Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar

sekolah di Indonesia

Pondok Pesantren Wali Songo (PPWS) adalah salah satu pondok pesantren yang terletak di kabupaten Ponorogo tepatnya di desa Ngabar kecamatan Siman kabupaten Ponorogo.

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
Lambang Pondok Pesantren Wali Songo
Alamat
Desa Ngabar

,
Koordinat7°55′3″S 111°28′27″E / 7.91750°S 111.47417°E / -7.91750; 111.47417
Telepon/Faks.(0352) 311206
(0352) 311598 (putra)
(0352) 311570 (putri)
Situs webwww.ppwalisongo.or.id
Informasi
JenisPondok pesantren
AfiliasiIslam
Didirikan4 April 1961
PendiriKH. Mohammad Thoyyib
PimpinanKH. Heru Saiful Anwar, MA
Drs. KH. Moh. Ihsan, M.Ag
KH. Moh. Tholhah, S.Ag
Lain-lain
Moto
MotoBerdiri di atas dan untuk semua golongan


Gerbang Pondok Pesantren Wali Songo
Masjid Pondok Pesantren Wali Songo

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pondok Ngabar ini didirikan oleh KH. Mohammad Thoyyib dan dibantu oleh ketiga putranya yaitu KH. Ahmad Thoyyib, KH. Ibrohim Thoyyib dan KH. Ishaq Thoyyib pada tanggal 4 April 1961 dan kemudian diwakafkan pada tanggal 6 Juli 1980. Semenjak awal berdirinya sampai sekarang dan seterusnya tidak berafiliasi dengan partai politik atau golongan manapun.

Sejarah

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, penyiaran agama Islam pada umumnya mengalami hambatan dan kesulitan. Demikian halnya di desa Ngabar yang keadaannya masih sangat mundur, baik di bidang ekonomi, pendidikan maupun sosial budaya, terutama di bidang pengamalan agama Islam. Kebiasaan minum arak, candu, dan berjudi merajalela di tengah masyarakat. Pengajaran agama Islam saat itu mengalami tantangan keras dari masyarakat Ngabar yang terbiasa dengan perbuatan maksiat seperti judi dan minuman keras. KH. Mohammad Thoyyib yang merupakan salah satu penduduk desa Ngabar berusaha mencari cara mengubah perilaku semacam itu. Untuk menghindari benturan sosial, Kyai Thoyyib memilih lewat jalur pendidikan.

Untuk mewujudkan cita-citanya, dimasukkanlah putra-putranya ke pondok Pesantren Salafiyah yang berada di Ponorogo, seperti Pesantren Joresan dan Pesantren Tegalsari. Kemudian untuk penyempurnaan pembinaan kader-kader ini dimasukkannya putra-putranya ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Diajak pula kawan seperjuangannya untuk turut serta mengkaderkan putranya ke pesantren-pesantren tersebut.

Sebagai rintisan, didirikan lembaga pendidikan Islam pertama berupa Madrasah Diniyyah Bustanul Ulum Al-Islamiyah (BUI) pada tahun 1946. Awalnya, madrasah ini masuk sore lalu berubah pagi. Nama pun diganti menjadi Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Huda Al-Islamiyah pada tahun 1958. Untuk menampung lulusan sekolah ini, pada tahun 1958 dibuka madrasah tingkat lanjutan yang bernama Tsanawiyah lil Mu‘allimin. Kemudian berganti menjadi Manahiju Tarbiyatil Mu‘allimin/Mu‘allimat Al-Islamiyah pada tahun 1972. Pada tahun 1980 berubah lagi menjadi Tarbiyatul Mu‘allimin al-Islamiyah dan Tarbiyatul Mu‘allimat al-Islamiyah.[1][2]

Sebelum tahun 1961, seluruh siswa yang nyantri berasal dari daerah sekitar Ngabar, baru pada tahun 1961 datanglah sembilan orang santri yang berasalkan dari daerah di luar Ponorogo yang dengan sendirinya memerlukan tempat tinggal. Kedatangan mereka membuka lembaran baru dengan didirikanya secara resmi Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar 4 April 1961.[3]

Pemilihan Wali Songo sebagai nama pondok ini bukan tanpa alasan. Para wali dianggap berjasa besar dalam penyebaran agama Islam khusus di pulau Jawa. Perjuangan para wali ini sangat berkesan di hati pendiri Pondok Ngabar hingga memberi nama Wali Songo. Nama itu juga didorong dua hal. Pertama, keinginan mengingat jasa-jasa para wali dalam bidang dakwah Islam di Indonesia. Kedua, keinginan mewarisi sekaligus meneruskan semangat dan usaha para wali dalam menyebarluaskan ajaran agama Islam. Selain itu, santri pertama yang datang ke pesantren ini ada sembilan orang dari berbagai daerah.[2][3]

Letak geografis

Pondok Pesantren Wali Songo ini terletak di desa Ngabar, kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo provinsi Jawa Timur, pada kilometer tujuh arah selatan pusat kabupaten Ponorogo.[1][2]

Pimpinan pondok

Pondok Pesantren Wali Songo mulai berdirinya sampai tahun 2001 masih diasuh dan dipimpin oleh keluarga pendiri dan mulai tahun 2001 sampai sekarang dipimpin oleh 3 (tiga) orang yang dipilih oleh Majlisu Riyasatil Ma'had sebagai lembaga tertinggi dengan masa kepemimpinan 5 (lima) tahun.

 
Dari kiri ke kanan; KH. Mohammad Thoyyib, KH. Ahmad Thoyyib, KH. Ibrohim Thoyyib
Pimpinan Pondok
Periode Nama Keterangan
1961 - 1980 KH. Ibrohim Thoyyib Pengasuh*
1980 - 2001 Pimpinan
20012006 Drs. KH. Hariyanto, MA
KH. M. Zainuddin AS, Lc., MAg
KH. Imam Hidayat, S.Ag
Pimpinan
2006 - 2011 KH. Heru Saiful Anwar, MA
Drs. KH. Moh. Ihsan, M.Ag
KH. Imam Hidayat, S.Ag
Pimpinan
2011 - 2016 KH. Heru Saiful Anwar, MA
Drs. KH. Moh. Ihsan, M.Ag
KH. Moh. Tholhah, S.Ag
Pimpinan
keterangan:
* Sebelum diwakafkan (1980) sebagai pengasuh.[4]


Lambang

Lambang Pondok Pesantren Wali Songo terdiri dari Ka'bah dan menara, selain itu juga terdapat lingkaran yang mengelilinginya dan memiliki warna dasar kuning. Berikut ini adalah arti dari lambang Pondok Pesantren Wali Songo[5]:

 
Bagian-bagian dalam lambang PPWS
  1. Lingkaran: Bertekad bulat membina santri agar berjiwa tauhid, pecinta ilmu, dan pengabdi masyarakat.
  2. Ka'bah: Kiblat gerak usaha.
  3. Empat tingkat penyangga menara: Empat jenjang pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Wali Songo.
  4. Menara berjendela sembilan: Melambangkan sembilan santri pertama.
  5. Bintang: Tinggi harapan.
  6. Empat jendela di atas garis Ka'bah: Tanggal dan bulan berdirinya Pondok Pesantren Wali Songo (4 April).
  7. Batang menara, sembilan jendela, enam buah titik, dan bintang: Tahun berdirinya Pondok Pesantren Wali Songo (1961).
  8. Warna kuning: Kesejahteraan dan ketenteraman.

Ikrar wakaf

Dalam sejarahnya Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar ini didirikan oleh Kiai Pendiri (KH. Mohammad Thoyyib). Setelah Pondok ini berjalan 19 tahun dan menjadi besar, maka pendiri mewakafkan Pondok ini kepada umat Islam untuk kepentingan Pendidikan Islam. Dengan ikrar wakaf ini diharapkan kelangsungan hidup dan perkembangan Pondok ini di masa yang akan datang menjadi lebih terjamin.

Pada hari Ahad; 22 Sya’ban 1400 H, bertepatan dengan 6 Juli 1980, KH. Ahmad Thoyyib dan KH. Ibrohim Thoyyib mengikrarkan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo dengan segala kekayaan yang dimilikinya sebagai “Wakaf Untuk Pendidikan Islam”. Untuk itu ditunjuk 15 (lima belas) orang dari Keluarga Besar Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar untuk bertindak sebagai Nadzir atas wakaf tersebut, dengan amanat supaya Pondok Pesantren Wali Songo:

  1. Menjadi lembaga pendidikan yang tunduk kepada hukum Islam, berkhidmat kepada masyarakat menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
  2. Menyelanggarakan lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak, Ibtidaiyah, Mu’allimin dan Mu’allimat dan apabila sudah memungkinkan Pendidikan Tinggi.
  3. Menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang berjiwa pondok pesantren dengan mengutamakan arah pendidikannya kepada: Taqwa kepada Allah, beramal soleh, berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas dan berwiraswasta.
  4. Menjadi tempat beramal untuk meninggikan Kalimat Allah.
  5. Tidak berafiliasi kepada partai politik atau golongan manapun.

Diamanatkan pula agar Nadzir dalam waktu sesingkat-singkatnya mendirikan Yayasan yang berbadan hukum bernama Majlisu Riyasatil Ma’had sebagai lembaga tertinggi dalam struktur organisasi Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dan sebagai pelaksana amanat wakif yang tercantum dalam Piagam Ikrar Wakaf. Dengan berdirinya lembaga berbadan hukum ini struktur organisasi di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar diperjelas. Fungsi dan wewenang masing-masing lembaga dibuat sepilah dan sejelas mungkin sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara fungsi dan wewenang lembaga-lembaga yang ada.[1]

Termasuk juga telah dibuat aturan yang jelas tentang mekanisme pergantian kepemimpinan di Pondok Pesantren Wali Songo, yang dengan demikian kelangsungan hidup Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dapat lebih dijamin dan dipertanggungjawabkan.

Yayasan penyelenggara

Lembaga tertinggi di Pondok Pesantren Wali Songo adalah yayasan bernama “Majlisu Riyastil Ma’had Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar” dengan akte Notaris Widyatmoko, SH. Nomor 04, tanggal 13 Juli 1998. Terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Ponorogo nomor: 10/Pr/Non./1998.

Yayasan Majlisu Riyasatil Ma’had Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar adalah lembaga berbadan hukum yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta usaha-usaha lain di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. Wewenang Majlisu Riyasatil Ma'had adalah menentukan segala macam perencanaan dan kebijakan baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun di bidang pembiayaan serta sarana pendidikan dan pengajaran. Tugas dari Majlisu Riyasatil Ma'had adalah bertanggung jawab atas keberhasilan segala usaha pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.

Anggota Majlisu Riyasatil Ma'had terdiri dari penerima amanat wakif dan alumni atau keluarga besar Pondok Pesantren Wali Songo yang mu'taman dan memahami serta menghayati sunnah Pondok Pesantren Wali Songo. Terdiri sebanyak-banyaknya 15 orang.

Program pendidikan dan Lembaga-lembaga

Jenjang pendidikan

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar adalah lembaga pendidikan Pondok Pesantren yang di dalamnya terdapat jenjang-jenjang pendidikan formal dengan sistem klasikal. Melalui jenjang-jenjang pendidikan yang ada para santri-santri tidak hanya mendapatkan pendidikan agama tetapi juga mendapatkan pendidikan umum yang memadai.

Berkas:Auditorium IAIRM.jpg
Gedung Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (kiri) dan Auditorium (kanan)

Jenjang pendidikan yang ada meliputi:

  1. Jenjang pra sekolah: Tarbiyatul Athfaal al-Manar (tidak berasrama).
  2. Madrasah Ibtidaiyah Mamba’ul Huda (berasrama/tidak berasrama; setingkat SD; 6 tahun).
  3. Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (khusus putra; 6 tahun bagi tamatan SD dan 3 atau 4 tahun bagi tamatan M.Ts./SLTP; berasrama; pendidikan formal setingkat MTs/SLTP dan MA/SMU).
  4. Tarbiyatul Mu’allimat al-Islamiyah (khusus putri; 6 tahun bagi tamatan SD dan 3 atau 4 tahun bagi tamatan M.Ts./SLTP; berasrama; pendidikan formal setingkat MTs/SLTP dan MA/SMU).

Lembaga-lembaga penunjang pendidikan

Di samping lembaga-lembaga pendidikan tersebut, terdapat lembaga-lembaga lain:

  1. Majlisu Riyasatil Ma’had; Yayasan sebagai lembaga tertinggi di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dan pelaksana amanat wakif yang tercantum dalam Piagam Ikrar Wakaf tanggal 22 Sya’ban 1400 H/6 Juli 1980 M.
  2. Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar. Bertugas: a). Memelihara, menyempurnakan dan mengembangkan segala usaha Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, dalam bidang materiil, untuk tercapainya tujuan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, terlakksana menjadi suatu lembaga pendidikan Islam yang bermutu tinggi dan bermanfa’at bagi masyarakat Indonesia umumnya dan tetap berjiwa pondok. b). Melanjutkan dan menyempurnakan segala usaha yang telah dirintis oleh pendiri dan pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar di bidang materiil, baik benda tetap maupun benda bergerak, sehingga memenuhi hajat Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, sesuai dengan perkembangannya.
  3. Majlis Pembimbing Santri (MPS) Putra. Bertugas dalam bidang pengasuhan dan pembinaan santri putra dalam kegiatan luar sekolah.
  4. Majlis Pembimbing Santri (MPS) Putri. Bertugas dalam bidang pengasuhan dan pembinaan santri putri dalam kegiatan luar sekolah.
  5. Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Wali Songo (KBAPWS). Sebagai wadah alumni dengan cabang-cabangnya di dalam dan di luar negeri. Bertanggung jawab dalam bidang pembinaan alumni dan simpatisan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar.

Pendidikan komputer dan bahasa

Pendidikan komputer di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dijalankan oleh suatu lembaga yaitu “Lembaga Pendidikan Komputer Wali Songo (LPKWS)” di mana melalui lembaga ini para santri mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan dasar tentang komputer dan Internet.

Di samping pendidikan komputer, kepada santri-santri juga diharuskan untuk menguasai beberapa bahasa asing yang menjadi prasyarat mutlak untuk pengembangan kemampuan ilmiah mereka. Dalam hal pendidikan bahasa ini, di samping dilaksanakan melalui pendidikan kurikuler di kelas; juga dibuatkan “Laboratorium Hidup” dengan mengharuskan setiap santri untuk menggunakan bahasa-bahasa asing tersebut menjadi bahasa percakapan sehari-hari. Dengan demikian akan tercipta lingkungan berbahasa yang menjadikan bahasa-bahasa asing tersebut menjadi bahasa ibu. Melalui cara inilah kemampuan berbahasa dapat dikembangkan dengan mudah. Sarana pendidikan bahasa asing yang masih sangat diharapkan untuk dimiliki adalah “Laboratorium Bahasa” yang memadai. Bahasa asing yang sangat ditekankan untuk dikuasai oleh santri-santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar adalah:

  1. Bahasa wajib untuk setiap santri: Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
  2. Bahasa penunjang dan bersifat elektif bagi santri yaitu: Bahasa Jerman dan (sedang diusahakan) Bahasa Jepang.

Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler

Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di Pondok Pesantren Wali Songo terangkum dalam Organisasi Santri Wali Songo (OSWAS) yang dipegang penuh oleh santri. Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya[5]:

  • Denada bergerak di bidang tari dan gambar
  • Jami'atul Quro' membentuk qori' dan qori'ah yang berkualitas
  • Muhadhoroh mencetak da'i/da'iyah, orator, moderator dan sebagainya
  • Menjahit bergerak di bidang jahit menjahit
  • Gressi bergerak di bidang seni kaligrafi
  • DKK pasukan Khusus Pramuka Unggulan
  • PMR bergerak di bidang kesehatan
  • Qosidah Munawarah bergerak di bidang seni suara
  • AMSA bergerak di bidang olahraga
  • Pramuka
  • Teather Citra bergerak di bidang seni peran
  • Kulintang Al Hilal seni tradisional
  • Drum Band
  • Kops Wijaya pasukan pengibar bendera
  • Syuhada grup nasyid
  • Shimpowi bergerak di bidang kesehatan dan keindahan lingkungan
  • ASWS (Association Soccer of Wali Songo) tim sepak bola wali songo
  • Painting bergerak di bidang seni lukis
  • Jurnalis bergerak di bidang jurnalistik
  • Modern Band bergerak di bidang seni musik

Panca Jiwa Pondok

  1. Keikhlasan
  2. Kesederhanaan
  3. Berdikari (Kesanggupan menolong diri sendiri)
  4. Ukhuwah Islamiyah
  5. Kebebasan[5]

Alumni

Selama setengah abad ini, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar terlihat secara aktif memberikan warna dalam proses dan dinamika pembangunan masyarakat Indonesia. Tidak kurang dari 7.000 alumni telah didedikasikan pesantren ini kepada masyarakat luas, yang datang dan tersebar di seluruh pelosok nusantara dengan segenap profesi dan bidang garapan. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai guru, dosen, wartawan, praksi hukum, entrepreneur, dan politisi[6]. Berikut ini adalah beberapa alumni Pondok Pesantren Wali Songo:

Organisasi yang mewadahi alumni dan keluarga besar Pondok Pesantren Wali Songo adalah:

  • KBAPWS (Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Wali Songo)
  • IKAPWS (Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren Wali Songo)

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c (Indonesia) "Sejarah Pesantren Wali Songo". Diakses tanggal 2011-04-29. 
  2. ^ a b c (Indonesia) "Pesantren Wali Songo Terinspirasi Perjuangan para Wali", Jurnal Nasional, hlm. 16, 3 August 2011, diakses tanggal 2011-08-22 
  3. ^ a b (Indonesia) "Pondok Pesantren Wali Songo". Diakses tanggal 2011-04-28. 
  4. ^ (Indonesia) "KH. Ibrohim Thoyyib". Diakses tanggal 2011-07-23. 
  5. ^ a b c (Indonesia) "Warta Tahunan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo Indonesia". 30. December 2010. hlm. 173–181. 
  6. ^ (Indonesia) "Bebas dari Afiliasi Partai Politik dan Golongan Apa pun". Harian Pelita. 24 June 2011. Diakses tanggal 2011-08-22. 

Pranala luar