Iskandar Alisjahbana

akademisi Indonesia

Prof. Dr. Ing. Iskandar Alisjahbana, (20 Oktober 1931 – 16 Desember 2008), meraih gelar Sarjana Muda Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung pada tahun 1954, gelar Dipl. Ing dari Sekolah Tinggi Teknik Muenchen Jerman Barat pada tahun 1956 dan gelar Doktor pada 1960 dari Sekolah Tinggi Teknik Damstadt Jerman Barat.

Prof. Dr. Ing. Iskandar Alisjahbana

Putra sulung Prof. Dr. Mr. Sutan Takdir Alisjahbana yang dikenal egaliter dan berintegritas tinggi ini telah kehilangan ibu (Raden Ajeng Rohani Daha) ketika berusia 4 tahun. Ayahnya, Sutan Takdir Alisjahbana, kemudian menikah lagi, dan total ia punya sembilan saudara. Seorang adiknya dari satu ibu, Sofjan Alisjahbana merupakan pimpinan dari Femina Group.[1]

Semasa di Jerman, Prof Iskandar sempat bekerja di Laboratorium Pusat Siemens & Halske, Muenchen, Jerman Barat (1956-1960).

Pada tahun 1961-1963 Iskandar menjabat sebagai Sekretaris Departemen Teknik Elektro ITB.[2] Selanjutnya di tahun 1966-1968 ia menjabat sebagai Ketua Departemen Teknik Elektro ITB[2] dan kemudian menjabat Dekan Fakultas Teknologi Industri ITB (1972-1974) dan Wakil Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (1974- 1976).

Bapak sistem komunikasi satelit domestik palapa[3][4] itu pernah menjadi rektor dan memimpin Institut Teknologi Bandung pada 1977-1978[5], jabatan yang dicabut darinya karena aksi demonstrasi mahasiswa pada masa itu. Ketika itu dia "berdiri" di belakang mahasiswa melancarkan protes terhadap pemerintah saat. Akibatnya dia harus menyerahkan jabatan Rektor ITB. [6]

Masa jabatan sebagai Rektor ITB diembannya dalam periode 7 Desember 1976 - 14 Februari 1978 menggantikan Prof. Dr. Doddy A. Tisna Amidjaja yang menjabat rektor sejak periode 1969 - 7 Desember 1976.[2][7] Dengan demikian, maka nama Iskandar Alisjahbana tercatat dalam lintasan sejarah kepemimpinan ITB sebagai rektor keenam ITB atau rektor kedelapan belas Kampus Ganesha sejak TH Bandoeng didirikan.[8] Iskandar Alisyahbana dibebastugaskan dari jabatannya sebagai Rektor ITB oleh Menteri P & K hari Selasa, 14 Februari 1978. Untuk itu Iskandar telah menyerahterimakan jabatannya kepada suatu Rektorium yang diketuai Dr. Soedjana Sapi'ie pada hari Kamis, 16 Februari 1978.[2][9]

Dia adalah pakar elektronik penggagas tele blackboard sebuah teknologi yang bisa merekam tulisan tangan di atas papan elektronik, yang bisa dikirim ke lokasi yang jauh menggunakan gelombang radio atau televisi, sebuah teknologi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan dan telekomunikasi.

Mantan Rektor Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr-Ing. Iskandar Alisjahbana meninggal dunia pada Selasa malam, 16 Desember 2008 di Bandung dalam usia 77 tahun. Putra sulung dari Prof. Dr. Mr. Sutan Takdir Alisjahbana dan ibu Raden Ajeng Rohani Daha itu meninggal dunia di Rumah Sakit Boromeus pada pukul 23:08.

Prof Iskandar dimakamkan pada hari Rabu 17 Desember 2008 di samping makam ayahnya di Tugu, Jawa Barat. Prof Iskandar meninggalkan seorang istri, Prof Anna Alisjahbana, tiga anak, Andi Alisjahbana, Rian Alisjahbana, dan Bachti Alisjahbana, serta enam orang cucu. Iskandar Alisjahbana adalah mertua dari Armida Alisjahbana, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Catatan

Pranala luar

Didahului oleh:
Prof. Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja

(1969-1976)

Rektor Institut Teknologi Bandung
1976-1978
Diteruskan oleh:
Dr. Soedjana Sapi'ie

(1978-1979)