Choan-Seng Song adalah teolog Taiwan.[1] Song berpendapat bahwa teologi Kristen harus bisa dimengerti orang-orang Asia sesuai dengan konteks Asia. [2] Teologi Barat memperlihatkan Allah Barat, sehingga penjelasan tentang Allah tidak sesuai dengan keadaan orang Kristen Asia. [2] Teologi Barat yang digunakan oleh orang Asia terdapat unsur filsafat dan budaya Barat. [2] Allah Kristen bukan hanya menjadi Allah untuk orang Barat, tetapi juga Allah bagi orang-orang Asia. [2] Sebaliknya, Orang-orang Asia harus dapt membentuk teologi Kristen Asia sendiri. [2] Teologi Kristen Asia dapat dibangun melalui pengalaman sehari-hari yang dialami oleh orang-orang Asia. [2] Oramng-orang Kristen di Asia harus melatih diri untuk melihat Kristus dalam pengalamannya sendiri. [2] Song tidak hanya menganjurkan teologi Kristen untuk orang Asia, tetapi Song juga memiliki pemikiran mengenai misiologi Kristen. [1]

Berkas:Gpl.gif
Taiwan adalah lokasi asal Choan-Seng Song

Song mengatakan bahwa Misiologi Kristen seharusnya dilihat dan dititikberakan pada penciptaan Tuhan atas dunia ini.[1] Hal yang menjadi penitikberatan atas misiologi dapat menjadikan kekristenan tetap hadir di tengah dunia yang majemuk khususnya dalam hal agama.[1] Kekristenan diharapkan mampu untuk mengaktualisasikan diri dengan berbagai bentuk kehidupan sosial, budaya, dan agama.[1] Dalam seluruh Alkitab terlihat kisah di mana Allah bersekutu dan akrab dengan ciptaan-Nya.[1] Pengorbanan dan kematian Yesus di kayu Salib merupakan wujud hubungan baru bagi seluruh ciptaan-Nya.[1] Hubungan yang tidak hanya berdasarkan hubungan darah atau pun ras, tetapi juga hubungan yang melamaui daerah, ras, dan agama.[1] Allah bukan lagi milik satu bangsa , tetapi milik setiap orang yang mempercayai-Nya.[1] Yesus bukan hanya lagi orang Nazaret dan milik orang Yahudi saja, tetapi Yesus adalah realitas dari tiap daerah yang beraneka-ragam.[1] Yesus bukanlah kemewahan yang ada saat itu tengah menindas kaum miskin, tetapi Yesus juga adalah kebudayaan dari masyarakat rendah.[1] Dalam kebudayaan yang seperti itu, manusia baru dapat bertemu dengan Kristus yang sesungguhnya.[1] Kristus yang tidak menganggap rendah orang-orang terpinggirkan , tetapi Yesus yang seperti para nabi yang merasakan sakit dan penderitaan (ketika ditahbiskan).[1] Yesus adalah sosok yang iba pada suara-suara rintisan dan rataan dari orang-orang yang tertindas.[1] Sebagai pengikut Kristus, orang dituntut untuk percaya dan berpengharapan dalam menjalani kehidupan ni, sebagai bukti dari iman pada Kristus.[1] Misi kekristenan kini bukan hanya milik orang-orang Yahudi, sebaliknya orang-orang Yahudi seharusnya sudah dapat membuka diri terhadap keberadaan bangsa lain.[1]

Dari kisah tentang tikus yang dapat memperoleh simpati dari kekaguman dari banyak orang ketika besar tubuhnya dibandingkan dengan sapi, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa rakyat biasa juga dapat mendapatkan tempat yang istimewa.[2] Dalam pandangan Tuhan, tidak selalu yang besar yang mendapat tempat. Tidak selalu pemerintah yang unggul bila dibandingkan dengan rakyat biasa, karena yang dipentingkan adalah usaha untuk memperoleh kehormatan tersebut.[2] Yesus hadir bagi rakyat kecil yang selama ini dilupakan dari pandangan pemerintah.[2]

Hasil karya Song

  1. Tahun 1973, Teologi Challenge. [3]
  2. Tahun 1977 Kristen Misi di Rekonstruksi. [3]
  3. Sebuah Analisis Asia; Ketiga-Eye Teologi. [3]
  4. Tahun 1979 Teologi di Formasi di Pengaturan Asia. [3]
  5. Tahun 1981 The Air mata Lady Meng. [3]
  6. Tahun 1981 Sebuah Perumpamaan Rakyat Politik Teologi. [3]
  7. Tahun 1982 Tuhan Pengasih. [3]
  8. Beritahu Kami Nama kami. [3]
  9. Tahun 1984 Cerita Teologi dari Perspektif Asia. [3]
  10. Tahun 1986 Teologi dari Rahim Asia, Yesus. [3]
  11. Tahun 1990 Rakyat Disalibkan. [3]
  12. Tahun 1993 Yesus dan Kerajaan Allah. [3]
  13. Tahun 1994 Yesus dalam Kuasa Roh. [3]

Bibliografi

  1. Choan Song Seng saat ini menjabat sebagai profesor Teologi dan Budaya Asia Pasifik di Sekolah Agama. [3]
  2. Profesor regional Teologi di Asia Tenggara Graduate School of Theology di Singapura dan Hong Kong. [3]
  3. Tahun 1965 Song menerima gelar Ph.D. dari Union Theological Seminary, New York City. Pada saat itu Song adalah Prinsip College Teologi Tainan, Taiwan. [3]
  4. Tahun 1976-1977 Song menjabat sebagai Profesor Tamu di Princeton Theological Seminary. [3]
  5. Song pernah menjabat sebagai - Direktur Studi Aliansi Gereja-gereja Reformasi Dunia, - Sekretaris Ministries Asia, - Gereja Reformasi di Amerika, - Direktur Asosiasi Iman dan Orde Komisi Dewan Gereja Dunia, Jenewa. [3]
  6. Saat ini Song menjabat sebagai Ketua Aliansi Gereja-gereja Reformasi Dunia. [3]

referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Elwood. 1991. Christian Mission In Reconstruction: An Asian Attempt. Madras: Christian Literature Society173.
  2. ^ a b c d e f g h i j Song C.S. 1982. The Compassionate God . New York: Orbis Books.12. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Song" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s East Asia Christian Conference. 1972. Asians And Blacks: Theological Challenges . Bangkok: East Asia Christian Conference

[[zh:恩典