, mungkin di Efesus ketika pertumbuhan gereja mulai matang dan timbul kebutuhan akan ajaran yang lebih lanjut tentang kaidah iman.[3]

Maksud Penulisan

Maksud Injil ini ditulis adalah untuk melawan Gnostikismedengan mempertahankan suatu keyakinan (apologetic).[3] Yohanes menyatakan tujuan untuk tulisannya dalam 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya", yaitu aorist subjunctive ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan present subjunctive ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama. Injil ini juga ditujukan bagi mereka yang memiliki minat terhadap filsafat.[3] Kisah-kisah yang terkandung dalam Injil Yohanes juga sengaja ditulis untuk melengkapi berita tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus yang sudah ada pada masa itu dan yang sudah dinyatakan secara tertulis di dalam Injil-injil Sinoptis.[3]

Struktur dan Isi

Struktur dan isi Injil Yohanes, dapat dijabarkan sebagai berikut:[3]

  • Pembukaan Surat (1:1-18)
  • Periode Renungan (1:19-4:54)
    • Kesaksian Yohanes (1:19-51)
    • Kesaksian Pekerjaan Yesus (2:1-22)
    • Kesaksian Perkataan Yesus (2:23-4:54)
  • Periode Perdebatan antara Orang yang Percaya dan Tidak Percaya (5:1-6:71)
    • Dinyatakan dalam Perbuatan (5:1-18)
    • Dinyatakan dalam Argumentasi (5:19-47)
    • Dinyatakan dalam Peragaan (6:1-21)
    • Dinyatakan dalam Ajaran (6:22-71)
  • Periode Pertentangan antara Orang yang Percaya dan Tidak Percaya (7:1-11:53)
    • Pertentangan dijelaskan pada:
      • Sanak Keluarga Yesus (7:1-9)
      • Pada Orang Banyak (7:10-52)
      • Wanita yang berzinah (7:53-8:11)
      • Kaum Farisi dan Orang Yahudi (8:12-59)
    • Pertentangan digambarkan dalam:
      • Peristiwa Orang Buta (9:1-41)
      • Ajaran Gembala yang baik (10:1-21)
      • Argumentasi (10:22-42)
      • Kebangkitan Lazarus (11:1-53)
  • Periode Genting (11:54-12:36a)
  • Periode Pertemuan (12:36b-17:26)
    • Peneguhan Iman
      • Peralihan (12:36b-13:30)
      • Pertemuan dengan Para Murid (13:31-16:33)
      • Pertemuan dengan Bapa (17:1-26)
  • Periode Pelaksanaan (18:1-20:31)
    • Kemenangan atas Ketidakpercayaan
      • Pengkhianatan (18:1-27)
      • Pengadilan di Hadapan Pilatus (18:28-19:16)
      • Penyaliban (19:38-42)
      • Penguburan (19:38-42)
      • Kebangkitan (20:1-29)
  • Kata Penutup (21:1-25)
    • Tanggung Jawab Kepercayaan

Beberapa Tema Teologis

Logos atau Firman

Gagasan tentang logos memiliki latar belakang yang luas, baik dalam dunia Yahudi maupun Yunani.[4] Tetapi gagasan logos dalam Injil Yohanes memiliki maksud-maksud tertentu, diantaranya: pertama, Yohanes merujuk kepada keadaan sebelum penciptaan untuk menggambarkan hubungan Yesus dengan Bapa (1:1).[4] Hal ini dikaitkan dengan Kejadian 1:1 "pada mulanya" yang ingin menekankan tentang keberadaan firman sebelum segala sesuatu ada.[4] Yohanes 1:1 secara jelas juga ingin menyatakan keilahian firman itu, bahwa firman itu memiliki sifat Allah.[4] Kedua, Yohanes menyatakan kalau firman itu berperan dalam penciptaan dunia (1:3), ia tidak membedakan antara kuasa penciptaan yang dimiliki Logos dan Allah. Logos juga dibedakan dari hasil ciptaan dengan menggunakan kata "ada" sedangkan untuk menciptakan ia menggunakan kata "diciptakan".[4] Ketiga, Yohanes mengaitkan Logos dengan manusia (Yoh.1:14), Logos itu menjadi manusia melalui nubuatan nabi dimana firman Tuhan memberikan kekuatan dan pemenuhan hidup.[6] Bagi Yohanes, "daging" menandakan bahwa Logos menjadi manusia secara utuh.[4]

Kesatuan Bapa dan Anak

Injil Yohanes menekankan kesatuan yang kuat antara Bapa dan Anak (Yoh.10:30), hal ini juga nampak dalam Yoh.1:1 bahwa pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.[4] Penekanan ini jelas terlihat dari ungkapan "Aku dan Bapa adalah satu", atau "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau (Bapa)".[4]

Kata-kata: "Aku adalah"

Ini merupakan ungkapan yang bersifat pernyataan kepada para pendengar dan pembaca, dan dalam Injil Yohanes ungkapan ini seringkali digunakan, seperti 'Akulah Roti Hidup" (6:35, 48), "Akulah terang dunia" (8:12), 'Akulah pintu bagi domba-dombaKu" (10:7), dll.[4] Kata seperti roti, terang, pintu, merupakan unsur yang penting bagi orang-orang pada zaman itu, dengan demikian ingin menunjukkan betapa pentingnya Yesus dalam kehidupan mereka.[4] Penggunaan ungkapan "Aku adalah...." ingin menekankan keilahian Yesus sebagai Tuhan yang datang ke dalam dunia untuk memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya padaNya.[4]

Beberapa Judul Perikop dalam Injil

Menurut judul perikop LAI Terjemahan Baru:[7]

Tujuh Hal Terkait

Injil keempat ini ingin menekankan bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma.[3] Ada tujuh hal yang secara khusus terkait dengan tanda, ajaran, pernyataan, termasuk kebangkitan Yesus yang dapat dijadikan dasar bagi pengakuan tentang keilahian Yesus:

  1. Tujuh tanda
    1. Perkawinan di Kana|Mengubah air menjadi anggur (2:1-2:11)
    2. Yesus menyembuhkan anak pegawai istana|Menyembuhkan anak pegawai istana (4:46-4:54)
    3. Penyembuhan pada hari Sabat di kolam Betesda|Menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda (5:2-18)
    4. Yesus memberi makan lima ribu orang|Memberi makan lima ribu orang (6:1-15)
    5. Yesus berjalan di atas air|Berjalan di atas air (6:16-21)
    6. Orang yang buta sejak lahirnya|Menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya (9:1-41)
    7. Lazarus dibangkitkan|Membangkitkan Lazarus (11:1-44)
  2. Tujuh ajaran
    1. Kelahiran kembali (3:1-21)
    2. Menyembah Allah Bapa dalam roh dan kebenaran (4:4-42)
    3. Bersaksi tentang diri sendiri (5:19-47)
    4. Roti hidup (6:22-59)
    5. Air hidup (7:37-44)
    6. Terang dunia (8:12-30)
    7. Gembala yang baik (10:1-21)
  3. Tujuh pernyataan "Aku adalah"
    1. Roti hidup (6:35)
    2. Terang dunia (8:12)
    3. Pintu (10:7)
    4. Gembala yang baik (10:11)
    5. Kebangkitan dan hidup (11:25)
    6. Jalan dan kebenaran dan hidup (14:6)
    7. Pokok anggur yang benar (15:1)
  4. Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (20:31).

Referensi

  1. ^ Rabenstein, Katherine (December 1997). "John the Divine, Apostle and Evangelist (RM)". Saints O' the Day for December 27. Diakses tanggal 2007-05-14. 
  2. ^ David L. Bartlett. 2003. Pelayanan dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 114-142.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l Merrill C. Tenney. 1995. Syrvei Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas. Hlm 231-245.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Samuel Benyamin Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm 302-310.
  5. ^ a b Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Peranjian Baru 2.Bandung: Bina Media Informasi. Hlm 82-84.
  6. ^ Graham N. Stanton. 1989. The Gospels and Jesus. New York: Oxford University Press. Hlm 114.
  7. ^ Judul perikop menurut TB LAI

Pranala luar