Kabupaten Tulungagung
Kabupaten Tulungagung adalah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Tulungagung terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer terbesar di Indonesia, dan terletak terletak 154 km barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten Tulungagung | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Guyub Rukun | |
Koordinat: 8°04′00″S 111°54′00″E / 8.0667°S 111.9°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Tanggal berdiri | 18 November 1205 |
Dasar hukum | - |
Ibu kota | Tulungagung |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Ir. Heru Tjahjono, M.M. |
Luas | |
• Total | 1,055,65 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 1,024,034 (2.008) |
• Kepadatan | 891/km2 (2,310/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0355 |
Kode Kemendagri | 35.04 |
DAU | Rp. - |
Situs web | http://www.tulungagung.go.id/index.php |
Kabupaten Tulungagung adalah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Tulungagung terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer di Indonesia, dan terletak terletak 154 km barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
Etimologi
Nama "Tulungagung" dipercaya berasal dari kata "pitulungan agung" (pertolongan yang agung). Nama ini berasal dari peristiwa saat seorang pemuda dari Gunung Wilis bernama Joko Baru mengeringkan sumber air di Ngrowo dengan menyumbat sumber air tersebut dengan lidi dari pohon enau.
Sejarah
Pada tahun 1205 M, masyarakat Thani Lawadan di selatan Tulungagung, mendapatkan penghargaan dari Raja Daha terakhir, Kertajaya, atas kesetiaan mereka kepada Raja Kertajaya ketika terjadi serangan musuh dari timur Daha. Penghargaan tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M. Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.
Di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, terdapat Candi Gayatri. Candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang memerintah Kerajaan Majapahit di masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan beliau. Berikut ini adalah kutipan Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:
Prajnyaparamitapuri itulah nama candi makam yang dibangun
Arca Sri Padukapatni diberkati oleh Sang Pendeta Jnyanawidi
Telah lanjut usia, paham akan tantra, menghimpun ilmu agama
Laksana titisan Empu Barada, menggembirakan hati Baginda
(Pupuh LXIX, Bait 1)
Di Bayalangu akan dibangun pula candi makam Sri Rajapatni
Pendeta Jnyanawidi lagi yang ditugaskan memberkati tanahnya
Rencananya telah disetujui oleh sang menteri demung Boja
Wisesapura namanya, jika candi sudah sempurna dibangun
(Pupuh LXIX, Bait 2)
Makam rani: Kamal Padak, Segala, Simping
Sri Ranggapura serta candi Budi Kuncir
Bangunan baru Prajnyaparamitapuri
Di Bayalangu yang baru saja dibangun
(Pupuh LXXIV, Bait 1)
[[
Geografi
Batas-batas wilayah Kabupaten Tulungagung secara administratif adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara : Kabupaten Kediri
- Sebelah Selatan : Samudera Hindia
- Sebelah Timur : Kabupaten Blitar
- Sebelah Barat : Kabupaten Trenggalek
Secara topografik, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis-Liman. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Kabupaten Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian: utara dan selatan.
Pemerintahan
Kabupaten Tulungagung beribukota di Kecamatan Tulungagung, yang terletak tepat di tengah Tulungagung. Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan. Daftar kecamatan di kabupaten ini dapat dilihat dalam boks di bagian akhir artikel ini.
Saat ini Tulungagung dipimpin oleh bupati Heru Tjahjono dan wakilnya Mohammad Athiyah sejak tahun 2003.
Penduduk
Pada akhir 2006 jumlah penduduk di Kabupaten Tulungagung tercatat sebanyak 1.002.807 jiwa yang terbagi atas laki-laki 498.533 (49,71%) jiwa dan perempuan 504.274 (50,29%). Kepadatan penduduk terkonsentrasi pada 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Kedungwaru, dan Kecamatan Boyolangu.
Industri
Tulungagung terkenal sebagai salah satu penghasil marmer terbesar di Indonesia, yang bersumber di bagian selatan Tulungagung. Tulungagung juga termasuk salah satu pusat industri marmer di Indonesia, dan terpusat di selatan Tulungagung, terutama di Kecamatan Campurdarat, yang di dalamnya banyak terdapat perajin marmer.
Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan berkembang berbagai industri kecil dan menengah yang kebanyakan memproduksi alat-alat/perkakas rumah tangga, batik, dan konfeksi. Di Kecamatan Ngunut terdapat industri peralatan TNI seperti tas ransel, sabuk, dan makanan ringan seperti kacang atom. Di kelurahan sembung juga di kenal sebagai pusat industri krupuk rambak.
Pariwisata
Wisata Alam
Sebenarnya, Tulungagung memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa diandalkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Sayangnya, masih banyak potensi pariwisata yang belum digarap secara baik oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Meski demikian, industri pariwisata di Tulungagung cukup berkembang dengan objek wisata andalan Pantai Popoh yang terletak di Kecamatan Besuki.
Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi selain Pantai Popoh, di antaranya Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, dan Pantai Dlodo.
Selain objek wisata pantai, Tulungagung juga memiliki objek wisata alam lain, di antaranya Air Terjun Lawean di Kecamatan Sendang, Coban Alam di Kecamatan Campurdarat, Gua Selomangleng di Kecamatan Boyolangu, serta Gua Pasir di Kecamatan Sumbergempol. Di utara Tulungagung, objek wisata alam yang terkenal adalah Pesanggarahan Argo Wilis, Perkebunan Teh Penampean, serta Bendungan Wonorejo.
Wisata Budaya
Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya:
- Wayang Kulit Purwo/Ringgit Purwo
- Jaranan sentherewe
- Reog Kendang
- Tiban
- Jedor
- Kentrung
- Manten kucing
- Langen Beksan
Kesenian jaranan dan reog kendang serta wayang kulit bahkan mendapat dukungan yang luas dari mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.dan disukai masyarakat sekitar bahkan sering ditanggap
Wisata Kuliner
Tulungagung memiliki jajanan khas, yaitu:
- Sate dan Gule Kambing, Sate Tulungagung berbeda dengan sate Madura dan sate Ponorogo, yang bumbunya mengandung kacang, tetapi memakai bumbu garam, merica, petis, kecap dan ditaburi irisan bawang merah dan daun jeruk. Sehingga rasanya memang khas Tulungagungan.
- Nasi Lodho Tulungagung, Ayam dimasak kuah dengan bumbu kuning
- Sredek, Makanan yang terbuat dari gethuk ketela putih putih, kemudian digoreng. Biasa dimakan dengan tempe goreng dan cabe mentah (sebagai lalap), adalah makanan khas Tulungagung selatan.
- Kemplang, makanan yang terbuat dari ketela yang diparut dikasih bumbu-bumbu dibentuk pipih diatasnya dikasih kacang lotho lalu di goreng itu juga makanan khas tulungagung
- Emping Melinjo, makanan ini terbuat dari biji blinjo yang dipipihkan
- Kerupuk Gadung
- Soto Ayam Kampung Tulungagung Warung terlaris ada di Sepanjang jalan Perempatan Cuiri ke selatan
- Nasi pecel Tulungagung
- Sompil, Lontong diiris dicampur sayur lodeh
- Lopis, makanan seperti lontong biasanya dicampur cenil, gethuk dikasih larutan gula merah
- Cenil Yang dibuat dari tepung ketela digiligkan biasanya buat tambahan getuk
- Kerupuk Rambak Tulungagung Produksi kulit sapi terbanyak di seputaran Botoran Panggungrejo kota, Sembung.
- Gethuk, singkong rebus yang dihaluskan dan dicampur dengan gula ditaburi parutan kelapa diatasnya
- Srondeng, parutan kelapa digoreng kadang-kadang buat campuran dendeng sapi
- Jenang sabun Jenang yang dimakan kenyal
- Jenang Grendol, makanan terbuat dari tepung kanji
- Geti, terbuat dari wijen kadang-kadang dicampur kacang
- Kopi Cethe, ampas kopi yang dijadikan bahan pengoles rokok
- Punten Pecel, nasi ketan yang dibumbui dikasih santan dan ditumbuk halus
- Brondong Ketan,
- Capar Tape, tape yang terbuat dari ketela pohon, dicampur toge, kemudian disiram sambal pecel.
- Glondhong Juruh,asli Sambitan, terbuat dari kukusan ketela pohon disiram juruh kental. (mantab)
- sego bantingan Nasi yang sudah dibungkus dijual secara murah meriah.
- Gembrot, Jajanan khas tersebut biasa dijajakan di berbagai penjuru Kabupaten Tulungagung.
Figur publik
Berikut ini sebagian tokoh terkenal asal Tulungagung:
- Wahono, mantan Ketua MPR-RI (1992-1997)
- Rumiah, Kombes. Pol., Kapolda Banten (mulai 2008)
- Sri Bintang Pamungkas, politikus
- Ali Masykur Musa, politikus
- Ali Maskan Musa, politikus
- Sri Somantri, pakar hukum tata negara Universitas Padjadjaran
- Yogi Sugito, rektor Universitas Brawijaya (2006 - 2010)
- Mudji WalujoBrigjendPol, Mantan Kapolda Maluku
- Inten Suweno, Mantan menteri Peranan Wanita (UPW)
- Triyogi Yuwono, Guru besar, Rektor (2011-2015) ITS-Surabaya
- Pangeran Adipati Soejono, politikus Belanda
- Frans Ghijsels, arsitek Belanda
- KI Dalang Moerdi Kondo Moerdiyat, Sesepuh Tulungagung Yang Paling dihormati tahun 90-an
- Yongki Ariwibowo, Pesepak bola timnas Indonesia AFF cup 2010
- Prof.Dr.H.Suparno, Rektor Universitas Negeri Malang 2007 hingga sekarang
- Nofi Ramawati
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi