Raden Mas Sudiro
Raden Mas Sudiro adalah nama masa kecil dari penguasa Kadipaten Mangkunegaran yang ke empat.Sebagai penguasa Kadipaten Raden Mas Sudiro adalah seorang Negarawan dan Sastrawan serta ekonom yang handal. Dalam masa pemerintahannya itu kadipaten Mangkunegaran memperoleh pemasukan kas keuangan yang dapat untuk membangun angkatan perang dan pembangunan kerajaan serta perkotaan Surakarta.
Terlahir dari pasangan KP. Adiwijaya dengan RA Sekeli, pada hari Ahad pukul 11 malam, 8 sapar tahun jumakir 1738 atau 3 maret 1811. Pada usia 15 tahun RM Sudira sudah mengikuti pendidikan kadet legion Mangkunegaran dan pada tahun 1836 diangkat menjadi patih Jero mangkunegaran. Setelah KGPAA Mangkunegara III wafat, RM Sudira diangkat menjadi KGPAA Prabu Prangwadana IV pada tanggal 24 Maret 1853 untuk kemudian dilantik menjadi KGPAA Mangkunegara IV pada 16 Agustus 1857 dengan pangkat Komandan Legiun Mangkunegaran.
Mangkunegaran dalam pemerintahan raden Mas Sudiro memang merupakan cikal bakal geliat ekonomi perkotaan di Surakarta.
Masa pengabdian awal
Masa kecil Raden Mas Sudiro sangat dekat dengan kakeknya Mangkunegara II yang tengah memegang pemerintahan di kadipaten Mangkunegaran (1795-1835). Raden Mas Sudiro diangkat sebagai anak dan didik secara langsung dalam olah keprajuritan dan pemerintahan dalam suasana praktek dan teori dalam suatu implementasi yang sangat awal bagi seumuran raden Mas Sudiro.
Mangkunegara IV mewarisi Mangkunegaran sebagai sebuah Kadipaten yang otonom. Pada mula didirikan dengan perjanjian Salatiga 17 maret 1757, Mangkunegaran mengenal konsep wilayah dan konsep pemerintahan. Dalam konsep pemerintahan wilayah kadipaten Mangkunegaran merupakan tanah tanah Kasunanan yang dikuasai oleh Mas Said sebagai Pangeran di Kadipaten Mangkunegaran. Sebagai konsep wilayah, Mangkunegaran menguasai tanah tanah Kasunanan tetapi tidak mempunyai hak milik karena pemilik yang diakui sebagai pewaris Mataram di wilayah Surakarta adalah Kasunanan.
Pada tahun 1792 Paku Buwono IV dari Kasunanan menanda tangani bersama kasultanan dan Belanda bahwa tanah tanah yang dikuasai kadipaten Mangkunegaran menjadi hak milik dan keturunan Pangeran yang bertahta dapat mewarisinya baik tahta pemerintahan maupun tanah tanah kekusaannya.
Pada masa Mangkunegara I pendapatan Praja Mangkunegaran berasal dari pajak tanah dan kompensasi kompensasi dari Kompeni/Belanda untuk membiayai keluarga raja dan para abdi dalemnya.
Tampilnya Mangkunegara IV kepanggung dalam struktur kekuasaan Jawa telah menohok dengan telak suatu mitos dan image orang Eropa terutama belanda bahwa orang Jawa adalah orang yang tidak memiliki kemampuan dalam soal dagang dan perekonomian.
Dalam soal dagang Praja Mangkunegaran telah memulai suatu usaha awal pada zaman Mangkunegara I yang memulainya dengan menghasilkan produk produk yang dapat dijual kepada VOC untuk pemasukan keuangan Kerajaan. dalam suratnya bertahun 1792 Mangkunegara I mengajukan permintaan kepada Belanda untuk memberi pengetahuan kepada rakyatnya cara cara penanaman lada dan nila. kelak di kemudian hari apa yang telah dirintis oleh pendiri Praja ini dilanjutkan oleh keturunannya.
Dunia kemiliteran kerajaan
Perang Diponegoro tahun 1825-1830 membawa konsekuensi jawa dalam perang yang besar.Mangkunegaran dalam perang Jawa ini bertindak sebagai kekuatan netral tetapi memiliki kewajiban untuk mengamankan wilayah wilayah nya yang kena terjangan dan pengungsian perang. Kelompok kelompok dan orang orang yang tidak puas yang terlibat dalam perang besar jawa ini serta merta menggabungkan diri dengan Diponegoro yang secara mendadak muncul sebagai kekuatan pemersatu melawan Belanda
Sebelum terbentuknya negara Hindia Belanda secara menyeluruh dari pulau Sumatera sampai pulau Papua sampai dengan terbentuknya setelah berakhirnya perang Jawa, Mangkunegaran tetap merupakan suatu pusat kekuasaan Jawa yang berdiri bertetangga dengan keraton Jawa yang lain dalam wilayah Hindia Belanda.
Hindia Belanda pada waktu itu dapat dianalog kan sebagai sebuat wilayah internasional dalam arti mikro sebab internasional secara makro meliputi seluruh dunia dari daratan Asia dan eropa disambing benua yang lainnya.
Meski otonom terhadap kekuasaan Hindia Belanda maka Mangkunegaran tetap merupakan wilayah yang masih memiliki kekuasaan yang real;ekonomi, militer, kebudayaan, rakyat dan wilayah.Para penguasa Mangkunegaran adalah personifikasi dari Raja sekaligus Ksatria.
Persiapan kepemimpinan pemerintahan
Sepeninggal kakeknya Mangkunegara II Raden Mas Sudiro menjadi anak angkat dari Mangkunegara III yang kelak dikemudian hari diambil sebagai menantunya berjodoh dengan RAy. Dunuk.
Pemerintahan Raden Mas Sudiro
Raden Mas Sudiro selanjutnya menggantikan mertua sekaligus juga kakaknya sebagai Mangkunegara yang ke empat.Dalam masa pemerintahannya ini minat yang menggerakan Raden Mas Sudiro yang telah menjabat sebagai pangeran Adipati ini dalam usaha perkebunan dan industri gula kerajaan adalah pada waktu kunjungan kepada menantunya Bupati Demak.
Peluang ekonomi
Raden Mas Sudiro melihat suatu peluang ekonomi untuk usaha bisnis kerajaan dengan tujuan untuk memperbebas keberadaan Praja Mangkunegaran dari pengaruh Kasunanan dan Belanda.Pemberdayaan orang orangpribumi Jawa dengan Tionghoa dan Belanda dijalankan untuk memperkuat aliansi perusahaan yang sudah dipersiapkan sebagai usaha kerajaan untuk menjamin kemakmuran rakyat.
Dunia sastra Jawa
Raden Mas Sudiro terkenal sebagai master piece nya sastera Jawa dan 35 karya sastra dalam tangannnya telah berhasil di hasilkan. Serat tripama dan wedhatama adalah beberapa contoh saja yang dapat kita contohkan karena begitu populernya karya tersebut hingga kini dan mendatang.