David Saul Marshall

Untuk orang lain yang bernama sama, silakan lihat David Marshall

David Saul Marshall (12 Maret 1908 - 12 Desember 1995) seorang Yahudi Sephardi keturunan Irak, ialah pemimpin Front Buruh Singapura yang juga tercatat sebagai Ketua Menteri pertama Singapura, hasil pemilu 1955 yang diprakarsai Britania Raya.

Sejak muda ia ikut gerakan kemerdekaan Singapura. Ia dipanggil ke pengadilan pada 1937 setelah lulus dari Universitas London dan Middle Temple di Inggris. Dalam waktu singkat, ia dikenal banyak orang sebagai pengacara ulung. Ia mengklaim bahwa ia mampu membebaskan 99 tertuduh pembunuhan dari 100 kasus yang ada. Pada masa itu Singapura masih memakai sistem Dewan Juri. Karena sistem itu hanya dimanfaatkan David Marshall, maka pada 1969 Lee Kuan Yew menghapusnya.

Dalam PD II, ia bergabung dalam Korps Sukarelawan Singpura yang berperang melawan Jepang yang hendak merebut Singapura, namun gagal. Dengan mengenakan lempengan logam bertuliskan Jews, ia menjadi romusha di pertambangan batu bara di Hokkaido, Jepang. Pada 1945, setelah kalahnya Jepang, ia dibebaskan.

Sebelum memimpin Labour Front yang baru didirikan pada 1954, ia berada pada praktek resmi pribadi sebagai pengacara. Pada April 1955, ia diangkat sebagai Ketua Menteri pertama Singapura, setelah melalui pemilu yang diprakarsai Inggris. Naiknya Marshall ke puncak kekuasaan bukan terjadi secara tiba-tiba, namun sudah direncanakan matang oleh jaringan Yahudi yang berkeliaran di Singapura. Namun sebenarnya pemerintahannya tidak bisa disebut sebagai pemerintahan yang kuat karena ia kurang mendapat dukungan dari otoritas Inggris dan sejumlah partai lokal.

Akibat meletusnya Kerusuhan Bus Hock Lee, citra pemerintahannya memburuk. Ia berhenti dari dari jabatannya pada 1956 setelah gagal mengajukan permintaan kepada Inggris agar memerdekakan Singapura. Lim Yew Hock menggantikannya.

Setahun kemudian ia meninggalkan Front Buruh. Antara 1959-1963, ia kalah dalam kursi legislatif, namun memenangkan Anson by-election pada 1961.

Ia menikah dengan Jean Mary Gray, bekas dosen pekerja sosial. Mereka memiliki 3 putri dan seorang putra.

Setelah kalah dalam pemilu 1963, ia kembali ke bidangnya. Namun tetap aktif dalam oposisi sampai 1972, saat Joshua Benjamin Jeyaretnam memimpin Front Buruh.

Antara 1978-1993, ia menjabat sebagai Dubes Singapura untuk Prancis, Spanyol, Portugal, lalu Swiss. Pada Oktober 1993 ia berhenti dari korps diplomatik, dan banting setir sebagai konsultan perusahaan hukum Drew and Napier. Dua tahun kemudian ia meninggal akibat kanker paru-paru.

Sumber