Folklor Jepang

Revisi sejak 17 April 2012 12.10 oleh Midori (bicara | kontrib) (Cerita zaman dulu: +Saudagar Jerami)
Bagian dari seri
Mitologi & cerita rakyat Jepang

Literatur klasik:
Kojiki | Nihon Shoki | Kujiki
Otogizōshi | Konjaku Monogatari

Kami
Izanami | Izanagi | Amaterasu
Susanoo | Ama-no-Uzume

Kepercayaan rakyat
Ebisu | Inari
Oni | Tujuh Dewa Keberuntungan

Makhluk legenda
Kappa | Tengu | Kitsune
Tsuchinoko | Yōkai

Tokoh legenda
Abe no Seimei | Benkei | Kintarō
Momotarō | Tamamo-no-Mae | Sōjōbō

Tempat suci & supranatural
Gunung Hiei | Gunung Fuji | Izumo
Takamagahara | Yomi | Ryūgū-jō

Benda suci
Amenonuhoko | Tonbogiri

Cerita hantu
Oiwa | Okiku

Sastrawan & budayawan
Kunio Yanagita, Keigo Seki, Lafcadio Hearn, Inoue Enryo

Cerita rakyat Jepang adalah cerita dari folklor lisan yang lahir dan beredar di kalangan rakyat Jepang. Istilah yang digunakan di Jepang dalam literatur yang diterbitkan sesudah zaman Meiji hingga awal zaman Showa adalah minwa, mindan, atau ritan (cerita rakyat), kōhi (cerita yang ditulis di batu), densetsu (legenda), dōwa (cerita anak), otoginabashi (dongeng fantasi), dan mukashibanashi (cerita zaman dulu), dan sebagainya[1]

Jenis

Secara garis besar, cerita rakyat Jepang berdasarkan isi dan bentuk dibagi menjadi 3 kelompok: cerita zaman dulu (昔話, mukashibanshi), legenda (伝説, densetsu), dan cerita masyarakat (世間話, sekembanashi).

Cerita zaman dulu

Lokasi cerita dan tokoh-tokoh dalam cerita bersifat fiktif, sedangkan waktu kejadian adalah masa lampau yang tidak dijelaskan secara pasti. Ciri khas adalah kata "mukashi" atau "mukashi, mukashi" (zaman dulu kala) yang digunakan untuk kalimat pembuka. Kalimat dalam cerita sering menggunakan kata "attasōna" atau "atta to sa" yang berarti "konon" atau "kabarnya menurut orang zaman dulu". Cerita sering diakhiri dengan kalimat "Dotto harai" yang berarti "Tamat" atau "Mereka bahagia selamanya".

Pencerita yang tidak memandang perlu untuk meyakinkan pendengarnya bahwa cerita yang disampaikannya benar-benar terjadi. Kebenaran cerita tidak diketahui pasti, tapi kemungkinan besar tidak pernah terjadi.

Beberapa judul cerita zaman dulu:

Legenda

Isi cerita umumnya tentang kepercayaan, dan peristiwa tentang asal-usul tempat, bangunan, kuil, desa, pohon, batu, mata air, gunung, atau bukit yang dipercaya orang sebagai pernah ada. Selain itu, isi cerita bisa berupa legenda sejarah, tokoh sejarah, asal-usul adat istiadat, dan hal-hal tabu. Tokoh, waktu, dan lokasi diceritakan dengan pasti.

Tokoh utama biasanya adalah tokoh sejarah yang benar-benar ada seperti Kobo Daishi, Minamoto no Yoshitsune, tokoh yang kalah perang dan melarikan diri untuk bersembunyi (ochūdo), atau golongan hantu (Yōkai) seperti oni, tengu, dan kappa.

Pencerita sedikitnya ingin pendengar percaya dengan cerita yang dituturkan, dan sebagian orang percaya bahwa cerita mengandung kebenaran. Beberapa judul legenda bisa digolongkan sebagai cerita zaman dulu:

Cerita masyarakat

Isi cerita berupa desas-desus tentang tokoh terkenal, keluarga, atau desa. Selain itu, cerita dapat berupa "kisah nyata" dari kejadian sehari-hari yang dialami sendiri oleh orang yang bercerita (misalnya pengalaman melihat hantu), cerita aneh, cerita lucu, atau cerita erotis. Cerita harus sudah dituturkan secara berulang-ulang, dan tidak termasuk gosip sewaktu mengobrol yang umumnya hanya diceritakan sekali.

Orang yang bercerita mengaku dirinya mengalami sendiri kejadian yang diceritakan, atau menuturkan kisah yang menurutnya benar-benar pernah terjadi. Selain orang yang bercerita, tokoh utama bisa berupa tetangga, sanak keluarga, atau kenalan. Legenda urban dapat disebut cerita masyakarat zaman modern. Sumber dari cerita mulut ke mulut biasanya pengelana yang bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain, atau orang desa yang bekerja di kota.

Cerita jenis ini tidak memiliki judul yang baku, dan bisa berupa apa saja, seperti pengalaman ditipu kitsune, atau cerita hantu Hanako di kamar kecil sekolah.

Referensi

  1. ^ Nihon minwa no kai (ed.) (1991). Guidebook nihon no minwa. Tokyo: Kodansha. ISBN 4062045958. 

Pranala luar