Kabupaten Sekadau
Kabupaten Sekadau adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kabupaten Sekadau merupakan daerah kecil yang memiliki potensi jalur transportasi segi tiga, yakni daerah Nanga Taman dan Nanga Mahap yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ketapang. Kota Sekadau merupakan kota inti yang dilewati oleh jalur ke kota maupun pedalaman, daerah Tiga Belitang berbatasan dengan Senaning, Kabupaten Sintang dan Sarawak, Malaysia Timur.
Kabupaten Sekadau | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Koordinat: 0°02′05″N 110°57′02″E / 0.03485°N 110.95066°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Barat |
Ibu kota | Sekadau |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Luas | |
• Total | 5.444,42 km2 (210,210 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 176.667 |
• Kepadatan | 32/km2 (80/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode Kemendagri | 61.09 |
DAU | Rp. 288.662.775.000,- |
Situs web | http://www.sekadaukab.go.id/ |
Sejarah
Sekadau dahulu merupakan daerah pemerintahan kerajaan. Raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah ini adalah:
- Dayang Sri Awan
- Dayang Sri Bunga
- Kyai Dipati Suma Negara
- Dayang Kacang
- Abang Karang (Kyai Dipati Tumbah Baj)
- Dayang Ineh, tahun 1720 menikah dengan Sultan Mangkurat, Raja Melamat (Matan)
Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam wester-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8[1]
Demografi
Penduduk asli Kabupaten Sekadau adalah etnis Dayak, sub - sub suku Dayak di Kabupaten Sekadau antara lain, Dayak Mualang, Dayak Ketungau, Dayak Kerabat. Sebagian besar bermukim di Belitang Hilir, Belitang Tengah dan Belitang Hulu untuk Dayak Mualang, Dayak Ketungau bermukim di Sekadau Hilir, Sekadau Hulu dan Dayak Kerabat bermukim di Sekadau Hulu, Nanga Taman, Nanga Mahap dengan rumpun-rumpunnya yang lain menyebar di sekitar wilayah Sekadau sampai ke Kabupaten Sintang. Kabupaten Sekadau banyak memiliki peninggalan sejarah di beberapa tempat, antara lain di daerah Nanga Taman dan Nanga Mahap.
Agama
Mayoritas agama yang dianut suku-suku Dayak di Sekadau adalah [[Katolik| dau = Rp. 288.662.775.000,- | dauref =[2]
Bahasa
Bahasa yang digunakan masyarakat Kabupaten Sekadau adalah Bahasa Senganan atau Bahasa Rumpun Dayak Mualang, Bahasa Rumpun Dayak Ketungau, sedangkan penduduk yang beragama Islam menggunakan bahasa Melayu Sekadau.
Contoh beberapa kata dalam bahasa daerah Sekadau yang sering digunakan, antara lain seperti:
- ndai: tidak
- kikai: kemana
- ngai: tidak mau
Kesenian
Tari
Seni pertunjukan yang masih hidup dan cenderung menuju punah adalah:
Kerajinan
Kerajinan masyarakat yang pernah ada ialah Tenun Mualang, yaitu kain tapeh dengan motif kain Engkerebang, Pangit dan lain-lain.
Pakaian adat
Pakaian adat kaum laki-laki berupa kain tenun yang terdiri dari:
Senjata tradisional
Senjata tradisional masyarakat Sekadau adalah:
- Senapang Lantak
- Sumpit
- Mandau
- Nyabor
- Pedang
- Jempol
- Perisai untuk pertahanan diri, oleh masyarakat setempat disebut kelauk
Tempat bersejarah
Sekadau memilik tempat-tempat bersejarah, antara lain:
- Lawang Kuari
- Batu Tinggi
- Lawang Siti
- Batu Kenyalau
Konon menurut kisah masyarakat setempat, Lawang Kuari adalah tempat Pangeran Agong mengasingkan diri setelah saudaranya diangkat menjadi raja. Sampai sekarang tempat tersebut dijadikan objek wisata yang terletak di tepi Sungai Kapuas, kurang lebih 1 km dari kota Sekadau ke arah hilir.
Pranala luar
- (Indonesia) Masyarakat dan Bahasa di Cupang Gading
Rujukan
- ^ (Belanda) Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849
- ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 2011-02-17. Diakses tanggal 2011-05-23.