Arya Kamandanu
Arya Kamandanu adalah nama seorang tokoh fiktif, tokoh utama dalam cerita sandiwara radio Tutur Tinular, sandiwara radio yang berlatar belakang sejarah runtuhnya Kerajaan Singhasari hingga berdirinya Kerajaan Majapahit, karya S. Tidjab.
Dalam cerita sandiwara tersebut, Arya Kamandanu digambarkan sebagai sosok pemuda yang sangat mumpuni dalam olah kanuragan, pendekar pilih tanding berjiwa ksatria yang mampu menaklukkan musuh-musuhnya demi membela kebenaran, namun dilain pihak ia adalah sosok pemuda yang sangat pemalu dan sulit menaklukkan dan mengutarakn isi hatinya terhadap seorang perempuan.
Kamandanu dan Keluarganya
Arya Kamandanu lahir di desa kecil bernama Kurawan, putra kedua dari Mpu Hanggareksa, seorang ahli pembuat senjata kepercayaan Prabu Kertanagara, raja Kerajaan Singhasari.
Arya Kamandanu mempunyai kakak bernama Arya Dwipangga, berbeda dengan Kamandanu, Arya Dwipangga mempunyai karakter licik, ia lebih gemar terhadap olah sastra, dengan syair-syairnya inilah pada akhirnya nanti Arya Dwipangga berhasil merebut kekasih adiknya, dan karena syair-syair ini pula ia akan terkenal dan menjadi pendekar yang sakti mandraguna dengan julukan Pendekar Syair Berdarah.
Mereka berdua sejak kecil hanya dibesarkan oleh ayahnya, Mpu Hanggareksa, dibantu oleh pengasuh setianya bernama Nyi Rongkot.
Ilmu Kanuragan
Mpu gandring memiliki sahabat sekaligus murid bernama Mpu Bango (Bango Samparan ,ayah angkat Ken Arok), Mpu Bango mempunyai murid bernama Empu Sasi. Dan Empu Sasi sendiri memiliki tiga murid yaitu; Mpu Lunggah, Mpu Ranubhaya dan Mpu Hanggareksa yang merupakan ayah Arya Kamandanu.
Arya Kamandanu sendiri mampu menguasai olah kanuragan karena mendapat bimbingan dari saudara seperguruan ayahnya yang bernama Mpu Ranubhaya. Sebelum kedatangan Kamandanu, Mpu Ranubhaya hanya mempunyai seorang murid bernama Wirot.
Di dalam sebuah goa yang terletak di pinggiran bukit Desa Kurawan, Arya Kamandanu bersama Wirot digembleng olah ilmu kanuragan oleh Mpu Ranubhaya. Selama beberapa hari Arya Kamandanu akhirnya berhasil menguasai Aji Saepi Angin, sebuah ilmu kanuragan untuk meringankan tubuh, yang mampu membuatnya lari melesat bagaikan terbang. Kamandanu juga berhasil menguasai pukulan dua belas jurus sampai tahap ke tiga dimana pukulan ini lebih populer dengan nama Jurus Naga Puspa , yang pada akhirnya nanti mampu disempurnakan sampai tingkat Akhir oleh bantuan saudara seperguruan ayahnya yang lain bernama Mpu Lunggah.
Dalam setiap petualangannya, Arya Kamandanu selalu ditemani oleh pedang pusakanya bernama pedang Naga Puspa ciptaan gurunya, Mpu Ranubhaya.
Pada awalnya pedang pusaka ini diciptakan untuk Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Mongolia sebagai tebusan atas diri Ranubhaya sebagai tawanan kerajaan, Namun pedang ini malah menjadi rebutan pejabat kerajaan. Demi menyelamatkan pedang tersebut dari orang-orang yang berwatak jahat, pedang pusaka tersebut akhirnya diserahkan kepada pasangan pendekar suami-istri bernama Lo Shi Shan dan Mei Shin.
Pasangan pendekar ini akhirnya menjadi buronan dan menjadi pelarian hingga terdampar ke Tanah Jawa. Sesampainya di Tanah Jawa, pedang ini pun menjadi rebutan oleh banyak pendekar jahat. Lo Shi Shan tewas, pedang pun beralih ke tangan Mei Shin. Mei Shin pun hidup terlunta-lunta, kemudian ditolong oleh Arya Kamandanu. Dalam kebersamaannya, merekapun saling jatuh cinta, kemudian Arya Kamandanu menikahi Mei Shin, dan akhirnya pedang pusaka tersebut diserahkan ke Arya Kamndanu, murid kesayangan dari pencipta pedang Naga Puspa itu sendiri.
Pedang Naga puspa ini begitu dahsyat kekuatannya, ketika pedang ini sudah keluar dari warangka nya, maka akan mengeluarkan pamor yang berwarna kemerah-merahan. Dalam penciptaannya, Mpu Ranubhaya memasukkan energi Naga Bumi kedalam pedang tersebut, sehingga bagi siapa saja yang berani mencabut pedang tersebut dari warangkanya tetapi tidak mempunyai tenaga dalam yang memadai, maka pemegang pedang tersebut tenaganya akan tersedot oleh energi ghaib yang ada dalam pedang Naga Puspa ini hingga bisa menyebabkan kematian. Sudah banyak korban-korban yang berjatuhan akibat kecerobohan menggunakan pedang ini.
Arya Kamandanu sendiri tak pernah berani berlama-lama ketika menggunakan pedang tersebut, karena meski ia sudah menguasai jurus -jurus dasar Naga Puspa, Namun ia masih belum mampu mengendalikan tenaga liar yang ada dalam pedang ini. Hingga suatu saat, pedang ini pun jatuh ketangan musuh besarnya, akibatnya banyak korban yang berjatuhan.
Ketika Arya Kamandanu digigit oleh ular siluman naga puspa, kemudian bertapa hingga 40 hari lamanya dan mampu menyempurnakan jurus naga puspanya sampai ke tahap akhir dan dengan bantuan Keris Mpu Gandring, barulah ia bisa merebut kembali Pedang Pusaka tersebut dari tangan musuh bebuyutannya, dan kemudian dengan kekuatan ghaib ular Naga Puspa yang sudah mengalir dalam tubuhnya, akhirnya Kamandanu bisa menaklukkan keganasan pedang ini, kemudian pamornya berubah menjadi kebiru-biruan.
Pada masa akhir petualangannya, agar Pedang Pusaka tersebut tidak jatuh lagi ke tangan pendekar yang berwatak jahat, Kamandanu memilih berpisah dengan Pedang Pusaka ini, kemudian dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, ia menancapkannya sangat dalam pedang tersebut pada sebongkah batu besar di sebuah gua yang tersembunyi, di lereng Gunung Arjuna.