Liem Seeng Tee

Pendiri PT HM Sampoerna
Revisi sejak 2 November 2011 17.57 oleh Bennylin (bicara | kontrib) (menambahkan Kategori:Marga Lin menggunakan HotCat)

Liem Seeng Tee (18931956) adalah pendiri PT. HM Sampoerna, sebuah perusahaan rokok besar di Indonesia. Dia adalah generasi pertama dari keluarga Sampoerna; ayah dari Aga Sampoerna dan kakek dari Putera Sampoerna.

Liem adalah seorang imigran dari sebuah keluarga miskin di provinsi Fujian di Tiongkok. Dia datang ke Indonesia pada tahun 1898 bersama ayahnya. Tak lama setelah tiba di Indonesia, ayahnya meninggal.

Liem lalu diangkat sebagai anak oleh sebuah keluarga di Bojonegoro. Di situ dia belajar meracik tembakau yang kemudian dijualnya di stasiun kereta api.

Setelah menikah dengan Siem Tjang Nio, Liem melanjutkan peracikan tembakaunya. Racikannya ternyata disukai masyarakat dan pada tahun 1913, dia mendirikan Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee yang kelak menjadi PT. Sampoerna. Sampoerna terus berkembang menjadi perusahaan besar meski sempat mengalami beberapa masalah, di antaranya pabrik yang terbakar.

Liem meninggal pada tahun 1956. Anaknya, Aga, kemudian melanjutkan kepemimpinan perusahaan.

Liem Seeng Tee (1893–1956) adalah pendiri PT. HM Sampoerna, sebuah perusahaan rokok besar di Indonesia. Dia adalah generasi pertama dari keluarga Sampoerna; ayah dari Aga Sampoerna dan kakek dari Putera Sampoerna. Liem adalah seorang imigran dari sebuah keluarga miskin di provinsi Fujian di Tiongkok. Dia datang ke Indonesia pada tahun 1898 bersama ayahnya. Tak lama setelah tiba di Indonesia, ayahnya meninggal. Sebelum meninggal, Liem dititipkan disebuah keluarga Cina di Bojonegoro. Di keluarga CIna tersebut Liem menerima pelajaran-pelajaran tentang keuangan. Hingga umur sebelas (11) tahun Liem diasuh di keluarga tersebut. Setelah itu, Liem hidup mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berjualan makanan kecil di dalam gerbong kereta jurusan Surabaya - Jakarta dengan cara melompat masuk pada malam buta. Liem pernah berjualan makanan kecil selama 18 bulan penuh tanpa istirahat sekalipun.

Tidak lama setelah menikah dengan Siem Tjiang Nio, Liem mendapatkan pekerjaan sebagai peracik dan pelinting rokok di sebuah pabrik rokok di Lamongan. Dari situ Liem memperlihatkan kemampuan alaminya dalam meracik dan melinting rokok. Namun tidak lama kemudian, Liem berhenti dari pekerjaannya itu dan menyewa sebuah warung kecil di Jln. Tjantian di Surabaya Lama. Di warung tersebut Liem bersama istrinya berjualan bahan makanan kecil, sedangkan Liem berusaha berjualan rokok racikannya sendiri. Racikannya ternyata disukai masyarakat dan pada tahun 1913, dia mendirikan Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee yang kelak menjadi PT. Sampoerna. Sampoerna terus berkembang menjadi perusahaan besar meski sempat mengalami beberapa masalah, di antaranya pabrik yang terbakar. Liem meninggal pada tahun 1956. Anaknya, Aga, kemudian melanjutkan kepemimpinan perusahaan.

Sumber