Dusun Tancung Purai
Dusun Tancung Purai adalah sebuah dusun kecil di pesisir barat Danau Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, dengan populasi penduduk sekitar dua ratus kepala keluarga, penduduk dusun ini masih menjunjung tinggi adat istiadat yang diwariskan leluhurnya, seperti Meccera Tappareng dan Mappangolo serta serangkaian adat istiadat lainnya yang menjadi ciri khas daerah ini.
Pada tahun 1972, kemarau panjang melanda Sulawesi selatan, sehingga masyarakat gagal panen, bagi masyarakat dusun Tancung Purai, peristiwa ini tidak dapat dilupakan karena kejadian ini membuat sebagian penduduknya hijrah ke daerah lain untuk merubah nasib
Sampai akhir masa orde baru, dusun ini masih terisolasi dan nyaris semua penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, dimana hidup sebagai nelayan tradasional dan petani musiman menjadi mata pencaharian utama masyarakat dusun ini
Di era pemerintahan B. J. Habibie, dusun Tancung Purai mulai dibangun, sektor pertanian dan perikanan tetap menjadi perioritas,dan pembangunan infrastruktur telah berjalan sejak pemerintahan K. H. Abdurrahman wahid, meskipun demikian, masyarakat dusun Tancung Purai tetap saja berkecil hati karena merasa dianaktirikan oleh pemerintah karena beberapa sektor pembangunan nyaris belum tersentuh, seperti bidang sosial dan pendidikan serta berbagai sektor lainnya
Dengan segala keterbatsan, masyarakat dusun Tancung Purai juga patut berbangga karena beberapa putera daerahnya telah berkipra di tingkat nasional, sebut saja Alie R. Djohan, Direktur PT. Baruga Dewata, Ridwan Sangaji, Direktur PT. Celebes Company serta , J. Noor Umarisa, aktivis Center Information Islands Society (CIIS) yang saat ini dipercaya sebagai Ketua Umum Gabungan Anak Petani Seluruh Indonesia (GAPSINDO), dan inisiator berdirinya Rumpun Pemuda Adat wanua tanah ugi (RUPADATU), salah satu organisasi pemuda di Sulawesi Selatan yang bertujuan untuk melestarikan adat dan budaya masyarakat daerah Bugis sebagai bagian dari budaya Nusantara
Dari letak geografis yang hanya berjarak dua kilometer dari Danau Tempe menjadikan dusun ini rawan banjir sehingga masyarakat lebih memilih membangun rumah panggung guna terhindar dari peristiwa alam yang menjadi langganan hampir setiap tahun.