Surat Yudas
Surat Yudas merupakan kumpulan surat rasuli yang terakhir di dalam Perjanjian Baru.[1] Surat ini ditulis untuk memperingatkan para pembacanya supaya waspada terhadap guru-guru palsu yang menyebut dirinya Kristen.[2] Dalam surat yang pendek ini, yang isinya mirip dengan surat Petrus yang kedua, penulisnya memberi dorongan kepada para pembacanya supaya terus berjuang untuk iman.[2]
Pada awal abad ketiga, surat Yudas tersebar luas di kalangan umat Kristen.[1] Namun demikian, pada abad ketiga (th. 200-300) dan abad keempat (th. 300-400) karangan ini jarang dikutip oleh gereja.[1] Eusebius dari Kaisarea mengatakan bahwa karangan ini banyak ditolak oleh jemaat, tetapi pada abad kelima surat ini mulai dipakai lagi oleh gereja.[1]
Penulis
Dalam karangan surat ini, dijelaskan bahwa penulis surat Yudas adalah seorang hamba Yesus Kristus dan juga merupakan seorang saudara dari Yakobus.[3] Yakobus yang dimaksudkan adalah Yakobus yang disebutkan dalam Yak 1:1.[1] Yakobus dalam surat Yakobus bukanlah rasul Yakobus bin Alfeus, melainkan Yakobus, saudara Tuhan Yesus yang merupakan kepala jemaat perdana di Yerusalem.[1] Ada kemungkinan bahwa Yudas, saudara Yesus merupakan pengarang surat Yudas, meskipun tidak pasti,[1] karena dalam keseluruhan surat Yudas, tidak pernah disinggung mengenai relasi khusus dengan Yesus.[1] Dalam surat ini hanya dijelaskan bahwa penulis hanya hamba Yesus Kristus.[1]
Waktu Penulisan
Surat Yudas ditulis dalam jangka waktu antara penulisan Yakobus dan penulisan 2 Petrus.[1] Surat Yakobus ditulis sekitar tahun 80/90 Masehi dan 2 petrus tahun 125 Masehi, jadi dapat disimpulkan bahwa surat Yudas ditulis tahun 100 Masehi.[1]
Konteks Penerima
Surat Yudas memiliki ciri menggunakan kepustakaan apokrif Yahudi.[4] Yudas 1 berkata tentang "mereka yang terpanggil", yang dukasihi Allah Bapa dan Yesus Kristus yang terpelihara.[1] Sebagai seorang Yahudi, penulis surat Yudas bisa dengan bebas memanfaatkan Perjanjian Lama dan beberapa karangan Yahudi.[1]
Muatan Teologi
Dalam surat Yudas, terdapat penekanan terhadap tema penghakiman.[5] Yudas mengutip perkataan Henokh yang mengatakan bahwa Tuhan akan melaksanakan penghakiman pada hari kedatangannya (Yud 14-15).[5] Ia berbicara tentang malaikat-malaikat yang tidak taat yang ditahan olehnya dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar (Yud 6).[5] Kehancuran Sodom dan Gomora dikutip sebagai contoh dari hukuman siksaan api kekal (Yud 7).[5]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m C. Groenen. 1984. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.371.
- ^ a b Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 2. Bandung: Bina Media Informasi. Hal. 64.
- ^ M. E . Duyverman. 1992. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hal. 204.
- ^ D. Guthrie, dkk. 2003. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF. hal.884.
- ^ a b c d (Indonesia)Donald Guthrie. 1992. Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm.217.