Kardinal

pejabat senior gereja Katolik Roma

Kardinal adalah pejabat senior dalam gereja Katolik Roma. Berada di bawah Paus dan ditunjuk langsung oleh paus sebagai anggota dewan kardinal. Tugas para kardinal adalah untuk menghadiri rapat dalam dewan suci dan siap sedia untuk hadir, baik secara pribadi maupun bersama-sama, kapanpun Sri Paus membutuhkan nasehat mereka.

Jubah kardinal

Umumnya para kardinal memiliki tugas tambahan, misalnya memimpin suatu keuskupan atau keuskupan agung ataupun memimpin suatu departemen dalam Kuria Romawi. Akan tetapi fungsi terpenting mereka adalah memilih Paus baru, bilamana terjadi kekosongan tahta keuskupan Roma karena kematian atau pengunduran diri Paus yang lama. Hak untuk menghadiri konklaf kini dibatasi bagi para kardinal yang berusia tidak lebih dari 80 tahun pada hari kematian Paus. Pada tahun 1059 hak untuk memilih Paus dikhususkan bagi klerus utama Roma dan para uskup dari ketujuh keuskupan "suburbicaria" (keuskupan-keuskupan yang berada di bawah keuskupan agung Roma). Oleh karena itu mereka dijuluki "kardinal", dari kata Bahasa Latin "cardo" (inti/pusat), yang berarti "yang utama", "pimpinan". Pada abad ke-12 dimulai praktek pengangkatan para pejabat Gereja dari luar Roma sebagai kardinal (anggota klerus utama dalam tahta keuskupan Roma), tiap pejabat dari luar Roma ini ditugaskan pada salah satu dari gereja-gereja di Roma sebagai "gereja tituler" (gereja kehormatan) yang bersangkutan atau dihubungkan dengan salah satu dari tujuh keuskupan suburbicaria. Praktek tersebut masih dijalankan sampai sekarang.

Sejarah

Pemilihan Paus tidak selalu ditugaskan kepada para kardinal; Sri Paus awalnya dipilih oleh para klerus dan warga Gereja Roma. Pada abad pertengahan, para bangsawan Romawi memiliki pengaruh besar. Para Kaisar Romawi-Suci memiliki andil dalam pemilihan Paus. Namun setelah Sri Paus memperoleh kemandirian politik yang lebih besar, hak pilih diberikan kepada para kardinal pada tahun 1059. Akan tetapi pengaruh dari para pemimpin dunia saat itu, terutama raja-raja Perancis, bekerja melalui para kardinal dari negara-negara atau gerakan-gerakan politik penting tertentu; bahkan pernah berkembang tradisi yang memungkinkan kepala negara dari kerajaan tertentu - misalnya Austria, Spanyol, dan Portugal - untuk mengajukan salah seorang klerus yang merupakan warga kerajaannya untuk diangkat sebagai kardinal. Kardinal-kardinal semacam ini disebut kardinal-mahkota.

Menurut teorinya, Sri Paus dapat mengganti Dewan Kardinal dengan badan pemilihan lain. Sementara pihak mengajukan Sinode para Uskup untuk menjalankan fungsi ini, namun proposal tersebut tidak diterima, karena, di samping alasan-alasan lain, Sinode para Uskup hanya berhimpun bilamana dipanggil oleh Sri Paus.

Pada permulaan zaman moderen, raja-raja Inggris dan Perancis mempekerjakan kardinal sebagai Perdana Menteri, seperti yang dialami Thomas Kardinal Wolsey di Inggris, serta Kardinal Richelieu, Kardinal Mazarin dan Kardinal Fleury di Perancis.

Kardinal Rahasia

Selain mengumumkan nama-nama orang yang diangkat menjadi kardinal, seorang Paus juga dapat mengangkat kardinal-kardinal in pectore, kata Bahasa Latin untuk di dalam dada. Seorang kardinal yang diangkat secara in pectore hanya diketahui oleh Sri Paus; bahkan orang yang diangkat menjadi kardinal tersebut tidak menyadari pengangkatannya, dan dalam segala hal tidak dapat menjalankan fungsi sebagai seorang kardinal selama pengangkatannya in pectore. Para kardinal yang diangkat secara in pectore bertujuan untuk melindungi mereka atau jemaah mereka yang keselamatan nyawanya akan terancam jika identitasnya terungkap.

Jika kondisi berubah, sehingga Sri Paus menilai bahwa pengumuman mengenai pengangkatan tersebut tidak membahayakan keselamatan nyawa siapapun, maka Sri Paus dapat mengumumkannya kapanpun. Kardinal yang baru diumumkan pengangkatannya tersebut kemudian disejajarkan dengan para kardinal yang diangkat bersamaan waktunya dengan pengangkatan in pectore tadi. Jika seoran Paus meninggal dunia sebelum sempat mengungkap identitas seorang kardinal in pectore, maka status kardinalnya tidak berlanjut. Sementara pihak berspekulasi bahwa Sri Paus dapat daja meninggalkan instruksi-instruksi, boleh jadi dalam surat wasiatnya, agar pengangkatan tersebut diungkap kepada publik sesudah kematiannya; namun sulit untuk memkhayalkan suatu kasus di mana Sri Paus menganggap bahwa kematiannya sendiri akan menyingkirkan halangan untuk mengumumkan nama kardinal yang bersangkutan.