Pa' Biola

Biola adalah salah satu alat kesenian masyarakat daerah Bugis yang yang alunannya sering diiringi dengan elong galigo dan elong corita,alat musik ini menjadi salah satu keanekaraman alat musik dari Sulawesi selatan dan sudah digunakan masyarakat sejak dahulu kala, baik pada pesta adat maupun pada pesta pernikahan. Orang yang memainkan alat musik ini disebut Pa' Biola, yang sudah barang tentu silih berganti antar generasi

Tokoh

Beberapa tokoh yang sering disebut namanya sebagai generasi kedua dari wilayah Wajo dan sekitarnya, antara lain La Duka (to Sidenreng Rappang), Wa’ Pallo (pa’kacapi dan pa’biola to Ulugalung), Wa’ Kêmme (pa’biola Paman La Tuwo), La Tuwo (to Bakke’ Orai’), Petta Mau' (to Ugi), La Pagga dan Daeng Parawu (to Salo’pokko), La Buhari (to Sompe), La Pallu (pa’kacapi to Sompe saudara kandung La Buhari), La Mantang (pa‘biola dan pa’padendang to Cabbenge), Lante (pa‘biola dan pa’bengkele to Cabbenge), La Jaga (to Soppeng), La Passawung (paccorita dan pa’keso-keso’to Sempangnge), La Bado (pa‘biola to Tempe), La Tang (bapak La Bado pa’biola), Wa’ Laema Ambo’ Beddu (pa’biola To Tellang Pangkajene), Puang Dolo (pa’biola To Allekkuang Sidenreng), La Beddu Pa’biola anak dari Wa Laema (To Wette’e Pancalautan Sidenreng Rappang), La Beddu Gatta (to Wêttê’e), La Diolo dan La Monri Pa’biola kembar (to Batu-batu) yang pernah bertarung ēlong dengan La Remmang Ambo Karoma (yang dikenal Pabare’na ēlongnge). Tokoh lainnya adalah La Rajja (to Empagae teman seperjuangan La Duka), La Tulada (pa’soling to Kampong Baru Paman I Kurdia), H. Bahe Pa’biola dan Pa’gambusu’ yang pernah menjadi Imam di Masjid Tempe Wajo (To Teteaji), La Paroki (to Batu-batu), Wa’ Marioga (pa’soling to Kampong Baru), La Ranjang (pa’biolo to Tinco Tanasitolo), La Gising (to Tanasitolo). Selain tokoh tersebut dikenal pula tokoh lainnya, yaitu: La Maming (To Sidenreng dan to Kampong Baru), La Haling (to Tempe), Lambong (to Liu), Lanjung (to Liu), Laengku (to Liu), La Pellawa pakkacapi (to La Massappa), Pak Nuri (to Cappa’wengêng), Panre Sahe (to Cappa’wengêng), dan La Haking (to Tempe).

Tokoh-tokoh tersebut sebagian besar telah meninggal dan sebagian kecil lainnya sedang mengalami sakit. Sebagian kecil lagi yang lain masih sehat namun sudah tidak aktif lagi dalam ma‘biola karena suatu pekerjaan lain yang secara ekonomis lebih menghidupkan keluarganya. Intinya, mereka telah meninggalkan jejak ma‘biola pada rekan dan keluarga lainnya yang masih hidup dan sehat. Di samping itu, juga meninggalkan jejak pengalaman mengenai Elong-kelong Ma'biola pada masyarakat khalayak.

Tiga tokoh generasi kedua yang masih aktif hingga saat ini adalah Muhammad Saini atau dikenal dengan nama La Bangkini (to Lairung), La Tambasa (to Tempe), I Kurdia (to awakaluku Tempe). Ketiga tokoh utama tersebut dalam pertunjukannya sering dibantu oleh generasi ketiga dan keempat. Generasi ketiga, yakni: La Fire (anak kandung La Bangkini to Lairung), Nur Alang (anak kandung La Tambasa to Tempe), Andi Aribe (to Toddang Salo’ Liu), Mustari (pa’soling to Sengkang), Abdul Rahim (to Sengkang), sedangkan generasi keempat, yakni: Andi Ardinangsyah (anak kandung Andi Aribe to Toddang Salo’ Liu). Dalam perkembangannya, ēlong-kēlong ma’biola kini banyak dipertunjukkan oleh kalangan anak-anak usia muda dari kelompok seni setempat baik yang ada di lingkungan formal maupun nonformal, dan diharapkan para Pa' Biola dapat memiliki regenerasi agar musik asli daerah Bugis ini dapat lestari sepanjang masa