Belenggu (Buddhisme)

Revisi sejak 23 Oktober 2011 09.06 oleh Tjmoel (bicara | kontrib) (Belenggu penderitaan: +terjemahan)

Dalam agama Buddha, sebuah belenggu, rantai atau ikatan (Pāli: samyojana, saŋyojana, saññojana) jiwa, mengikat mahluk hidup kepada sasāra, lingkaran kehidupan beserta dengan dukkha. Dengan memutuskan seluruh belenggu, seseorang mencapai nibbāna (Pāli; Skt.: nirvāa).

Belenggu penderitaan

Diseluruh Kanon Pali, kata "belenggu" digunakan untuk menjelaskan fenomena intrapsikis yang mengikat seseorang kepada penderitaan. Sebagai contoh, dalam Itivuttaka 1.15 kitab Khuddaka Nikaya, Buddha menyatakan:

"Bhikkhu, Saya tidak membayangkan belenggu lain - terbelenggu yang oleh karenanya mahluk yang tergabung berkelana dan berpindah-pindah dalam waktu yang lama - seperti belenggu keinginan. Terbelenggu oleh belenggu akan keinginan, mahluk hidup tergabung berkelana dan berpindah-pindah dalam waktu yang lama."[1]

Dilain pihak, penderitaan yang disebabkan oleh sebuah belenggu sebagaimana tersirat dalam percakapan teknis dalam SM 35.232, dimana YM. Sariputta bercakap-cakap dengan YM. Kotthita:

YM. Kotthita: "Bagaimana, rekan Sariputta, bahwa ... telinga adalah belenggu akan suara atau suara merupakan belenggu akan telinga?..."
YM. Sariputta: "Rekan Kotthita, sebuah ... telinga bukanlah belenggu akan suara ataupun suara merupakan belenggu akan telinga, akan tetapi keinginan dan nafsu yang timbul daripadanya yang bergantung pada keduanya: terdapatlah belenggu disana.."[2]

Daftar belenggu

Empat tingkat kemuliaan sesuai Sutta Piṭaka.
Bodhi Punarbawa Belenggu yang disingkirkan
sotāpanna ± tujuh kali;
manusia
atau dewa
  1. pandangan
    identitas
    (lihat anatta)
  2. keraguan
    pada Triratna
  3. kemelekatan
    pada ritual
    dan adat
belenggu
rendah
sakadāgāmi sekali lagi;
manusia
anāgāmi sekali lagi,
suddhāvāsa
arahat tidak ada belenggu
tinggi

Belenggu diberi nomor dengan cara yang berbeda antara Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka Kanon Pali

Referensi

  1. ^ Thanissaro (2001).
  2. ^ Bodhi (2000), p. 1230. Tangentially, in discussing the use of the concept of "the fetter" in the Satipatthana Sutta (regarding mindfulness of the six sense bases), Bodhi (2005) references this sutta (SN 35.232) as explaining what is meant by "the fetter," that is, "desire and lust" (chanda-raga). (While providing this exegesis, Bodhi, 2005, also comments that the Satipatthana Sutta commentary associates the term "fetter" in that sutta as referring to all ten fetters.)