Matilda dari Inggris
Permaisuri Matilda (Bahasa Inggris: Empress Matilda), juga dikenal sebagai Matilda dari Inggris atau Maude (7 Februari 1102 – 10 September 1167), adalah putri dan pewaris Raja Henry I dari Inggris. Matilda dan adik lelakinya, William Adelin, merupakan satu-satunya keturunan sah Raja Henry yang selamat sampai dewasa. Kematian adiknya pada peristiwa tenggelamnya kapal White Ship di tahun 1120, membuat Matilda menjadi pewaris satu-satunya berdasarkan garis ayah terhadap kakeknya William sang Penakluk.
Matilda dari Inggris | |
---|---|
Permaisuri Romawi Suci, Ratu Jerman | |
Tenure | 7 Januari 1114 – 23 Mei 1125 |
Lady dari Inggris (diperdebatkan) | |
Berkuasa | 7 April 1141 – 1 Nopember 1141 |
Pendahulu | Stephen |
Penerus | Stephen |
Pasangan | Henry V, Kaisar Romawi Suci m. 1114; des. 1125 Geoffrey V, Count Anjou m. 1128; des. 1151 |
Keturunan | Henry II dari Inggris Geoffrey, Count Nantes William X, Count Poitou |
Wangsa | Dinasti Norman |
Ayah | Henry I dari Inggris |
Ibu | Matilda dari Scotlandia |
Matilda telah dijodohkan sejak kecil dengan Henry V, Kaisar Romawi Suci, dan setelah menikah ia mendapatkan gelar Empress ("Permaisuri"). Pasangan tersebut tidak memiliki keturunan. Setelah menjanda selama beberapa tahun, Matilda kemudian menikah dengan Geoffrey dari Anjou dan memiliki tiga putra, yang tertua ialah Raja Henry II dari Inggris.
Matilda merupakan penguasa wanita pertama di Kerajaan Inggris. Namun demikian, masa pemerintahannya secara efektif amat singkat, yaitu hanya beberapa bulan di tahun 1141. Ia tidak pernah dimahkotai secara resmi dan gagal mengkonsolidasikan pemerintahannya secara legal maupun politik. Karena hal-hal tersebut, ia biasanya dikeluarkan dari daftar penguasa Inggris, sementara saingannya (yang juga sepupunya) Stephen dari Blois tercatat sebagai raja untuk periode 1135-1154. Persaingan keduanya atas tahta kerajaan menghasilkan masa ketidaktentraman dan perang saudara selama bertahun-tahun lamanya di Inggris, yang dinamakan The Anarchy. Matilda berhasil mempertahankan warisannya atas Kadipaten Normandia (Duchy of Normandy) berkat lewat prestasi militer suaminya Count Geoffrey, serta ia selalu gigih memperjuangkan hak putra sulungnya untuk naik tahta Inggris, yang akhirnya disaksikannya pada tahun 1154.
Kehidupan awal
Matilda adalah anak tertua dari dua orang anak Henry I dari Inggris dan istrinya Matilda dari Skotlandia (juga dikenal dengan nama Edith) yang berhasil mencapai usia dewasa.
Kakek dan nenek dari pihak ibunya adalah Malcolm III dari Skotlandia dan Santa Margaret dari Skotlandia. Margaret adalah putri dari Edward yang Diasingkan dan cucu perempuan dari Edmund II dari Inggris. Sebagian besar sejarawan percaya bahwa Matilda dilahirkan di Winchester, namun satu orang yaitu John M. Fletcher berpendapat bahwa mungkin ia dilahirkan di istana kerajaan di Sutton Courtenay, Oxfordshire. Kakek dan nenek dari pihak ayahnya adalah William sang Penakluk dan Matilda dari Flandria.
Pernikahan
Ketika berusia tujuh tahun, Matilda dipertunangkan dengan Henry V, Kaisar Romawi Suci. Pada usia delapan tahun, ia dikirim ke Kekaisaran Romawi Suci (Jerman) untuk memulai latihan menjalani hidup sebagai seorang permaisuri. Matilda yang berusia delapan tahun dimahkotai sebagai Permaisuri Kekaisaran Romawi Suci di Mainz pada tanggal 25 Juli 1110.[1][2] Pada usia dua belas tahun, Matilda menjadi pengantin cilik saat pasangan kerajaan tersebut menikah di Mainz pada tanggal 7 Januari 1114. Matilda menemani Henry berkunjung ke Roma dan Toscana. Matilda kemudian berperan sebagai wali negara, terutama di Italia, ketika Henry tidak berada di sana.[3] Kaisar Henry wafat pada tanggal 23 Mei 1125. Pasangan kerajaan tersebut tidak memiliki keturunan yang selamat, namun Herman dari Tournai menyatakan bahwa Matilda sempat melahirkan seorang putra yang hidupnya singkat.
Matilda kembali ke Inggris. Henry I kemudian mengatur pernikahan kedua untuk Matilda, dengan tujuan untuk menjamin perdamaian antara Normandia dan Anjou. Pada tanggal 17 Juni 1128, Matilda yang saat itu telah berusia 26 tahun menikah dengan Geoffrey dari Anjou yang saat itu berusia 15 tahun. Geoffrey adalah juga Count Maine dan sekaligus calon pewaris gelar ayahnya Count Anjou (yang kemudian segera diperolehnya), sehingga Matilda juga berhak menyandang gelar Countess Anjou meskipun Matilda jarang mempergunakan gelar tersebut. Geoffrey menjuluki dirinya sendiri "Plantagenet", yaitu dari sejenis nama bunga semak tertentu (planta genista) yang ia ambil sebagai lambang pribadinya. Plantagenet selanjutnya menjadi nama dinasti dari raja-raja Inggris yang berkekuasaan besar, yang berasal dari garis keturunan Matilda dan Geoffrey.
Pernikahan Matilda dengan Geoffrey bermasalah dan sering terjadi perpisahan yang panjang, namun mereka memiliki tiga orang anak. Anak yang tertua adalah Henry, yang dilahirkan pada tanggal 5 Maret 1133. Di tahun 1134, Matilda hampir meninggal dunia ketika melahirkan putra keduanya Geoffrey, Count Nantes. Putra ketiga, William X, Count Poitou, dilahirkan di tahun 1136. Matilda hidup lebih lama daripada suami keduanya, yang wafat di bulan September tahun 1151.
Pertikaian atas tahta Inggris
Di tahun 1120, saudara lelakinya William Adelin tenggelam dalam peristiwa tenggelamnya kapal White Ship, sehingga Matilda menjadi satu-satunya anak sah Raja Henry yang masih hidup. Sepupunya Stephen dari Blois juga merupakan cucu dari William (sang Penakluk) dari Normandia, namun demikian karena garis keturunan Matilda berdasarkan anak laki-laki, maka dalam hal urutan pewaris ia lebih senior daripada Stephen.
Setelah Matilda kembali ke Inggris, Henry mengangkatnya sebagai pewaris tahta Inggris dan Kadipaten Normandia. Henry memastikan bahwa para baron Anglo-Norman, termasuk Stephen, untuk dua kali melakukan sumpah setia untuk menerima Matilda sebagai penguasa jika Henry wafat tanpa keturunan laki-laki.
Matilda dan Geoffrey sedang berada di Anjou ketika ayahnya wafat di Normandia pada tanggal 1 Desember 1135, dan pada saat krusial tersebut terlalu jauh dari kejadian-kejadian yang secara cepat berlangsung di Inggris dan Normandia. Matilda dan Geoffrey juga berselisih dengan Henry mengenai kastil-kastil di perbatasan. Stephen dari Blois setelah mendengar berita kematian Henry, segera saja bergegas pergi ke Inggris dan berhasil merebut mahkota dari pewaris yang sebelumnya telah ditunjuk. Ia didukung oleh hampir seluruh baron serta saudara lelakinya Henry, Uskup Agung Winchester, yang membatalkan sumpahnya untuk mendukung Matilda. Namun, Matilda melakukan perlawanan kepada Stephen di kedua wilayahnya. Ia dan suaminya Geoffrey memasuki Normandia dan memulai kampanye militer untuk menuntut haknya di sana. Kemajuan perang tidak terlalu berarti pada awalnya, namun ia terus bertahan. Geoffrey berhasil menguasai seluruh fiefdom barat dan selatan sungai Seine di Normandia pada tahun 1143, dan di bulan Januari 1144 ia menyeberangi Seine dan menaklukkan Rouen tanpa perlawanan. Ia Geoffrey dan Matilda memegang gelar Adipati Normadia secara bersama-sama sampai dengan tahun 1149, lalu mewariskannya kepada putra mereka Henry, yang segera saja diakui oleh Raja Louis VII dari Perancis. Akan tetapi, baru pada tahun 1139 lah Matilda berhasil memiliki kekuatan militer yang dibutuhkan untuk dapat melawan Stephen di wilayah pulau Inggris.
Selama peperangan, pendukung Matilda yang paling setia dan cakap adalah anak laki-laki tak sah dari ayahnya, yaitu Robert, Earl Pertama dari Gloucester. Sementara itu pendukung Stephen yang paling setia dan cakap adalah istrinya, yaitu Countess Boulogne yang juga bernama Matilda, yang tak lain adalah sepupu Permaisuri Matilda dari pihak ibunya.
Kemenangan terbesar Matilda terjadi pada Februari 1141, yaitu ketika pasukannya mengalahkan dan menawan Raja Stephen pada Perang Lincoln. Stephen dijadikan seorang tahanan dan secara kekuasaannya secara efektif digulingkan. Keunggulan Matilda tersebut hanya berlangsung selama beberapa bulan saja. Ketika ia tiba di London, kota itu telah siap menyambutnya serta mendukung penobatannya. Ia menggunakan gelar Lady dari Inggris dan berencana untuk menggunakan gelar ratu ketika dinobatkan (kebisaan yang nantinya diikuti oleh cucu-cucunya, Richard dan John).[4] Namun, Matilda menolak permintaan rakyat untuk mengurangi setengah dari pajak-pajak mereka, karena kesombongannya,[4] rakyat menutup pintu gerbang kota dan melanjutkan kembali perang saudara pada tanggal 24 Juni 1141.
Pada bulan November, Stephen bebas karena terjadi pertukaran tahanan dengan Robert dari Gloucester; dan setahun kemudian keadaan menjadi terbalik ketika Matilda dikepung di Oxford. Namun Matilda berhasil melarikan diri ke Wallingford, diperkirakan dengan melarikan diri menyeberangi wilayah yang tertutup salju dalam jubah putih. Di tahun 1141, ia melarikan diri dari Devizes, dengan menyamar sebagai mayat yang diangkut untuk dikuburkan.
Di tahun 1148 Matilda dan Henry kembali ke Normandia, yaitu setelah meninggalnya Robert dari Gloucester dan selesainya penaklukan Normandia oleh Geoffrey. Setibanya mereka di sana, Geoffrey menyerahkan Normandia kepada Henry dan mengundurkan diri ke Anjou.
Kehidupan selanjutnya
Putra pertama Matilda, Henry, telah menunjukkan tanda-tanda sebagai seorang pemimpin yang sukses. Tahun 1147 ketika ia masih berusia 14 tahun, Henry menemani Matilda dalam invasi ke Inggris. Meskipun invasi mengalami kegagalan karena kurangnya persiapan, namun hal itu membuatnya yakin bahwa Inggris adalah hak ibunya, dan juga adalah hak miliknya. Ia kembali lagi ke Inggris antara tahun 1149 dan 1150. Pada tanggal 22 Mei 1149, ia diangkat sebagai ksatria oleh paman ibunya Raja David I dari Skotlandia di Carlisle, Skotlandia.[5] Meskipun kemenangan pada perang saudara berada di pihak Stephen, namun pemerintahannya bermasalah. Di tahun 1153, yaitu setelah putra Stephen Eustace meninggal serta dengan tibanya ekspedisi militer yang dipimpin oleh Henry, akhirnya Stephen berdamai dan menjadikan Henry sebagai pewarisnya dalam Perjanjian Wallingford.
Matilda mengundurkan diri ke Rouen di Normandia pada tahun-tahun terakhirnya, dimana ia mengatur istananya sendiri dan memimpin pemerintahan kadipaten ketika Henry tidak berada di tempat. Ia ikut campur tangan di dalam perselisihan antara putra tertuanya Henry dan putra keduanya Geoffrey, Count Nantes, namun perdamaian antar saudara itu berlangsung singkat. Geoffrey memberontak terhadap Henry sebanyak dua kali, sebelum kematiannya yang mendadak di tahun 1158. Hubungan antara Henry dan adik lelaki termudanya William X, Count Poitou lebih akrab; dan William diberikannya tanah-tanah yang luas di Inggris. Ketika Uskup Agung Thomas Becket menolak untuk mengijinkan William menikahi Countess Surrey, pemuda itu pergi mengasingkan dirinya ke istana Matilda di Rouen. William yang merupakan anak kesayangan ibunya, meninggal di sana pada bulan Januari 1164, dan disebutkan karena rasa kecewa dan sedihnya. Matilda juga berusaha menjadi penengah dalam pertikaian antara putranya Henry dan Becket, namun tidak berhasil.
Meskipun ia telah melepas harapan untuk dimahkotai pada tahun 1141, namanya selalu disebutkan mendahului nama putranya, meskipun ketika Henry telah menjadi raja. Matilda wafat di Notre Dame du Pré dekat Rouen di tahun 1167, dan dimakamkan di Biara Bec-Hellouin, Normandia. Jenazahnya dipindahkan ke Katedral Rouen di tahun 1847; di batu nisannya terukir: "Great by Birth, Greater by Marriage, Greatest in her Offspring: Here lies Matilda, the daughter, wife, and mother of Henry" (hebat karena kelahiran, lebih hebat karena pernikahan, dan paling hebat karena keturunan: Di sini terbaring Matilda, anak perempuan, istri, serta ibu dari Henry).
Fiksi sejarah
Perang saudara antara para pendukung Stephen dan Matilda terbukti menjadi subyek populer dalam fiksi sejarah. Novel-novel yang menceritakan hal tersebut, antara lain:
- Graham Shelby, The Villains of the Piece (1972), dipublikasikan di Amerika Serikat sebagai The Oath and the Sword
- Serial Brother Cadfael karya Ellis Peters]], dan serial TV yang dibuat berdasarkan kisah tersebut yang diperankan Sir Derek Jacobi
- Jean Plaidy, The Passionate Enemies, buku ketiga dari Trilogi Norman
- Sharon Penman, When Christ and His Saints Slept menceritakan kisah kejadian sebelum, selama, dan setelah perang saudara berlangsung
- Haley Elizabeth Garwood, The Forgotten Queen (1997)
- Ken Follett, The Pillars of the Earth
- E. L. Konigsburg, A Proud Taste for Scarlet and Miniver
- Ellen Jones, The Fatal Crown, diceritakan dengan sangat tidak akurat
- Juliet Dymoke, The Lion's Legacy, sebagai bagian dari kisah trilogi (pertama, Of The Ring Of Earls, kedua Henry Of The High Rock)
Beberapa novel bahkan sampai berspekulasi mengenai terjadinya hubungan asmara antara Matilda dan Stephen, antara lain The Janna Mysteries oleh Felicity Pulman, dengan berlatar masa perang saudara antara Stephen dan Matilda.
Matilda adalah sebuah karakter yang dalam sebuah drama karya Jean Anouilh bernama Becket. Di dalam 1964 adaptasi filmnya, ia diperankan oleh Martita Hunt. Ia juga diperankan oleh Brenda Bruce di tahun 1978 BBC serial TV The Devil's Crown, yang mendramatisir masa pemerintahan putra dan cucunya.
Alison Pill juga memerankannya di tahun 2010 pada serial TV The Pillars of the Earth, sebuah adaptasi novel karya Follett, meskipun di sini ia pada awalnya dikenal sebagai Puteri Maud dan bukan Permaisuri Matilda.
Silsilah Keluarga
16. Richard II, Adipati Normandia | ||||||||||||||||
8. Robert yang Megah | ||||||||||||||||
17. Judith dari Brittania | ||||||||||||||||
4. William I dari Inggris | ||||||||||||||||
18. Fulbert dari Falaise | ||||||||||||||||
9. Herleva | ||||||||||||||||
2. Henry I dari Inggris | ||||||||||||||||
20. Baldwin IV, Count Flandria | ||||||||||||||||
10. Baldwin V, Count Flandria | ||||||||||||||||
21. Ogive dari Luksemburg | ||||||||||||||||
5. Matilda dari Flandria | ||||||||||||||||
22. Robert II dari Perancis | ||||||||||||||||
11. Adela dari Perancis | ||||||||||||||||
23. Constance Arles | ||||||||||||||||
1. Matilda dari Inggris | ||||||||||||||||
24. Crínán dari Dunkeld | ||||||||||||||||
12. Duncan I dari Skotlandia | ||||||||||||||||
25. Bethóc | ||||||||||||||||
6. Malcolm III dari Skotlandia | ||||||||||||||||
13. Suthen | ||||||||||||||||
3. Matilda dari Skotlandia | ||||||||||||||||
28. Edmund Ironside | ||||||||||||||||
14. Edward yang Diasingkan | ||||||||||||||||
29. Ealdgyth | ||||||||||||||||
7. Santa Margaret dari Skotlandia | ||||||||||||||||
15. Agatha | ||||||||||||||||
Lihat pula
Catatan Kaki
- ^ "Matilda (1102-1167)", DNB
- ^ Chibnall, Marjorie The Empress Matilda: Queen Consort, Queen Mother and Lady of the English p. 24
- ^ Chibnall, Marjorie The Empress Matilda: Queen Consort, Queen Mother and Lady of the English pgs. 33-34, 46
- ^ a b Lyon, Ann (2003). Constitutional history of the UK. Routledge Cavendish. ISBN 1859417469. Diakses tanggal 2009-09-19.
- ^ Harvey. The Plantagenets. hlm. 50.
Sumber
- Bradbury, J. (1996) Stephen and Matilda: the Civil War of 1139-1153, Sutton Publishing, ISBN 0-7509-0612-X
- Chibnall,Marjorie (1991) The Empress Matilda:Queen Consort, Queen Mother, and Lady of the English
- Fletcher, John (1990) Sutton Courtenay: The History of a Thameside Village
- Gardener J and Wenborn W the History Today Companion to British History
- Pain, Nesta (1978) Empress Matilda: Uncrowned Queen of England
- Parsons, John Carmi. Medieval Mothering (New Middle Ages), sub. Marjorie Chibnall, "Empress Matilda and Her Sons"
Matilda dari Inggris Lahir: February 1102 Meninggal: 10 September 1167
| ||
Jerman | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Constance dari Sisilia |
Ratu Romawi 1114–1125 |
Diteruskan oleh: Richenza dari Northeim |
Didahului oleh: Eupraxia dari Kiev |
Ratu Kerajaan Romawi Suci 1114–1125 | |
Bangsawan Prancis | ||
Didahului oleh: Matilda dari Château-du-Loir |
Permaisuri Countess Maine 1126–1151 |
Diteruskan oleh: Eleanor dari Aquitaine |
Didahului oleh: Melisende I dari Yerusalem |
Permaisuri Countess Anjou 1129–1151 | |
Didahului oleh: Matilda I dari Boulogne |
Permaisuri Duchess Normandia 1144–1151 | |
Inggris | ||
Didahului oleh: William Adelin |
Pewaris tahta Inggris sebagai calon pewaris 22 November 1120 (diakui tahun 1127) – 1 Desember 1135 |
Diteruskan oleh: Eustace IV dari Boulogne |
Hanya gelar saja | ||
Tuntutan setelah kematian Henry I | — TITULER — Lady dari Inggris 1135–1167 Alasan kegagalan suksesi: Mahkota dituntut oleh Stephen dari Blois |
Diteruskan oleh: Henry II |