Shi Tao (Hanzi sederhana: 石涛; Hanzi tradisional: 石濤; Pinyin: Shí Tāo; Wade–Giles: Shih T'ao); (1642–1718), terlahir sebagai Zhu Ruoji (朱若極) ialah seorang pelukis lanskap dan penyair Cina pada permulaan zaman Dinasti Qing (1644–1911).[1]

Shi Tao, Guru Shi Menanam Pinus, kira-kira tahun 1674, tinta dan warna di atas kertas. Museum Istana Nasional

Dilahirkan di Kabupaten Quanzhou di Provinsi Guangxi, Shi Tao ialah anggota istana kerajaan Dinasti Ming. Dia nyaris terkena bencana pada tahun 1644 ketika Dinasti Ming jatuh akibat serangan Manchuria dan pemberontakan sipil. Setelah berhasil menyelamatkan diri, Shi Tao mengambil nama Yuanji Shi Tao sebelum tahun 1651 ketika dia menjadi seorang rahib Buddha.

Dia pindah dari Wuchang, Hubei ketika dia memulai pengajaran keagamaannya, ke Anhui pada dasawarsa 1660-an. Pada dasawarsa 1680-an dia menetap di Nanjing dan Yangzhou, dan pada tahun 1690 dia pindah ke Beijing untuk menjumpai pembimbingnya demi promosinya dalam sistem biara. Kecewa karena gagal menjumpai pembimbing, Shi Tao mengganti keyakinannya menjadi Taoisme pada tahun 1693 dan kembali ke Yangzhou di mana dia menghabiskan sisa hidupnya sampai tahun 1707.

Nama

Shi Tao memiliki lebih daripada 24 nama alias selama hidupnya.[2]

Nama yang paling lazim di antara nama-nama yang digunakan adalah Shi Tao (Gelombang Batu - 石涛), Ku Gua Heshang (Rahib Labu Pahit -苦瓜和尚), Yuan Ji (Penghulu Keselamatan - 原濟), Xia Zun Zhe (Sang Buta Yang Terhormat - 瞎尊者, buta terhadap hasrat duniawi), Da Dizi (Sang Suci (atau terbersihkan) - 大滌子).

Sebagai mantan Buddhis, dia juga dikenal dengan nama kerahiban Yuan Ji (原濟)[3]

Nama Da Dizi digunakan ketika Shitao meninggalkan ajaran Buddha dan memeluk Taoisme. Itu juga menjadi nama yang digunakan untuk rumahnya di (Da Di Hall - 大滌堂).

Seni

Shi Tao adalah salah seorang pelukis individualis paling terkenal dari permulaan zaman Dinasti Qing. Seni yang dia ciptakan dapat dikatakan revolusioner, karena perbedaannya dari teknik dan gaya yang telah baku dan kaku yang sebelumnya dianggap indah. Peniruan dihargai melebihi terobosan, dan meskipun Shi Tao jelas-jelas dipengaruhi oleh para pendahulunya (Ni Zan dan Li Yong), seni yang dia ciptakan menyelisihi cara-cara mereka dalam beberapa cara baru dan memesonakan.

Terobosan-terobosan resminya dalam melukis meliputi perhatiannya kepada tindakan pelukisan itu sendiri melalui penggunaan cara penipisan dan penebalan, sapuan kuas yang impresionistis, juga minatnya dalam pendekatan subjektif dan penggunaan ruang putih atau negatif untuk menyatakan jarak. Terobosan gaya Shi Tao adalah sulit menempati konteks yang sedang berlaku pada periode itu. Dalam sebuah tanda penerbitan (kolofon) yang berangka tahun 1686, Shi Tao menulis: "Dalam seni lukis, terdapat mazhab Selatan dan Utara, sedangkan dalam seni kaligrafi terdapat metode-metode Dua Wang (Wang Xizhi dan puteranya Wang Xianzhi). Zhang Rong (443–497) pernah berkata, 'Saya tidak menyesal ketika saya tidak berbagi dengan metode-metode Dua Wang, melainkan Dua Wang itu tidak berbagi dengan metode-metode saya.' Jika seseorang bertanya apakah saya [Shi Tao] mengikuti Mazhab Selatan atau Utara, atau apakah kedua-dua mazhab itu mengikuti metode saya, saya menahan tawa dan menjawab, 'saya selalu menggunakan metode saya sendiri!'"[4][note 1]

Puisi dan kaligrafi yang menyertai lukisan-lukisan lanskapnya begitu cantik, agak nakal, dan cerah seperti halnya lukisan yang mereka sertai. Lukisan-lukisannya menjadi contoh pertentangan dan ketegangan internal bagi seniman-seniman amatir-terpelajar, dan mereka ditafsirkan sebagai cercaan melawan penyakralan seni yang bersejarah.

 
Detail 10.000 Titik Tinta Buruk. Kira-kira tahun 1674, tinta di atas kertas.

"10,000 Ugly Inkblots" is a perfect example of Shi Tao's subversive and ironic aesthetic principles. This uniquely apperceptive work challenges accepted standards of beauty. As the carefully painted landscape degenerates into Pollock-esque splatters, the viewer is forced to recognize that the painting is not transparent (immediate, in the most literal sense meaning without media) in the way it initially purports to be. Solely because they are labeled "ugly," the ink dots begin to take on a sort of abstract beauty.

 
Reminiscences of Qin-Huai by Shih T'ao, Cleveland Museum of Art

"Reminiscences of Qin-Huai" is another of Shi Tao's unique paintings. Like many of the paintings from the late Ming Dynasty and early Qing Dynasty it deals with man's place in nature. Upon a first viewing, however, the craggy peak in this painting seems somewhat distorted. What makes this painting so unique is that it appears to depict the mountain bowing. A monk stands placidly on a boat that floats along the Qin-Huai river, staring up in admiration at the genuflecting stone giant. The economy of respect that circulates between man and nature is explored here in a sophisticated style reminiscent of surrealism or magical realism, and bordering on the absurd. Shi Tao himself had visited the river and the surrounding region in the 1680s, but it is unknown whether the album that contains this painting depicts specific places. Re-presentation itself is the only way the feeling of mutual respect that Shi Tao depicts in this painting could be communicated; the subject of a personified mountain simply defies anything simpler.

Catatan

  1. ^ Diparafrasakan. Tanda penerbitan (kolofon) ditambahkan pada sebuah gulungan tergantung berangka tahun 1667 di Pegunungan Huang.

Catatan kaki

  1. ^ Hay 2001, hlm. 1, 84
  2. ^ Coleman 1978, hlm. 127
  3. ^ China: five thousand years of history and civilization. Hong Kong: City University of Hong Kong Press. 2007. hlm. 761. ISBN 978-962-037-140-1 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan). 
  4. ^ Hay 2001, hlm. 243, 250

Referensi

Pranala luar