Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Jepara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa.
Kabupaten Jepara | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Trus Karyo Tataning Bumi (dari Bahasa Jawa yang artinya "Terus bekerja keras membangun daerah") | |
Koordinat: 6°32′00″S 110°40′00″E / 6.5333°S 110.6667°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Tanggal berdiri | - |
Dasar hukum | UU No. 13/1950 |
Ibu kota | Jepara |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Hendro Martojo (2001-2011) |
Luas | |
• Total | 1.004,16 km2 (38,771 sq mi) |
Populasi ((2008)) | |
• Total | 1.100.000 |
• Kepadatan | 1,033/km2 (2,680/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0291 (daratan), 0297 (Karimunjawa) |
Kode Kemendagri | 33.20 |
DAU | Rp. 592.496.116.000,- |
Situs web | http://www.jeparakab.go.id/ |
Geografi
Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah, dimana bagian barat dan utara dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan.
Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Penyeberangan ke kepulauan ini dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Pelabuhan Jepara. Karimunjawa juga terdapat lapangan terbang perintis yang didarati pesawat berjenis kecil dari Semarang.
Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah, 2004
(sumber: Folder Hasil Pembangunan Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2004)
Keterangan | Jumlah (Rp) |
---|---|
Pendapatan Asli Daerah | 50.760.672,00 |
Dana Perimbangan | 301.844.757,00 |
Lain-lain (Bantuan dana penyeimbang pemerintah) | 15.971.387,00 |
Total Pendapatan | 368.576.816.000,00 |
Sumber Pendapatan Asli Daerah | Jumlah (Rp) |
---|---|
Pajak Daerah | 9.756.500.000,00 |
Retribusi Daerah | 23.798.979.000,00 |
Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah | 875.404.000,00 |
Lain-lain | 16.329.789.000,00 |
Sumber Dana Perimbangan | Jumlah (Rp) |
---|---|
Dana Alokasi Umum | 17.426.268.000,00 |
Dana Alokasi Khusus | 258.970.000.000,00 |
Bagi Hasil Pajak & Bantuan Propinsi | 6.500.000.000,00 |
Sejarah
Jauh sebelum adanya kerajaan-kerajaan ditanah jawa. Diujung sebelah utara pulau Jawa sudah ada sekelompok penduduk yang diyakini orang-orang itu berasal dari daerah Yunnan Selatan yang kala itu melakukan migrasi ke arah selatan. Jepara saat itu masih terpisah oleh selat Juwana.
Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.
Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin, suaminya. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Untuk Tahun 2010 ini, Jepara telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis terhadap produk Ukirnya yang sangat khas.[1]
Tokoh - tokoh Jepara
- Ratu Shima
- Pati Unus
- Ratu Kalinyamat
- R.A. Kartini
- K.H. Ahmad Fauzan
- K.H. Nur Ahmad
Pariwisata
Wisata Alam
- Pulau Karimunjawa dan gugusannya
- Pulau Panjang
- Pulau Mandalika, di Ujungwatu
- Pantai Kartini, di Bulu
- Pantai Tirto Samodra, di Bandengan
- Pantai Empu Rancak, di Karanggondang
- Pantai Pungkruk, di Mororejo
- Pantai Guamanik Pecatu, di Ujungwatu
- Pantai Teluk Awur, di Telukawur
- Pantai Semat, di Semat
- Pantai Bondo, di Bondo
- Cagar Alam Gunung Clering, di Clering
- Air Terjun Songgo Langit, di Bucu
- Mbelik (Mata Air) Bidadari dan Jaka Tarub, di Daren
- Telaga Sejuta Akar, di Bondo
- Gua Tritip, di Ujungwatu
- Gua Manik, di Sumanding
- Wono Pinus Sentra, di Bate alit
- Wisata Alam Sreni Indah, di Bate Gede
Wisata Sejarah
- Benteng Portugis, di Ujungwatu
- Benteng VOC, di Ujungbatu
- Musium R.A Kartini, di Panggang
- Tempat Plasenta (Ari-ari) R.A Kartini, di Pelemkerep
- Masjid Mantingan, di Mantingan
- Gapura Masjid Jami' Baiturrohman I, di Robayan
- Candi Angin, di Tarung
Wisata Religi (Ziarah)
- Cirosomo (Makam Para Adipati/Bupati yang pernah memimpin Jepara dan keluarga besar R.A Kartini), di Sendang
- Makam Sultan Hadiri (Sunan Hadirin) dan Ratu Kalinyamat serta Raden Abdul Jalil (Sunan Jepara), di Mantingan
- Makam Syeh Siti Jenar, di Kelet
- Makam Habib Sodiq (Yek Nde), di Kriyan
- Makam Mbah Roboyo, di Robayan
- Makam Datuk Gunardi, di Singaraja
- Makam Habib Ali, di Mayong
- Makam Ronggo Kusumo, di Manyargading
- Makam Syeh Abu Bakar, di Pulau Panjang
- Makam Pangeran Syarif dan Mbah Jenggolo, di Saripan
- Makam Ki Gede, di Bangsri
- Makam Syeh Amir Hasan (Sunan Nyamplungan), di Karimunjawa
Wisata Budaya
- Perang Obar, di Tegalsambi
- Pesta Lampion, di Kalinyamatan
- Pesta Lomban, di seluruh Pantai Jepara
Wisata Keluarga
- Tiara Park Waterboom and 3D Theater, di Purwogondo
- Alamoya Waterboom, di Bapangan
- Kra-kura Ocean Park, di Bulu
- Kolam Renang Sinta Pool, di Pecangaan Kulon
- Agrowisata Jeruk, di Bate Gede
Wisata Belanja
Seni Budaya
Di kabupaten Jepara terdapat berbagai jenis kesenian, yaitu:
- Samroh
- Gambus
- Angguk
- Dagelan
- Kentrung
- Emprak
- Ludruk
- Ketropak
- Keroncong
Jenis kesenian tradisional Samroh, Gambus, dan Angguk, semuanya bernafaskan Islam. Jenis kesenian tradisional lainnya adalah dagelan, emprak, ketropak, ludruk, kentrung, dan keroncong. Melalui beberapa kesenian tradisional ini, pemerintah menggunakannya untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat misalnya mengenai pembangunan dan keluarga berencana.
Rupa-rupa
Makanan
Makanan Khas Jepara:
- Pindang Srani
- Rondo Royal (Monyos) = tape goreng yang dibungkus tepung.
- Klenyem (Lempok) = ketela parut goreng isi gula merah.
- Kenyol (Gantilut) = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi gula merah, cara masak dikukus.
- Nogosari = tepung dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus.
- Moto Belong = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus, dan disajikan dengan cara dipotong-potong agak miring menyerupai bola mata dan dimakan dengan kelapa yang diparut dicampur sedikit gula.
- Poci = tepung dari ketan yang dibungkus daun pisang dan dibentuk kerucut diisi campuran kelapa parut dan gula merah.
- Kuluban = urap-urap dengan nangka muda, kacang panjang dan daun mudanya, tauge mentah, dan buah petai, disajikan mentahan.
- Pecel Ikan Laut Panggang = ikan laut bakar dengan bumbu sambal santan kelapa.
- Horok-horok* = makanan yang sangat langka dan hanya ditemukan di jepara ini dibuat dengan bahan baku sagu. dengan cara pembuatan yang cukup aneh yaitu menggunakan sisir rambut. bentuknya seperti busa sterofom yang kenyal dengan rasa sedikit asin. biasanya dimakan sebagai campuran bakso,gado-gado, ataupun lainnya.
- Horok-Horok Janganan = Horok-horok* di beri sayur-sayuran seperti: Daun Bayam, Toge, Kacang Panjang, bong (bambu muda), dll, lalu di beri sambal.
- Horok-Horok Cecek = Horok-horok* yang dimakan dengan lauk cecek (Seperti Sate Kulit)
- Bontosan = adonan krupuk ikan tenggiri dalam bentuk gelondongan dan sudah dikukus.
- Sate Udang dan Sate Kerbau
- Terasi Jepara
- Kacang Oven
- Kacang Jepara = Kacang tanah yang masih ada kulitnya alias belum di kupas kulitnya, di sangrai dengan pasir putih sampai warna kulit kacang menjadi kehitaman.
- Durian Petruk (Durio Zybethinus Kultivar Petruk)
- Jeruk Jepara (Limnocitrus Littoralis (miq) Swingle)
- Gereh Iwak Teri = Ikan teri yang dijadikan semacam ikan asin, kebanyakan dari pulau karimunjawa.
- Latuh/Lato = sejenis rumput laut, enak dimakan dalam keadaan segar, dan konon bisa menyembuhkan radang tenggorok, amandel.
- Tempong (blenyik) = ikan teri mentah yang dikeringkan, bentuknya seperti bakwan.
- Sutet = Susu Telor Tegangan Tinggi
Minuman
Minuman khas Jepara:
- Adon-adon Coro = minuman jahe santan dengan irisan kelapa bakar, yang disajikan hangat.
- Es Gempol = minuman santan dan gempol (bola dari tepung beras), biasa disajikan manis, asin, hangat ataupun dingin.
- Es Pleret = minuman santan dan pleret (tepung beras yang dimakan sedikit kenyal) hampir mirip dengan gempol.
- Dawet Jepara (Es Cendhol / Cendol) = terbuat dari bahan-bahan tepung sagu, gula merah asli, santan kelapa.
Potensi
Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena terdapat sentra kerajinan ukiran kayu ketenarannya hingga ke luar negeri. Kerajinan mebel dan ukir ini tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan keahlian masing-masing. Namun sentra perdagangannya terlekat di wilayah Ngabul, Senenan, Tahunan, Pekeng, Kalongan dan Pemuda. Selain itu, Jepara merupakan kota kelahiran pahlawan wanita Indonesia R.A. Kartini.
Potensi Kabupaten Jepara :
- Industri Mebel Ukir Jepara. Industri ini tersebar luas di hampir semua kecamatan Jepara, kecuali Kecamatan Karimunjawa
- Seni Relief, di Senenan
- Kerajinan Patung, di Mulyoharjo
- Kerajinan Perhiasan Emas, di Margoyoso
- Kerajinan Monel, di Kriyan
- Kerajinan Besi (Pande Besi), di Purwogondo
- Kerajinan Ukir Gebyok, di Gemiring Lor dan Gemiring Kidul
- Kerajinan Tenun Ikat, di Troso
- Kerajinan Mainan Anak-anak, di Karanganyar
- Kerajinan Kreneng, di Gidangelo
- Kerajinan Anyaman Bambu, di Kendengsidialit
- Kerajian Rotan, di Telukwetan
- Kerajinan Gerabah, di Mayong Lor
- Kerajinan Payung Kertas, di Brantaksekarjati
- Konveksi, di Sendang
- Industri Rokok, di Robayan
- Industri Roti, di Bugo
- Industri Genteng, di Mayong Kidul
- Industri Batu Bata, di Kalipucang Kulon
- Sentra Jeruk, di Bategede