Phoa Beng Gan Disebut juga Bing Gam, seorang Kapiten (Kapitein der Chinezen) Tionghoa Ahli Irigasi. Oleh karena ia bukan seorang yang kaya dan piawai berdagang, maka untuk membantu keuangannya pemerintah kolonial memberi kebebasan kepadanya untuk memungut surat konde. Pada kepemimpinannya surat konde, yang merupakan pajak kepala bagi warga Tionghoa yang berusia 16 tahun ke atas dan dikenakan hukuman apabila tidak membayarnya, mulai diterapkan. Pada masa itu pemerintah Belanda mengalami kesulitan dalam mengatasi bahaya banjir sebagai akibat letak Batavia di dataran rendah, sehingga meminta bantuan Phoa Beng Gan untuk menanganinya. Selanjutnya ia memutuskan membangun saluran atau kanaal yang akan mengalirkan air ke laut untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di Batavia dan menimbulkan penyakit Malaria. Setelah melakukan survey, kanaal akan dibangun dari Harmoni sampai ke laut membelah daerah Molenvliet. Selain untuk mengalirkan air ke laut, kanaal dapat digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dan hasil bumi dari daerah pedalaman. Biaya pembangunannya dibebankan pada anggota masyarakat. Kurang dari satu tahun, kanaal itu telah selesai digali dan menampakkan manfaatnya. Tanah-tanah yang tadinya selalu tergenang air dan menjadi rawa-rawa yang menjadi sarang penyakit, sekarang menjadi kering dan dapat diolah menjadi tanah pertanian dan perumahan. Kanal tersebut juga sangat membantu para petani dan pedagang dalam menyalurkan barang-barang hasil pertanian dan dagangannya. Pada musim kemarau, ternyata kanaal menjadi kering dan lalu lintas terhenti sehingga kelancaran arus barang dagangan terganggu. Phoa Beng Gan mencari jalan keluar dan membangun kanaal lagi dari Harmoni sampai menyambung dengan Kali Ciliwung di daerah Pejambon dan membelah daerah yang diberi nama Noordwijk (Jl. Djuanda) dan Rijswijk (Jl. Veteran) dengan pintu air untuk mengatur lalu lintas air di dekat Katedral sekarang. Berkat jasa-jasanya pemerintah menghadiahinya sebidang tanah di daerah Tanah Abang, yang segera ditanaminya dengan bibit pohon tebu untuk membuat gula.

Pranala Luar

  • (Indonesia) [1]