Din atau dien berasal dari Bahasa Arab (Ad Diin).

Makna secara bahasa

Secara bahasa, din berarti tradisi, perilaku, perhitungan, kekuasaan, hukum, ketaatan, balasan, peraturan.

Makna secara istilah

Secara istilah, din dapat didefinisikan sebagai peraturan Allah yang membawa orang-orang berakal ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat, yang mencakup masalah aqidah dan amal. Ia adalah suatu sistem yang mencakup peraturan-peraturan yang menyeluruh, serta merupakan "undang-undang" yang lengkap dalam semua urusan hidup manusia untuk kita terima dan mengamalkannya secara total. Sehingga pengertian din itu lebih luas ketimbang pengertian agama.

Din tidak bisa disamakan dengan agama sesuai dengan ayat:

3:83: Maka apakah mereka mencari ‘agama’ yang lain dari ‘agama’ Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah saja mereka dikembalikan.

Mengacu kepada terjemahan yang kita lihat di atas, maka ‘diinillah’ sering diartikan sebagai ‘agama Allah’, sehingga ad diin tidaklah pas diterjemahkan dengan agama. Sebab dengan menterjemahkan ad diin dengan agama akan timbul beberapa pertanyaan, apakah Allah mempunyai agama lalu agama Allah apa sewaktu Allah mengutus Ibrahim/Abraham, Musa dan Isa/Yesus? Bagi ustadz yang mempercayai agama samawi (langit) ada 4 lalu apakah Allah berganti agama saat Allah menurunkan agama itu pada ummatNya masing-masing?

Maka untuk mencari referensi apa itu ad diin kita lihat dari ayat-ayat lain mengenai ad diin:

24:2: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) hukum Allah (diinullah), jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
12:76: Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja (dinul malik), kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.

Dengan demikian ad diin adalah lebih tepat difahami sebagai hukum atau undang-undang

Jadi

diinulllah = undang-undang/hukum Allah

diinulhaq = undang-undang/hukum yang haq

diinul Islam = undang-undang/hukum Islam.

Dihubungkan dengan QS.3/83 diatyas maka sebenarnya yang ayat tersebut harusnya lebih tepat dimaknai sebagai berikut:

3:83: Maka apakah mereka mencari ‘hukum / aturan’ yang lain dari ‘hukum’ Allah, padahal
kepadaNya-lah menyerahkan diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

Hukum adalah suatu tingkatan keilmuan yang paling tinggi dan paling haq karena itu datangnya dari Allah. Hukum adalah keilmuan yang tidak bisa dibantah dan diingkari sebab semua apa yang dilangit dan dibumi melakukan segala sesuatu berhadarkan hukum yang dibuat Allah. Jadi diinullah adalah ilmu diatas segala ilmu yang ditemukan manusia.

Apa yang diperjuangkan para Nabi dan Rasul sejak zaman Adam, Nuh, Abraham, Musa , Yesus hingga Muhammad adalah penegakkan Dien yaitu Dien yang berlaku di alam semesta yang disebut dengan Sunnatullah. Sifat dari Sunnatullah ini adalah berserah diri kepada ketentuan Allah sebagai Rabb (Pencipta, Pemelihara, Penghancur). Keberserahdirian inilah yang kemudian diistilahkan dengan Islam.

Penegakkan Dien selalu bertentangan dengan hukum/aturan yang ada

Karena yang diperjuangkan adalah sistem atau aturan yang tidak menghendaki pencampuran dengan aturan selain Din Allah, sehingga mayoritas para Rasul yang diutus selalu berlawanan dengan kekuasaan yang berlaku saat itu, mari kita lihat contohnya

Allah     X  Thagut 
: 
Adam      X  Iblis 
Nuh       X  Kanaan 
Abraham   X  Nimrod 
Musa      X  Firaun (Ramses II)
Isa       X  Herodes 
Muhammad  X  Abu Jahl 
:         X  :
Muslim    X  Musyrik/Kafir.

Perjuangan Para Rasul Dilaksanakan Tanpa Menggunakan Kekerasan

Bertujuan mengubah paradigma masyarakat yang menggunakan hukum/isme selain dari Allah agar kembali menggunakan hukum/isme/aturan Allah. Ini dilaksanakan sebagaimana halnya Musa berdakwah di Mesir, perjuangan da'wah Isa/Yesus dan dua belas murid di Palestina serta da'wah Muhammad di Makkah.

Adapun peperangan terjadi ketika suatu negara yang dipimpin Rasul diserang oleh kekuatan yang berniat menghancurkan Din yang sudah diimplementasikan dalam bentuk kedaulatan / negara.

Agama Adalah Produk Sejarah

Agama yang berkembang saat ini adalah produk sejarah yang berasal dari pertentangan politik (schism) diantara pengikut-pengikutnya sesuai dengan Al-Baqarah:213

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

Setelah terjadi perselisihan kemudian Allah mengirimkan para Utusan untuk memperbaiki keadaan perpecahan tersebut (Islam kembali), sebagaimana halnya ajaran Islam yang dibawa oleh Isa Al-Masih yang kemudian berpecah menjadi ajaran Orthodox, Katholik dan Protestan, dan juga perpecahan Islam yang dibawa Muhammad menjadi ajaran Sunni dan Syi'ah. Pengutusan para Rasul ini (apapun sebutan mereka) selalu terjadi hingga akhir peradaban manusia.