Kabupaten Tanah Datar
Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam provinsi Sumatera Barat, Indonesia, dengan ibukota Batusangkar 0°27′12″S 100°35′38″E / 0.45333°S 100.59389°E. Kabupaten ini merupakan kabupaten terkecil untuk luas wilayahnya, yaitu 133.600 Ha (1.336 Km2), dengan jumlah penduduknya berdasarkan sensus pada tahun 2006 adalah 345.383 jiwa yang terbagi atas 14 kecamatan, 75 nagari, dan 395 jorong. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan maupun peternakan.
Kabupaten Tanah Datar | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Tuah Sepakat Alur dan Patut | |
Koordinat: 0°27′00″S 100°34′59″E / 0.45°S 100.583°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Barat |
Tanggal berdiri | - |
Ibu kota | Batusangkar |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Ir. M. Shadiq Pasadigoe, S.H (2005-2010) |
Luas | |
• Total | 1.404,25 km2 (54,218 sq mi) |
Populasi ((2006)) | |
• Total | 345.383 |
• Kepadatan | 251/km2 (650/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0752 |
Kode Kemendagri | 13.04 |
DAU | Rp. 432.695.146.000,- |
Situs web | www.tanahdatar.go.id/ |
Kabupaten Tanah Datar merupakan Tujuh Kabupaten Terbaik di Indonesia dari 400 kabupaten yang ada. Penghargaan ini diberikan pada tahun 2003 oleh Lembaga International Partnership dan Kedutaan Inggris. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menobatkan kabupaten Tanah Datar sebagai satu dari empat daerah paling berprestasi dan berhasil melaksanakan otonomi daerah[1].
Luhak Nan Tuo, nama lain dari kabupaten Tanah Datar, saat ini di kabupaten Tanah Datar masih banyak terdapat peninggalan sejarah seperti prasasti atau batu bersurat terutama peninggalan zaman Adityawarman.
Geografis
Secara geografis wilayah kabupaten Tanah Datar terletak di tengah-tengah provinsi Sumatera Barat, yaitu pada 00º17" LS - 00º39" LS dan 100º19" BT – 100º51" BT[2] . Ketinggian rata-rata 400 sampai 1000 meter di atas permukaan laut[2].
Topografis
Kabupaten Tanah Datar terletak di antara dua gunung, yaitu gunung Merapi dan gunung Singgalang. Kondisi topografi ini didominasi oleh daerah perbukitan, serta memiliki dua pertiga bagian danau Singkarak.
Kondisi topografis kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut :
- Wilayah Datar 0 – 3 % dengan luas 6. 189 Ha atau 6.63 % dari luar wilayah Kabupaten Tanah Datar
- Wilayah Berombak 3 – 8 % dengan luas 3.594 Ha atau 2,67 % dari luar wilayah Kabupaten Tanah Datar
- Wilayah Bergelombang 8 - 15 % dengan luas 43.922 Ha atau 32.93 % dari luas Kabupaten Tanah Datar
- Kemiringan di atas 15 % dengan luas wilayah 79.895 Ha atau 59.77 % dari luas Kabupaten Tanah Datar
Iklim
Secara umum iklim di kawasan kabupaten Tanah Datar adalah sedang dengan temperatur antara 12 0C – 25 0C dengan curah hujan rata-rata lebih dari 3.000 mm pertahun. Hujan kebanyakan turun pada bulan September hingga bulan Februari. Curah hujan yang cukup tinggi ini menyebabkan ketersediaan air cukup, sehingga memungkinkan usaha pertanian secara luas dapat dikembangkan.
Batas wilayah
Kabupaten Tanah Datar memiliki perbatasan dengan beberapa kabupaten/kota di Sumatera Barat, yaitu:
Utara | Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota |
Timur | Kabupaten Sijunjung |
Selatan | Kota Sawah Lunto dan Kabupaten Solok |
Barat | Kabupaten Padang Pariaman |
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang kaya dengan sumber air. Selain danau Singkarak, di kabupaten Tanah Datar terdapat lebih dari 25 buah sungai.
Arti lambang
Lambang daerah kabupaten Tanah Datar berbentuk perisai segi lima yang di dalamnya terdapat:
- Kata-kata Tanah Datar
- Balai adat bergonjong lima berjendela empat
- Kubah masjid bertingkat
- Setangkai padi berbutir 17
- Setangkai kapas berbuah delapan
- Sebuah keris
- Sehelai pita dengan kata-kata sebagai semboyan
Pengertian dari segi bentuk
Bentuk perisal segi lima, melambangkan bahwa daerah Kabupaten Tanah Datar adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat, sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Pengertian dari segi sudut gambar/lukisan
Balai adat gonjong lima
Balai adat melambangkan tempat mufakat, tempat melahirkan filsafat alam fikiran khas masyarakat Tanah Datar yang dikenal dengan sistem demokrasi menurut alur dan patur, sebagai lambang konsekuensi dalam melaksanakan demokrasi.
Atap balai adat yang melengkung bagai tanduk kerbau meruncing menjulang ke atas merupakan gaya seni bangunan khas Tanah Datar yang melambangkan sifat masyarakat yang dinamis, bekerja berbuat dan bercita-cita luhur untuk kebahagiaan bersama
Atap balai adat dengan lima gonjong, satu gonjong pada bagian depan dan empat gonjong pada bahagian samping yang melengkung bagai tanduk kerbau meruncing menjulang ke atas merupakan gaya seni bangunan khas Tanah Datar yang melambangkan sifat masyarakat yang dinamis, bekerja berbuat dan bercita-cita luhur untuk kebahagiaan bersama. Masjid bertingkat, berkubah, bergonjong dan lurus ke atas melambangkan agama mayoritas masyarakat Tanah Datar adalah Islam, dalam membentuk jiwa yang suci dan berbudi luhur.
Mesjid bergonjong dan berkubah
Mesjid bertingkat, berkubah, bergonjong dan lurus ke atas melambangkan agama mayoritas masyarakat Tanah Datar adalah Islam, dalam membentuk jiwa yang suci dan berbudi luhur.
Padi dan kapas
Padi dan kapas melambangkan cita-cita masyarakat Tanah Datar menuju kehidupan adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Keris pusaka
Keris pusaka melambangkan kesatuan jiwa patriot masyarakat Tanah Datar yang mencintai kerukunan kedamaian dan senantiasa memelihara harga dirinya.
Pengertian warna
Pengertian dari warna yang ada pada lambang,
- Putih berarti suci terdapat pada kubah masjid, huruf balok bertuliskan Tanah Datar, kapas, pita tempat motto dan warna pinggir luar dari perisai.
- Kuning berarti kebesaran jiwa masyarakat. Terdapat pada dasar perisai. Warna ini merupakan warna khas Tanah Datar Luhak Nan Tuo.
- Kuning emas berarti keagungan, terdapat pada dinding balai adat, kaki balai adat, padi dan keris.
- Hitam berarti tahan uji, terdapat pada atap gonjong, tulisan Tuah Sepakat Alur dan Patut.
- Hijau berarti kedamaian jiwa, mengandung harapan masa depan yang lebih baik. terdapat pada daun kapas dan warna dasar tulisan Tanah Datar.
- Merah berarti keberanian menegakkan kebenaran dan keadilan. warna huruf balok tulisan Tuah Sepakat Alur dan Patut.
Pengertian dan makna semboyan
Selanjutnya juga terdapat sehelai pita yang bertuliskan pita bertuliskan motto/semboyan Tuah Sepakat Alur dan Patut. Maknanya sepakat dalam mengambil kata mufakat, selalu disandarkan pada alur dan patut. Kepentingan pribadi dihargai dalam batas selama tidak bertentangan dengan kepentingan bersama yang berlandaskan alur dan patut. Demikian pula dalam melaksanakan mufakat/musyawarah selalu kompak dalam arti "Bersatu teguh, bercerai runtuh", kepentingan pribadi dihargai dalam batas selama tidak bertentangan dengan kepentingan bersama yang berlandaskan alur dan patut.
Arti falsafah lambang
Pengertian falsafah dari lambang mencerminkan jiwa pikiran dan kehidupan masyarakat Tanah Datar yang bersendikan adat dan agama, serta senantiasa menaati hukum, musyawarah mufakat, yang berdasarka alur dan patut. "Elok dek awak, katuju dek urang" serta konsekuen melaksanakan hasil mufakat menuju kebahagiaan hidup bersama yang adil dan makmur dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Infrastruktur
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah pertanian, hal ini terlihat dari dominasi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah, penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan lahan. Lokasi pertanian tersebar merata di seluruh wilayah dan produksinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini membutuhkan jaringan jalan sebagai pendukung aktivitas sektor pertanian tersebut mulai dari kegiatan produksi, pasca panen dan pemasaran. Sementara itu kondisi jaringan jalan yang ada belum dapat mendukung sepenuhnya aktivitas pertanian tersebut, hal ini terlihat dari masih banyaknya ruas jalan yang lebarnya belum memenuhi syarat, kondisi permukaan jalan yang rusak dan masih banyak ruas jalan yang melalui lokasi pertanian belum dapat dilalui kendaraan roda dua sekalipun, dengan mengatasi penanganan jaringan jalan ini, maka tentunya aktifitas sektor pertanian akan lebih ekonomis sehingga dengan sendirinya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan sekaligus akan meningkatkan pengembangan wilayah dari kabupaten Tanah Datar itu sendiri[3].
Pada saat ini pembangunan jalan di kabupaten Tanah Datar pada dasarnya hanya berupa memperbaiki kualitas jalan, sementara pembukaan jalan baru dipandang masih belum memungkinkan karena terkendala oleh keterbatasan dana. Selama tahun 2007 jumlah jembatan di kabupaten Tanah Datar sebanyak 238 buah dengan panjang 2.019,60 km. Jumlah jembatan yang paling banyak terdapat di kecamatan Tanjung Emas sebanyak 33 buah dengan panjang 383,20 km.
Pendidikan
Untuk data pendidikan tahun 2006/2007, untuk Sekolah Dasar menunjukan bahwa di kabupaten Tanah Datar terdapat 309 SD yang terdiri dari 302 Sekolah Dasar Negeri dan 2 Sekolah Dasar Swasta, dengan jumlah siswa seluruhnya 43.506 orang, sedangkan Madrasah Ibtidaiyah 5 sekolah, 2 di antaranya swasta dengan jumlah siswa seluruhnya 534 orang, dengan demikian jelas terlihat bahwa jumlah sekolah dan jumlah siswa pada Sekolah Dasar lebih banyak jika dibandingkan dengan Madrasah Ibtidaiyah yang hanya 1.31 % dari Sekolah Dasar.
Potensi ekonomi Tanah Datar
Kabupaten Tanah Datar adalah daerah agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan maupun peternakan. Begitu juga dengan usaha masyarakat pada sektor lain juga berbasis pertanian seperti pariwisata dan industri kecil atau agro industri. Masyarakat Tanah Datar juga dikenal gemar menabung dengan total dana tabungan masyarakat sebesar Rp. 223 Milyar tahun 2004.
Pontensi ekonomi kabupaten Tanah Datar dapat dikatagorikan atas tiga katagori yaitu: Sangat Potensial, Potensial dan Tidak Potensial. Untuk sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah ubi kayu, kubis, karet, tebu, peternakan sapi potong, peternakan kuda, peternakan kambing potong, budidaya ayam ras pedaging, ayam bukan ras, budidaya itik dan budidaya ikan air tawar. Sektor lain yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah industri konstruksi bangunan sipil, pedagang eceran makanan olahan hasil bumi, usaha warung telekomunikasi, pedagang cinderamata dan wisata sejarah. Kabupaten Tanah Datar yang potensial untuk hampir semua sektor pertanian kecuali cengkeh, tembakau, bayam dan merica. Sedangkan untuk sektor pertambangan yang potensial dikembangkan adalah galian kapur dan sirtu.
Sektor usaha pertambangan
Kabupaten Tanah Datar memiliki potensi bahan tambang berupa batu gamping kristalian yang sekarang dikelola oleh PT. Inkalko Agung, dolomit, granit, sirtukil, tanah liat, batu setengah permata, trass, fosfat, batubara, besi, emas, belerang, kuarsa dan slate.
Sektor usaha industri
Industri di Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh industri kecil seperti tenunan pandai sikek yang terdapat di kecamatan Sepuluh Koto, kopi bubuk, kerupuk ubi, kerupuk kulit, anyaman lidi, gula aren, gula tebu. Sektor industri besar berupa peternakan ulat sutera oleh PT. Sutera Krida. Pada tahun 2004 nilai investasi sektor industri kecil di kabupaten Tanah Datar mencapai Rp. 7 milyar dengan nilai produksi sebesar Rp. 60 milyar.
Sektor usaha pariwisata
Luhak Nan Tuo, nama lain dari Kabupaten Tanah Datar. Masyarakat Minangkabau meyakini bahwa asal usul orang Minangkabau dari Kabupaten Tanah Datar, tepatnya dari Dusun Tuo Pariangan, Kecamatan Pariangan.
Banyak bukti yang masih terdapat di kabupaten Tanah Datar ini seperti Sawah Satampang Baniah, Lurah Nan Indak Barangin, Galundi Nan Baselo dan Kuburan Panjang Datuk Tantejo Gurhano yang dikenal sebagai arsitek rumah gadang. Kemudian dari Luhak Tanah Datar inilah kemudian orang Minangkabau berkembang dan berpindah ke daerah lain seperti Luhak 50 kota dan Luhak Agam.
Di Kabupaten Tanah Datar saat ini masih banyak terdapat peninggalan sejarah adat Minangkabau tersebut, baik berupa benda maupun tatanan budaya adat Minangkabau. Ikrar “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” ini disebut juga dengan Sumpah Satie yang juga di Tanah Datar dilahirkan, yaitu tempatnya di Bukit Marapalam Puncak Pato, Kecamatan Lintau Buo Utara.
Kabupaten Tanah Datar sebagai tempat asal mula suku Minangkabau banyak sekali memiliki tempat sejarah. Industri wisata di kabupaten Tanah Datar ini sangat potensial untuk dikembangkan.
Tempat wisata sejarah yang terdapat di kabupaten Tanah Datar ini antara lain Istana Pagaruyung, Balairuang Sari, Puncak Pato, Prasasti Adityawarman, Batu Angkek-angkek, Rumah Gadang Balimbing, Kincir Air, Batu Basurek, Nagari Tuo Pariangan, Fort van der Capellen, Batu Batikam dan Ustano Rajo.
Sedangkan untuk wisata alam dan budaya di kabupaten Tanah Datar adalah Lembah Anai, Panorama Tabek Pateh, Danau Singkarak Bukit Batu Patah dan Ngalau Pangian.
Rujukan
- ^ Local Governance Support Program
(LGSP). "Buku Pegangan bagi Kepala Daerah dan DPRD". United States Agency for International Development (USAID). Diakses tanggal 20 March 2010. line feed character di
|author=
pada posisi 33 (bantuan) - ^ Natsir, M., (2009), Ekstraksi Informasi Penutup Lahan Daerah Kabupaten Tanah Datar, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009), 20 Juni 2009, Yogyakarta, ISSN 1907-5022.
- ^ Hutagaol, T., (2003), Kajian Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Perkembangan Sektor Pertanian dalam Konteks Pengembangan Wilayah Kabupaten Tanah Datar, Tesis S2, ITB, Bandung[1].