Terowongan Lampegan

terowongan di Indonesia

Terowongan Lampegan yaitu salah satu terowongan pertama di Jawa Barat yang dibuat di desa Cibokor tahun 1879-1882 yang lokasinya di pasir Gunung Keneng, Cianjur Jawa Barat.[1]

Berkas:Lampegan.jpg
Terowongan Lampegan

Etimologi

Menurut cerita, nama Lampegan asalnya dari kata yang sering disebutkan oleh Beckman ketika memeriksa hasil pekerjaan pegawainya.[1] Setiap melihat pegawai yang sedang bekerja di dalam terowongan, dia sering berteriak mengingatkan kepada pegawainya untuk tetap membawa lampu agar lebih aman dari bahaya kurangnya zat asam.[1] “Lamp pegang...., lamp pegang”, dia mengingatkan dalam campuran bahasa Belanda dan Indonesia. Maksudnya adalah agar pegawai membawa lampu. Di terowongan itu udaranya masih lembap dikarenakan lubang terowongan yang hanya ada satu.[1]
Terowongan ini merupakan terowongan pertama di Jawa Barat yang letaknya di lintas kereta api yang menghubungkan Batavia-Bandung lewat Bogor/Sukabumi.[1] Selain terowongan Lampegan, di Jawa Barat ada terowongan Sasaksaat yang dibangun tahun 1902-1903, yang menghubungkan lintas jalur kereta api Jakarta-Bandung lewat Cikampek.[1]
Tiga terowongan lainnya menghubungkan stasiun Banjar dan Cijulang, daerah yang letaknya di Ciamis bagian selatan ini dibangun taun 1918. Masing-masing Prins Henrik Tunnel (suami Ratu Wihelmina) panjangnya 100meter, Prins Juliana Tunnel panjangnya 250 meter, dan Koningin Wihelmina. Panjang terowongan itu yaitu 1.1 kilometer, yang menjadikan terowongan ini jadi terowongan terpanjang di Pulau Jawa. Terowongan ini dahulu memiliki nama terowongan Juliana. Tetapi sebagian orang menyebutnya terowongan Wihelmina, nama dari Ratu Kerajaan Walanda. Sebagian besar terowongan yang dibangun jaman dahulu sudah tidak berfungsi lagi. Begitu juga denga terowongan hasil Beckman, nasibnya lebih tragis, di tanggal 13 Maret, terowongan itu hancur sebab hujan besar yang turun di daerah itu. Awalnya rembesan air dan seterusnya bagian atasnya hancur. Mulai dari sana hubungan kereta api Sukabumi-Cianjur yang sudah lebih satu abad, akhirnya terputus.[2]
Setelah mengalami renovasi, di September 2000, hubungan dua stasiun baik lagi. Namun dari tanggal 12 Maret 2001, terowongan itu ambruk lagi, dari situ hubungan stasiun Cianjur dan Sukabumi kembaki terputus.[1]


Rujukan

  1. ^ a b c d e f g Suganda, Her.2007.Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas.Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
  2. ^ Bemmelen, Reinout Willem .1949.The Geology of Indonesia.California: Govt. Print. Off.