Sistiserkosis

Revisi sejak 3 Agustus 2011 04.16 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (r2.6.4) (bot Menambah: kk:Цистицеркоз)

Sistiserkosis adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia yang disebut sistiserkus akibat termakan telur cacing pita Taenia. [1] Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia.[2] Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. [3] Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia. [3]

Sistiserkosis
Magnetic resonance image of a patient with neurocysticercosis demonstrating multiple cysticerci within the brain.
Informasi umum
SpesialisasiPenyakit menular Sunting ini di Wikidata

Penyebaran di Indonesia

Di Kabupaten Jayawijaya Papua, Indonesia ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari babi [3]. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah kulit [3]. Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala epilepsi [3]. Dari 257 pasien yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya sistiserkosis pada otak. [3]

Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami epilepsi di Bali didiagnosa menderita sistiserkosis di otak. Kesalahan pengutipan: Parameter dalam tag <ref> tidak sah; Prevalensi taeniasis T. asiatica di Sumatera Utara berkisar 1,9%-20,7%. [4] Kasus T. asiatica di Provinsi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi daging babi hutan setengah matang. [4]

Efek Kesehatan

Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh. [5]Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. [5] Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit. [4]

Referensi

  1. ^ (Inggris) Wandra, T., A. Ito, H. Yamasaki, T. Suroso, dan S. S. Margono. 2003. Taenia solium Cysticercosis, Irian Jaya, Indonesia. Journal of Emerging Infectious Disease 9 (7): 884-885.
  2. ^ (Inggris) Grove, D. I. 1990. A History of Human Helminthology. United Kingdom: CAB International.
  3. ^ a b c d e f Simanjuntak, Gindo Mangara. "Studi Taeniasis/Cysticercosis di Kabupaten Jayawijaya Propinsi Irian Jaya" (Pdf). Badan Litbang Kesehatan. Diakses tanggal 2010-05-13. 
  4. ^ a b c Wandra, T., A. A. Depary, P. Sutisna, S. S. Margono, T. Suroso, M. Okamoto, P. S. Craig, dan A. Ito (2006). "Taeniasis and Cysticercosis in Bali and North Sumatra, Indonesia". Parasitology International. 55: 155–160. doi:10.1016/j.parint.2005.11.024. 
  5. ^ a b (Indonesia) Satrija, F. 2005. Helmintologi: Ciri Umum dan Morfologi Helminth. Bogor: Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hal 1-5