Maria Ulfah Santoso
Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo (18 Agustus 1911 – 15 April 1988) atau dahulu dikenal sebagai Maria Ulfah Santoso adalah salah satu mantan Menteri Sosial pada Kabinet Sjahrir II. Nama Santoso diambil dari nama suami pertama dan nama Soebadio Sastrosatomo diambil dari nama suami kedua setelah suami pertama meninggal dunia.
Maria Ulfah Santoso | |
---|---|
Menteri Sosial Republik Indonesia 3 | |
Masa jabatan 12 Maret 1946 – 26 Juni 1947 | |
Presiden | Soekarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | Serang, Banten, Indonesia | 18 Agustus 1911
Meninggal | 15 April 1988 Jakarta, Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Riwayat
Maria Ulfah lahir dari pasangan Raden Mochammad Achmad dan Chadidjah Djajadiningrat yakni saudara dari Hoesein dan Achmad Djajadiningrat. Mochammad Achmad adalah seorang dari beberapa saja orang Indonesia yang pada awal abad ke 20 selesai menempuh pendidikan di HBS (setingkat SMA). Mochammad Achmad kemudian menjabat sebagai Bupati Kuningan.
Tahun 1929 Maria Ulfah pergi ke Belanda bersama ayahnya, adik perempuannya, Iwanah dan adik laki-lakinya Hatnan. Ibunya pada waktu itu sudah meninggal. Di Belanda Maria Ulfah memilih studi hukum di Leiden. Pilihan itu jatuh, karena menurutnya, kedudukan wanita secara hukum masih sangat lemah sehingga perlu diperbaiki.
Di Belanda, ia menjadi anggota perhimpunan mahasiswa/I Leiden, Vereeniging van Vrouwelijke Studenten Leiden (VVSL). Keinginan untuk ikut serta dalam gerakan emansipasi wanita berubah menjadi perjuangan menuju emansipasi dan kemerdekaan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Tokoh-tokoh nasional kerapkali ia jumpai di Belanda. Maria Ulfah sering ikut terlibat percakapan ayahnya dengan Haji Agus Salim yang untuk beberapa lamanya pernah tinggal diBelanda. Perbincangan mereka berkisar sekitar perkoperasian dan soal buruh. Muhammad Hatta juga sering hadir di sana.
Di Belanda Maria Ulfah mengenal Sjahrir lewat iparnya, Djoehana Wiradikarta. Sjahrir begitu banyak memberikan pengaruh secara ideologis kepada Maria Ulfah. Ia pernah meminjamkan buku karangan seorang gadis pengikut Mao Tse Toeng. Maria Ulfah juga membaca buku pembelaan “Indonesie klaagt aan (Indonesia Menggugat). Bersama Sjahrir Maria Ulfah mengikuti rapat-rapat politik.
Sjahrir juga merencanakan akan membuat wisma buruh seperti di Belanda saat nanti ia kembali ke Indonesia. Ide Sjahrir rupanya paralel dengan keinginan Maria Ulfah yang hendak mengangkat derajat wanita. Sesudah empat tahun belajar, tahun 1933 ia pun memperoleh gelar Masteer (sarjana hukum) sebagai wanita Indonesia pertama.
Di Indonesia Sjahrir Sjahrir mendirikan Partai Sosialis. Saya belum menemukan data apakah Maria Ulfah juga ikut bergabung dengan Sjahrir. Namun yang jelas, oleh Presiden Soekarno Maria Ulfah diangkat sebagai Menteri Sosial pertama RI.
Maria Ulfah sangat memiliki ikatan emosional denganKuningan dan Linggajati tentunya. Kalau foto Maria Ulfah terpampang di sana, sudah pasti karena ia memiliki peran, meski bukan dalam kapasitas sebagai juru runding. Dalam perundingan Linggajati sendiri Sjahrir yang ditunjuk menjadi pimpinan delegasi.
Peran Maria Ulfah ada pada pilihan ia untuk menjadikan Linggajati sebagai tempat perundingan. Maria Ulfah mengusulkan Linggajati kepada Sjahrir. Mungkin saja ada keinginan Maria Ulfah untuk bernostalgia dengan kota dimana ia dibesarkan. Tapi yang jelas, Maria Ulfah menganggap Linggajati secara geografis bisa menjadi alternatif tempat karena baik pihak Indonesia dan Belanda sempat menemui jalan buntu.
Soekarno dan Hatta yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta (sebagai ibu kota sementara), menawarkan Yogya sebagai tempat perundingan. Sudah pasti pilihan itu ditolak mentah-mentah oleh Belanda karena mereka justru menginginkan perundingan dilaksanakan di Jakarta yang saat itu mereka kuasai.
Disamping itu, Maria Ulfah bisa memberikan jaminan dari sisi keamanan. Ini bisa dimengerti karena Residen Cirebon, Hamdani maupun Bupati Cirebon Makmun Sumadipradja, kebetulan berasal dari Partai Sosialis. Artinya mereka adalah “anak buah” Sjahrir. Saat perundingan, Sjahrir menginap di Gedung Sjahrir di dekat kolam renang LInggajati, sementara Soekarno-Hatta bermalam di pendopo Kabupaten Kuningan. Pendek cerita, dilaksanakanlah Perundingan Linggajati yang Draftnya ditandatangani pada 15 November 1946 di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Sementara penandatanganan resmi dilakukan pada 25 Maret 1947.
Pendidikan
- HBS V (1929)
- Rechtshogeschool Universitas Leiden, Belanda (1933)
Karier
- Guru Sekolah Menengah Muhammadiyah/Perguruan Rakyat (1934-1942)
- Anggota BPUPKI/Perumus Batang Tubuh UUD (1945)
- Anggota KNIP
- Pegawai Kementerian Kehakiman
- Mensos RI (1946-1947)
- Sekretaris PM/Dewan Menteri/Direktur Kabinet Perdana Menteri RI (1947-1962)
- Ketua BSF (1950-1961)
- Pegawai Tinggi di Sekretariat Negara (1962-1967)
- Ketua Dewan Film Nasional (1970-1976)
- Anggota DPA (1968-1973)
Kegiatan Lain
Pranala luar
- (Indonesia) Itje dari Serang
- (Indonesia) Maria Ulfa,Sjahrir dan Kuningan
Didahului oleh: A.D. Tjokronegoro |
Menteri Sosial 1946 - 1947 |
Diteruskan oleh: Soeparjo |