Semut semai

kumbang yang sangat beracun jika bersentuhan
Revisi sejak 25 Maret 2012 15.25 oleh Gombang (bicara | kontrib) (←Suntingan Mikhailov Kusserow (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Sinukarta)
Semut semai
Serangga Tomcat
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Insecta
Ordo:
Subordo:
Infraordo:
Superfamili:
Famili:
Staphylinidae
Subfamili:
Paederinae

(Fleming, 1821)[1]
Ordo

Paederini
Pinophilini lihat teks

Semut Semai[2] atau Serangga Tomcat (nama ilmiah: Paederus littoralis), disebut pula Kumbang Rove[3] (Rove Beetle) atau dengan nama daerah Semut Kayap[4] atau Charlie[5] di Indonesia, adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang termasuk dalam keluarga besar Kumbang (Staphylinidae), terutama dibedakan oleh panjang pendeknya penutup pelindung sayap ("sayap berlapis") yang meninggalkan lebih dari setengah dari perut mereka terbuka. Dengan lebih dari 46.000 spesies dalam ribuan generasi, kelompok ini adalah keluarga kedua terbesar kumbang setelah Curculionidae (kumbang yang sebenarnya). Serangga ini termasuk kelompok serangga kuno, dengan fosil serangga tomcat diketahui dari Jaman Triassic atau pemusnahan mahluk hidup di Bumi sekitar 200 juta tahun lalu.

Anatomi

Seperti bisa diduga untuk suatu keluarga kumbang yang besar, terdapat variasi besar di antara spesies ini. Ukuran berkisar antara 1 hingga 35 mm (1,5 inci), dengan sebagian besar di kisaran 2-8 mm, dan bentuk umumnya memanjang, dengan beberapa serangga tomcat yang berbentuk bulat seperti telur. Badannya berwarna kuning gelap di bagian atas, bawah abdomen (perut) dan kepala berwarna gelap. Pada antena kumbang biasanya 11 tersegmentasi dan filiform, dengan clubbing moderat dalam beberapa generasi kumbang. Biasanya, kumbang ini terlihat merangkak di kawasan sekeliling dengan menyembunyikan sayapnya dan dalam pandangan sekilas ia lebih menyerupai semut. Apabila merasa terganggu atau terancam, maka kumbang ini akan menaikkan bagian abdomen agar ia terlihat seperti kalajengking untuk menakut-nakuti musuhnya.

Pemerian

Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan secaraotomatis bila bersentuhan atau bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung. Gawatnya, Tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti baju, handuk, ataupun benda-benda lainnya. Pada jenis serangga tertentu, terdapat cairan yang diduga 12 kali lebih kuat dari bisa ular kobra[6]. Cairan hemolimf atau toksin ini disebut sebagai 'aederin' (C24H43O9N)[7]. Jika sudah terkena dermatitis, segera bersihkan seprei, sapu tangan, handuk, pakaian maupun benda-benda yang disinyalir terkena racun tomcat. Bersentuhan dengan kumbang ini saat berbaring atau tidur, menghancurkannya pada badan atau mengosok dengan jari yang kotor akan menyebabkan konjungtivitas dan penyakit kulit yang parah yang dikenali sebagai 'dermatitis linearis', 'aederus (kumbang rove/ staphylinidae) dermatitis'. Kalau melihat Tomcat hinggap di tangan, jangan dipencet atau dibunuh seperti mematikan nyamuk ataupun serangga kecil lainnya. Sebaiknya Tomcat ditiup hingga pergi, atau diambil dengan hati-hati menggunakan alat atau tangan yang ditutupi plastik dan dibuang ke tempat yang aman. Setelah itu cuci tangan dengan sabun dan ulangi lagi. Kalau bisa semprot serangga itu dengan racun serangga dan disingkirkan tanpa harus menyentuhnya secara langsung. Sejatinya, serangga ini merupakan sahabat petani karena merupakan predator alami bagi wereng, salah satu hama yang menjadi musuh utama para petani. Tomcat merupakan kelompok serangga pertanian, tetapi dalam 3 sampai 4 tahun terakhir dilaporkan adanya gangguan kesehatan pada manusia yang disebabkan oleh serangga tersebut.[4]

Pencegahan

Tutup jendela dan matikan lampu jika tidak digunakan karena Tomcat menyukai tempat-tempat yang terang. Jangan memakai pakaian yang terbuka untuk menghindari sentuhan langsung dengan Tomcat. Sebaiknya jendela diberi kasa nyamuk agar Tomcat tidak bisa masuk. Hati-hati jika memiliki anak kecil yang suka bermain di dekat tanaman dan singkirkan dari rumah apabila tanaman tersebut dalam kondisi tidak terawat karena dapat berpotensi menjadi sarang Tomcat.[8]

Pengobatan

Jika kulit terkena racun Serangga Tomcat segeralah mencuci bagian kulit yang terkena dengan menggunakan sabun, jangan diberi odol, minyak kayu putih, balsem, minyak tawon maupun bedak tabur karena hanya akan memperparah keadaan. Kulit yang terkena toksin Tomcat akan merah meradang mirip herpes tetapi tidak sama. Pengobatannya menggunakan salep dan antibiotik. Biasanya hydrocortisone 1% atau salep betametasone dan antibiotik neomycin sulfat 3 x sehari atau salep Acyclovir 5%.[9] Peradangan juga dapat diredakan dengan mengkompres bagian kulit yang terkena racun dengan air dingin.

Referensi

  1. ^ Guiry, M.D. "Subfamily: Paederinae". National University of Ireland, Galway. Diakses tanggal 19 Maret 2012. 
  2. ^ "SERANGGA TOMCAT: 'Dipersenjatai' Racun Paederin". Surat Kabar Solo Pos. Diakses tanggal 21 Maret 2012. 
  3. ^ "Merebaknya Wabah Serangga Tomcat atau Kumbang Rove di Surabaya dan Jawa Timur". Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP&PL). Diakses tanggal 21 Maret 2012. 
  4. ^ a b "Tomcat si Kumbang Sahabat Petani". Surat Kabar Tribun News. Diakses tanggal 21 Maret 2012. 
  5. ^ "Serangga Beracun Tomcat Masih Mencemaskan Surabaya". Surat Kabar Kompas. Diakses tanggal 21 Maret 2012. 
  6. ^ "Awas Serangan Serangga Tomcat Mengintai". Viva News.com. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 
  7. ^ "Awas Racun Tomcat Lebih Mematikan dari Kobra". CentroOne.com. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 
  8. ^ Korban Tomcat Capai 48 Orang. Surat Kabar Jawa Pos Metropolis. Dicetak pada 20 Maret 2012
  9. ^ "Waspada Serangga Tomcat Mematikan". Surat Kabar Tribun News. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 

Pranala luar