Ular-lumpur kapuas
Ular-lumpur Kapuas | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Subordo: | |
Famili: | |
Subfamili: | |
Genus: | |
Spesies: | E. gyii
|
Nama binomial | |
Enhydris gyii Murphy, Voris and Auliya, 2005
|
Ular-lumpur Kapuas adalah sejenis ular dari suku Colubridae, anak suku Homalopsinae. Ular ini merupakan spesies yang baru dideskripsi dan dipublikasi pada akhir 2005 melalui jurnal ilmiah The Raffles Bulletin of Zoology no 53, Desember 2005.
Dinamai demikian (Inggris: Kapuas mud-snake) karena ular air tersebut sejauh ini hanya ditemukan terbatas di sistem aliran Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Sementara nama ilmiahnya, Enhydris gyii Murphy, Voris and Auliya, 2005, diberikan untuk menghormati mendiang Profesor Ko Ko Gyi; herpetolog yang telah merevisi anak suku Homalopsinae pada tahun 1970.
Pemerian
Ular air berukuran sedang. Dari tiga spesimen yang dideskripsi, semuanya berkelamin betina, panjang totalnya bervariasi antara 64 cm hingga 76 cm. (Murphy, Voris and Auliya, 2005).
Sisik dorsal (punggung) berkilau seperti pelangi, tersusun dalam 25 deret di tengah badan (27 di atas leher dan 21 di sekitar anus). Warna di punggung kelabu hitam sampai coklat-merah kehitaman. Masing-masing sisik di punggung dengan bagian tengah (pusat) berwarna kemerahan. Sisik ventral dan empat deret terbawah sisik dorsal berwarna merah terang kecoklatan.
Pewarnaan ini mirip dengan pola pewarnaan ular-lumpur bibir-bercak E. doriae yang kelabu gelap di bagian atas (dorsal) dan terang kekuningan, krem atau kemerahan di bagian bawah. Perbedaannya, warna terang terdapat di 5 hingga 7 deret terbawah sisik dorsal; sedangkan sisik dorsal itu sendiri berjumlah 29-31 deret di tengah badan.
Tidak seperti umumnya ular, sisik-sisik bibir atas (supralabial) bagian belakang terbagi menjadi 2-3 susun. Ciri ini juga dimiliki oleh kerabat dekatnya, E. doriae dan E. punctata.
Kebiasaan dan Penyebaran
Tidak banyak yang diketahui mengenai peri kehidupan ular ini, selain bahwa ia hidup pada habitat riparian (dataran banjir di sekitar aliran sungai). Sampai dengan saat ini belum banyak spesimen yang tertangkap atau teramati, hingga ia dipublikasikan secara luas pada 27 Juni 2006 kemarin.
Sebetulnya spesimen pertama yang terkoleksi dari jenis ini telah berumur lebih dari seabad (tertangkap pada 1897 di aliran S. Kapuas, Kalbar, tanpa lokasi spesifik). Akan tetapi ia tidak dikenali sebagai jenis baru hingga belakangan ini. Pada 1996, Mark Auliya, seorang herpetolog muda dari Jerman, berhasil menangkap dua spesimen lagi dari lokasi yang berbeda di sekitar aliran Kapuas dekat kota Putussibau. Hingga 2003, ketiganya masih dianggap dan dicatat sebagai E. doriae; sebelum pada akhirnya ditelaah ulang dan ditetapkan sebagai spesies baru.
Hingga saat ini E. gyii masih dianggap jenis endemik Kalimantan, khususnya aliran Sungai Kapuas, Kalbar. Namun ada pula peneliti yang memperkirakan kemungkinan ditemukannya ular lumpur ini di Sumatra, mengingat pada kala Pleistosen terdapat hubungan yang cukup lama antara sistem sungai di Kalimantan bagian barat dengan sistem sungai di Sumatra tengah. Pada kala ini, permukaan air laut menurun begitu rendah sehingga tercipta hubungan darat antara Sumatra, Semenanjung Malaya dan Kalimantan.
Keistimewaan
Satu keistimewaan yang unik dan langka dari ular ini adalah kemampuannya untuk bertukar warna. Mark Auliya, si kolektor, menceritakan: "Saat saya meletakkan ular tersebut dalam wadah berwarna gelap dia masih berwarna coklat kemerahan... Ketika saya mengambil ular tersebut beberapa menit kemudian, ular itu telah berubah warna hampir menjadi putih sepenuhnya".
Kemampuan berganti warna sebetulnya bukan hal yang aneh bagi sebagian amfibia dan reptil. Beberapa jenis kodok, cecak, dan terutama bunglon dan chamaeleon dapat mengubah warna kulitnya. Pada beberapa jenis hewan, perubahan warna itu relatif lambat dan sederhana; menjadi lebih pucat atau sekedar lebih gelap warnanya. Akan tetapi pada chamaeleon (bunglon Madagaskar), perubahan itu berlangsung cepat dan drastis hingga bertukar warna.
Akan tetapi kemampuan ini langka dijumpai pada ular. Dan ular-lumpur Kapuas ini memperlihatkan kemampuan yang umumnya telah tidak dimiliki lagi oleh bangsa ular.
Bahan bacaan
- Murphy, John C.; Harold K. Voris; Mark Auliya (31 Dec 2005). A new species of Enhydris (Serpentes: Colubridae: Homalopsinae) from the Kapuas river system, West Kalimantan, Indonesia. The Raffles Bulletin of Zoology 53 (2): 271-275. URL http://rmbr.nus.edu.sg/rbz/biblio/53/53rbz271-275.pdf Diakses pada 05/7/2006.
Pranala luar
- (Indonesia) Press Release WWF Indonesia - Ditemukan ular Bunglon di Heart of Borneo Diakses pada 05/7/2006.
- (Indonesia) ANTARA News - WWF Temukan Ular Bunglon di Sungai Kapuas Kalimantan Diakses pada 05/7/2006.