Wikipedia:Bak pasir
SEJARAH KAMPUNG SAUF DISTRIK AYAMARU SELATAN KABUPATEN MAYBRAT PROVINSI PAPUA BARAT oleh HAMAH SAGRIM
___________________________________________________________________________________________
BAGIAN SATU SEJARAH KAMPUNG SAUF – history range
1.PENGANTAR
Masyarakat Sauf hidup di sebuah dunia dengan berbagai perubahan yang berlangsung sangat cepat. Berbicara mengenai sejarah merupakan penelusuran jejak dan catatan perjalanan lampau seseorang, sebuah bangsa, suatu etnic/suku dan lain sebagainya. Oleh karena demikian, sehingga dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam perkembangan kampung Sauf selama lebih dari 10 tahun sebelumnya adalah sejarah. 10 tahun diambil sebagai ukuran sejarah kampung Sauf berdasarkan kesepakatan para ilmuwan Sejarah telah menetapkan bahwa setiap sesuatu yang berumur 10 tahun dicatat sebagai sebuah sejarah. Tentu saja perjalanan dan perkembangan kampung Sauf itu merupakan sejarah, sebagaimana yang disepakati oleh para Ilmuwan Sejarah tentang penggolongan segala sesuatu yang termasuk sejarah itu. Oleh karena demikian, maka kita bersepakat bahwa perjalanan kampung Sauf termasuk suatu sejarah, karena telah berjalan dalam kurun waktu yang panjang dalam waktu sejarah yang disepakati tersebut.
Dengan pengertian semacam itu, maka kita dapat simpulkan bahwa definisi Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian lampau yang paling kecil umurnya 10 tahun dan paling tinggi umurnya sekitar miliaran abad zaman.
2.SEJARAH KAMPUNG SAUF
Alkisah terbentuknya kampung Sauf adalah sebagai berikut. Sebelum kampung Sauf terbentuk pada tahun 1951 atau pertengahan abad ke-19, ± Pada tahun 1940/1941 kampung Semogum dibuka dan kepala kampung adalah “Kapitan Somse Lama Safkaur”. Kampung Araray/Kampung Sere dibuka pada tahun 1939. pekerjaan jalan setapak dari Teminabuan ke Ayamaru pada tahun 1937, masa pemerintahan Hindia Belanda, direbut Jepang dan direbut kembali Belanda.Kampung-kampung yang bergabung ke kampung semogum pada waktu itu adalah kampung Araray/Kampung Sere. Dalam pengembangan kampung semogum, ada sepuluh marga yang bergabung membentuk kampung Semogum, yaitu:
Nama-Nama Marga/Keret Safkaur, Sesa, Duwith, bleskadit, Sagrim, Lemauk, Kehek, Solossa, Bless, Naa Sauf/Naa Sagrim.
Dalam perkembangan masyarakat di kampung Semogum, terjadi banyak hal yang positif dan negatif. Interaksi dan interelasi sosial masyarakat telah terjalin dengan baik dan terbentuk oleh kekerabatan patrilineal sebagaimana pembawaan masyarakat di wilayah Maybrat, Tehit, dan Sawiat secara umum. Karakter masyarakat yang hidup di kampung Semogum dibentuk oleh sistem bobot, hukum isti dan sistem kekerabatan patrilineal. Terjadi konflik sosial di kampung Semogum pada tahun 1948 yang dikategorikan sebagai suatu gejolak sosial. Konflik sosial tersebut dipicu oleh prasangka Suanggi (kekuatan ghaib yang disimpang khusus oleh perempuan dalam kepercayaan masyarakat Maybrat, Tehit, Sawiat). Prasangka tersebut dilakukan oleh Flageren Safkaur kepada Slomanah Duwith (Sfaho). Prasangka tersebut selanjutnya dilakukan upacara sumpah adat dengan melibatkan tabib-tabib adat atau dalam sebutan bahasa setempat disebut ra wiyon-na wofle. Pelaksanaan sumpah adat semacam ini bertujuan untuk menyeleksi dan membuktikan bahwa orang yang dituduh benar-benar suanggi atau tidak. Upacara yang dilakukan tersebut dihadiri oleh petinggi besar yang ada dikampung Semogum. Adapun alur dan aturan dalam pelaksanaan upacara adat, yaitu memotong tali dan wanita-wanita yang diduga suanggi diharuskan untuk minum air daripada tali (a kabes) tersebut. Para tabib/penangkal membawa payung tradisional (am) dan tali (to) lalu dilakukan upacara dan baca mantera untuk menaklukkan wanita-wanita yang suanggi.
Efek dari upacara penangkalan suanggi ini mengakibatkan beberapa korban jiwa wanita yaitu ±10 orang. Banyak keluarga yang panik dengan kejadian tersebut sehingga membawa pergi isteri mereka ke tempat lain seperti ke kampung Araray/kampung Sere, Semasim, dan ada yang terpencar di areal perladangan mereka di sekitar kampung Semogum. ± 6 bulan kemudian, penduduk Kampung Semogum yang terpencar tersebut kembali lagi ke Semogum dan menetap sebagai penduduk Semogum seperti biasanya.
Selain itu, prasangka sosial lain yang terjadi adalah pengucilan stratifikasi dalam hal adat dan kehormatan oleh Flageren Paulus Safkaur terhadap Hlahfi Duwith, dengan kata-kata pengucilan ra fayas. Ra fayas dalam esensi filosofi Maybrat adalah orang tidak terhormat, orang rendahan, orang tidak berwibawa, orang tak bernilai dan lain sebgainya. Kata ini membuat Hlahfi Duwith, merasa bahwa mereka tidak dihargai dan dikucilkan oleh orang Safkaur, sehingga mereka pindah dan membuka kampung baru di daerah Tbow, kini disebut kampung Soroan, pada tahun 1948 dan kepala kampungnya adalah Tromhan Paulus Duwith. Sedangkan orang Lemauk Fait Mara dan orang Sesa Maru, pindah dan buka lokasi di Semasim pada tahun 1948 dan Kepala kampungnya adalah Kapitan Koma-koma Wohreh Lemauk. Pada tahun 1948, orang Sesa Seshamah, Sesa Dumufle, Saflessa dan Sagrim, pindah dari Semogum dan buka lokasi di Araray/Kampung Sere, dan kepala Kampungnya adalah Kapitan Hamah Hayafi Sagrim dan Wakil adalah Mesha Kristofel Kehek. Pada tahun 1948-1949 orang Bless Atoh, dan Solossa Afan Mara/Tuso, bertahan dan tinggal bersama orang Safkaur di Semogum.
Pada tahun 1949 terjadi konflik sosial yang dipicu oleh Win Yaut Petrus Safkaur, pada waktu itu memegang senapan pata laras dan mencoba untuk menembak dada daripada anak Ngasom Solossa afan Mara/tuso, dan mengakibatkan kematian anak itu. Kematian anak tersebut mengakibatkan konflik besar antara orang Safkaur bersama Orang Solossa afan mara/tuso, sehingga orang Solossa afan mara/tuso pindah ke Mefkhonjhong/mefhadjan sekarang mefkajim ayamaru. Dengan perpindahan orang Solossa tersebut, kini tersisa Orang Safkaur yang tinggal di Semogum. Tahun 1950, orang Safkaur pindah dari kampung Semogum ke Mefkajim Ayamaru. ±6 bulan kemudian terjadi konflik sosial antara orang Solossa dengan Orang Safkaur. Konflik sosial itu dipicu dari kata-kata pengucilan oleh Kapitan Hlahawer Solossa, kepada Thonce Safkaur, dengan sedikit sindiran dan sinis yang esensi katanya merujuk pada singgungan harkat dan martabat yang oleh orang Safkaur menganggap sebagai Pengucilan terhadap strata mereka sebagai manusia rendahan, dan tak berharkat martabat. Ungkapan kata sinisan dari Kapitan Hlahawer Solossa adalah Nsen Nmo tabam wanu fe sei tabam wanu mhri a? nhou mwefo ke anu weto nse bo yi a? bila diterjemahkan “kamu tidak pulang ke kamu punya tempat sana ka? kamu punya tempat sudah hilang ka? Kamu tinggal di sini untuk apa, tidak punya apa-apa baru?.
Waktu pun berjalan namun perasaan tersisih tetap terbawa dan menggema dalam pemikiran orang Safkaur, hingga pada tahun 1951 orang Safkaur pindah dan membuka kampung Sauf. Ada tiga orang yang pertama kali buka kampung Sauf, yaitu:
1.Foro Onesimus Safkaur 2.Hasaya Hanok Sesa 3.Wanuk Efer Solossa Kemudian disusul oleh tiga orang lainnya, yaitu: 1.Nesheya Yesaya Sesa 2.Sholosafat Paul Solossa 3.Flageren Paulus Safkaur
Keenam orang ini mendirikan rumah pada awal itu di lokasi kampung Sauf. Hanya ada tiga rumah saja yang didirikan oleh 6 orang ini di lokasi tersebut, dan masing-masing rumah memiliki 2 tungku api. Pada saat itu, belum ada kepala kampung. Sepanjang tahun 1951-1952 orang Safkaur secara besar-besaran pindah dari Ayamaru ke kampung Sauf. Pada tahun 1952 baru terbentuklah pemerintahan kampung Sauf. Perpindahan orang Safkaur dari Ayamaru ke kampung Sauf, mereka juga bersama kerabat mereka orang Bless. Ketika terjadi pergolakan yang mengakibatkan perpindahan masyarakat ke daerah lain, orang Solossa Abum, mereka tetap tinggal dan menetap di daerah mereka di Abum, Mbahair, dan sekitarnya. Orang Sesa dan orang Lemauk pindah dari Hawioh dan Mahajan ke Sauf dan tinggal menetap. Pada tahun 1952 pengangkatan kepala kampung Sauf, dan dipimpin oleh Sila Silas Safkaur. Wakil Efer Bless. Ketua RT. Nimrot Snanfi dan Petrus Safkaur. Pada tahun 1948 Orang Sagrim pindah dari kampung Sere ke Kanisabar dan menetap disana. Setelah sekian lama, orang Sagrim pindah dari Kanisabar ke Sauf dan menetap di kampung Sauf. Orang Sagrim pindah ke Sauf lengkap dengan aparatur Kampung Kanisabar, dan kedudukan/jabatan tersebut tetap berlaku di Sauf, yaitu orang Sagrim membentuk kampung Hamah, dan kepala kampungnya adalah Kapitan Hamah Hayafi Sagrim. Kampung Hamah disambung bersama kampung Sauf mengikuti jalan ke selaun dan kampung worot. Hingga pada tahun 1961, kampung Sauf masih dipimpin oleh dua kepala Kampung, yaitu Kampung Sauf dipimpin oleh Sila Silas Safkaur, dan Kampung Hamah dipimpin oleh Kapitan Hamah Hayafi Sagrim. Hingga pada kematian kapitan Hamah Hayafi Sagrim, Kampung Hamah dilebur hilang dan hanya menjadi satu kampung yaitu kampung Sauf, dan kepala kampung tetap dipimpin Sila Silas Safkaur. Pada tahun 1971, masa orde baru, kampung-kampung yang pernah bubar, diharuskan kembali dan membentuk pemerintahan kampung yang utuh. Kampung-kampung tersebut adalah kampung Soroan, Kampung Koma-koma, dan kepala kampung adalah Yusuf Saflessa dan Sekretaris Thonce Safkaur. Pada tahun 1972, Kampung Hawioh Bubar, dan sebagian penduduk dari kampung Hawioh pindah ke kampung Sauf, Kampung Sembaro dan Mefkajim. Bangunan permanen pertama di kampung Sauf dengan bahan semen dan senk adalah sebagai berikut:
1. Kantor Kampung Sauf, didirikan pada tahun 1979 pada massa kepemimpinan Kepala Kampung
Yusuf Saflessa.
2. Sekolah Dasar (SD) YPK Betel Sauf. Pindah dari Kanisabar ke Sauf dan dibangun pada tahun
1966/1967. Pada masa kepemimpinan Sila Silas Safkaur
3. Gereja Betel Sauf, didirikan pada tahun 1967 berlantai dasar semen dan dinding gaba-gaba.
Pada massa kepemimpinan Sila Silas Safkaur. Orang Sauf khususnyadan dan Maybrat umunya yang pertama kali fasih berbahasa Melayu/bahasa Indonesia, adalah Ruben La Safkaur. Karier daripada Ruben La Safkaur, adalah sebagai Juru bicara di seluruh wilayah Maybrat. Dalam Kariernya di bidang Bahasa Indonesia, pada tahun 1950-an Ruben La Safkaur sebagai juru bahasa di wilayah Maybrat dan pernah di kontrak oleh Myor/Mayor Kambu dari Kampung Kambuskato sebagai juru bahasa, dan ia dibayar dengan Kain Bokek., parang hlambra, dan rokok tembakau daun. Pada tanggal 14 Oktober 1947, injil Masuk di Semogum/Sauf. Penginjil pertama yang datang adalah Ev. Yohan Salambau. Yohan Salambau dipersiapkan oleh Ev. Wetstein bersama Yotley dan Matatula, sebagai Penginjil yang dipusatkan dalam pelatihan di Inanwatan. Yohan Salambau bersama rekannya direkrut langsung dan dibina di pusat pelatihan penginjil dan guru di Inanwatan selama beberapa bulan, dan setelah itu mereka dipercayakan untuk mewartakan injil Kristen ke wilayah Teminabuan, Sawiat, Maybrat, dan sekitarnya. Yohan Salambau dkk yang diutus tersebut berdasarkan garis hubungan kekeluargaan. Kampung Sauf telah memekarkan Kampung Soroan, Kampung Koma-koma, Kampung Kanisabar, Kampung Sagrim, Kampung Lemuklit, Kampung Fanse.
3.ARTI DAN MAKNA NAMA SAUF
Secara alami, Kampung Sauf mempunyai makna tersendiri yang tersirat didalam ucapannya. SAUF bila diterjemahkan bebas sesuai dengan artifikasi bahasanya mengandung dua arti, yaitu; SA = 10 (sepuluh) UF = Hukum yang utuh. Yang artinya SEPULUH HUKUM yang utuh. Sepuluh hukum yang dimaksud adalah sepuluh hukum Tuhan sebagaimana didalam Kitab Injil.
______________________________________________________________________________________________
BAGIAN KEDUA PERADABAN KAMPUNG SAUF – anthropologist
A.Peradaban Kampung Sauf
1.Peradaban Pertama Orang Sauf Dari sekian peradaban Orang Sauf, ada beberapa ukuran peradaban
orang Sauf, yaitu: a.Terbentuknya Kampung. b.Adanya kepemimpinan Kepala Kampung c.Masuknya Injil d.Masuknya Pendidikan e.Masuknya Tuan f.Mengenal tulisan hieroglif dan hitungan tradisional
2.Teknologi dan gagasan lampau yang dikembangkan oleh orang Sauf Teknologi baru yang
dikembangkan oleh orang Sauf adalah teknologi sederhana pada zaman mesolitikum, yaitu membuat alat pertanian seperti alat menanam kacang dan keladi (aso),teknologi dan teknik membuat Payung (am), teknologi dan teknik membuat Noken (yu) dan tombak (sbe) dan lain sebagainya. Sedangkan gagasan mereka diantaranya seperti filsafat (bo flet), Tarian (serar, mwi bowi, syoh) dll serta gagasan dalam menghitung dan menulis tulisan kuno (taba).
3.Teknologi dan gagasan baru yang dikembangkan oleh orang Sauf Pada masa ini, orang Sauf mulai
mengenal bahan-bahan logam. Ini merupakan sebuah era dengan pemikiran baru yang sangat penting – jentera. Perkakas-perkakas dan senjata logam diperoleh sekitar massa ini, yaitu pada abad ke-15. Tulisan dan matematika mulai dikembangkan. Gagasan-gagasan baru mulai berkembang dan menyebar melalui penyebaran tenaga pendidik yang dikirim oleh Kristen. Penginjil Kristen selain menginjil, juga sebagai tenaga pendidik. Mereka ini cukup berjasa dalam peradaban orang Sauf, karena mereka mengajar dan mendidik sehingga orang Sauf menjadi matang dan siap membentuk tahapan berikutnya dalam sejarah mereka.
4.Pengetahuan Menulis dan menghitung secara tradisional Orang Sauf mulai teliti dan membuat
hitungan atau yang sering mereka sebut Taba serta mereka mulai membuat simbol-simbol tulisan yang mungkin kita sebut sebagai taba bokom dan itu merupakan huruf-huruf hieroglif. Huruf hieroglif sebagai berikut: a.Taba hitungan / Mate-matika b.Taba Bokom/Tulisan huruf Taba bokom, atau juga boleh disebut huruf hieroglif, merupakan huruf/simbol yang digunakan oleh masyarakat Sauf khususnya mereka yang berpendidikan inisiasi wiyon-wofle. Beberapa huruf hieroglif sebagai berikut:
5.Hukum Adat Hukum adat yang diterapkan di Kampung Sauf adalah hukum tradisional yang disebut hukum isti dan hukum wiyon-wofle dan peraturan perkawinan dan pembayaran maskawing (boyi).
1)Hukum isti Hukum isti diterapkan dan berlaku di Kampung Sauf dan di Seluruh wilayah Maybrat, Tehit dan Sawiat. Hukum isti sebagai aturan tradisional yang diterapkan dalam menangani persoalan yang berkaitan dengan kematian, pembunuhan, penyiksaan.
2)Hukum wiyon-wofle Hukum wiyon-wofle diterapkan dikampung Sauf dan seluruh wilayah Maybrat, Tehit, dan Sawiat. Hukum wiyon-wofle biasanya dilakukan secara terstruktur dan diawali dengan upacara adat. Aturan-aturan dalam hukum wiyon-wofle hanya diketahui oleh para abdi wiyon-wofle (ra wiyon-na wofle) yang adalah mereka yang tamat dari pendidikan inisiasi wiyon-wofle. Hukum wiyon-wofle sebagai hukum dalam upacara pengakuan dosa (maut wlah), penangkalan kekuatan ghaib, suanggi, dan kesakitan. 3)Pendekar-Pendekar dari Sauf a)Fnen Safkaur b)Sholobofe Saflessa c)Paul Solossa d)Sayoh Sagrim 4)Peninggalan Arkeologi dan Ritus yang Ada di Kampung Sauf a)Bekas Telapak Kaki di Wermayis(dalam mitologi orang Sauf dipercaya sebagai telapak kaki Tuhan atau Shifa). Lokasi di Wermayis, Kampung Sauf. b)Perahu dan Penggayu perahu di Sermut (dalam mitologi masyarakat Sauf dipercaya sebagai kapal/bahtera Tuhan atau Shifa). Lokasi di Sermut sekitar Koma-koma – Sauf. c)Gunung Ilo dan Ila ditanam oleh Shifa dan Mafif. Lokasi di kampung Sauf. d)Serpihan sayap Pesawat berbentuk Batu (dipercaya sebagai bagian sisa dari pesawat yang dibuat oleh shifa dan mafif). Lokasi di Hma Hereh, pertengahan Imian dan Wehali. Tempat ini pernah dilakukan upacara suci oleh abdi wiyon-wofle (ra wiyon-na wofle) untuk meminta api dari Tuhan dan menurut ungkapan ra wiyon-na wofle, benar-benar Tuhan menjawab doa mereka dengan menurunkan api dari langit untuk mereka membakar kebun pamali. e)Tokoh-tokoh peradaban kampung sauf 1.Tokoh peradaban Kampung Sauf di era kehidupan klasik non modern atau peralihan dari kehidupan liar ke Moderen : 1)Foro Onesimus Safkaur 2. Hayafi Sagrim 3)Leonard Safkaur 4. Adrianus Duwit 5)Hasaya Hanok Sesa 6. Wanuk Efer Solossa 7)Nesheya Yesaya Sesa 8. Marthen Mekeit Sagrim 9)Sholosafat Paul Solossa 10. Flageren Paulus Safkaur 11)Marthen Faan Safkaur 12. Sayoh Sagrim 13)Silas Safkaur 14. Ruben La Safkaur 16)Semanat Lemauk 16. Ntro Mhan Paulus Duwith
Yang termasuk dalam tokoh peradaban pada kehidupan klasik ke kehidupan moderen adalah mereka yang telah hidup ber assosiasi, dan membentuk perkampungan, serta meletakan dasar peradaban moderen di kampung Sauf. Mereka ini tidak berpendidikan dan masih terikat dengan adat istiadat nomadik atau kehidupan komunal dan mereka mengerti bahasa melayu walaupun hanya sedikit.
2.Tokoh Peradaban di era kehidupan moderen ke kehidupan kontemporer 1)Thonce Safkaur 2. Mteis Solossa 3)Wempy Lemauk 4. Yusup Saflessa 5)Nixon Sagrim 6. Dafid Safkaur 7)Nimrod Snanfi 8. Lukas sagrim 9)Mifah Titus Lemauk
Yang termasuk dalam tokoh peradaban kehidupan moderen ke kehidupan kontemporer adalah mereka yang telah mengenal baca, tulis, hitung, yaitu mereka yang berpendidikan.
3.Tokoh peradaban di era kehidupan kontemporer ke kehidupan global:
Yang termasuk dalam tokoh peradaban dari kehidupan moderen ke kehidupan Global ini adalah masyarakat kampung Sauf yang telah mengenal teknologi global (bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya, Telephone, Internet, Hand Phone, Televisi, Komputer, dan perangkat teknologi lainnya).
Dari uraian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa Orang Sauf telah mengalami 3 (tiga) proses perubahan hidup, yaitu Pertama; Kehidupan communal atau kita sebut sebagai Massa Klasik Kampung Sauf, kedua; kehidupan communal ke moderen atau Massa klasik Kampung Sauf ke Massa Kontemporer, dan yang ketiga; kehidupan Moderen ke kehidupan Global atau massa Moderen Kampung Sauf ke massa Global. B.Sauf dan Pembabakan Zaman- history 1.Mengenal kebudayaan Zaman Prasejarah Orang Sauf.
Di Kampung Sauf khususnya dan di Indonesia serta Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman Perunggu dan Zaman Besi. Kepandaian mempergunakan bahan baru tentu saja disertai dengan cara kerja yang baru. Sehinga muncul orang-orang terampil (undagi). Selain itu perkembangan orang Sauf yang mengarah pada kemajuan di alami dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Bagi orang Sauf, alat-alat dari logam tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, akan tetapi alat-alat yang terbuat dari logam pun dilibatkan dalam upacara-upacara tertentu misalnya maut hdan, mber wiyon dll. Untuk hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi intelektual muda kampung sauf agar perlu adanya pembahasan lebih lanjut khususnya mengenai masa perundagian di Kampung Sauf secara jelas.
2.Orang Sauf dan pembabakan zaman a)Zaman logam
Orang Sauf masuk zaman logam pada abad ke-15 sudah dapat menggunakan alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Contoh alat-alat logam seperti yang disebut dengan hlambra. Sejarah penyebaran benda logam sebenarnya mulai dikenal oleh orang Papua termasuk orang Sauf pada tahun 1545 ketika maritim Spanyol mengelilingi pulau Papua. Sejarah penyebaran benda-benda logam hingga ke pelosok Papua sebenarnya bermula dari cikal bakal pencarian rempah-rempah oleh bangsa Portugis dan spanyol. Semenjak itu semakin berkembangnya pengetahuan sehingga orang Sauf, mengenal bahan dari logam dan mengenal teknik menggunakannya, sesuai dengan keperluan. Periode ini juga disebut masa perundagian bagi orang Sauf, karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di Kampung Sauf pada khususnya dan di wilah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Indonesia pada umunya didominasi oleh alat-alat dari perunggu yaitu tepat pada abad ke-15, sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang pada zaman kebudayaan megalithicum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alat perang dan berburu, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam. Cikal bakal persebaran alat-alat logam dan perunggu bermula dari pelayaran bangsa Portugis dan Spanyol dalam misi pencarian rempah-rempah dan bulu burung pada tahun 1521 atau abad ke-15 yang mana ditukar dengan benda-benda pecah belah dan benda logam serta perunggu. Maritim Portugis dan Spanyol adalah orang Asing pertama yang tiba di Pulau Papua, sedangkan Maritim Spanyol adalah orang pertama yang mengelilingi pulau Papua.
Sejarah penemuan pulau Papua sebenarnya tercatat sebagai bagian dari wilayah perburuan rempah-rempah yang dilakukan oleh bangsa Spanyol dan Portugis. Sebagaimana yang dicatat bahwa pada awal abad ke-15 negara-negara Eropa mulai dalam bidang penemuan maritim semakin relatif. Spanyol juga terlibat dalam sebuah pergerakan kebangkitan, terutama bidang maritim dan mengetahui banyak tempat-tempat harta karun, termasuk Pulau Papua. Portugis telah mengibarkan benderanya di Papua dengan penjelajahan menggunakan kapal layar yang sering disebut-sebut sebagai Portuguese fleet.
Pada abad ini, bangsa Spanyol sudah terlalu jauh terlibat dalam sebuah pergerakan kebangkitan maritim dan telah berhasil berlayar mengelilingi samudera raya dan mengetahui banyak tempat-tempat penghasil banyak harta kekayaan seperti juga pulau Papua sebagai salah satu kepulauan penghasil rempah-rempah dan bulu burung yang diperoleh dari hutan adat. Pada abad ini, Inggris belum meluncurkan angkatan lautnya, sementara itu, Belanda juga belum mendirikan armada angkatan lautnya, sedangkan Portugis sudah lama melakukan perjalanan maritim hingga ke Inggris dan telah menguburkan Raja mereka – Cucu besar Edward III di Inggris – melalui sebuah perusahaan yang telah mengangkat nama “Henry sebagai sang Navigator”.
Perjalanan berlayar yang dilakukan oleh maritim Spanyol pada mulanya mereka secara perlahan-lahan berlayar dengan menggunakan kapal layar dan mereka menyusuri pantai barat Afrika, sedikit demi sedikit satu kapten telah melanggar jarak ketentuan batas yang dilalui oleh pendahulunya, sampai akhirnya pada tahun 1497, mereka berhasil mengelilingi Cape wilayah Afrika selatan benua tersebut itu. Selanjutnya Portugal secara berani dan terang-terangan melewati batasan yang lebih jauh dari ribuan mil dan menapaki bentang luas perairan di wilayah timur, dan mulai menancapkan bendera di berbagai pelabuhan di samudera Hindia, sebagaimana dilukiskan dalam peta ‘desliens’. [Lihat peta dunia ‘Desliens’- 1566]. Karena Portugis merasa mampu menjelajahi dan telah menancapkan benderanya di berbagai benua sehingga hal itu mendorong keinginan mereka untuk berlayar lebih jauh ke Timur untuk mencari kepulauan rempah-rempah. Mereka lalu menemukan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Timor-Timor, Seram, Kepulauan Aru, dan Gilolo (Papua), mereka lalu mencapai Maluku yang telah didambakan, terkenal dan banyak memiliki rempah-rempah atau disebut dengan julukan ‘Spice Island’ dan akhirnya Portugis bekerja dan membangun benteng dan mendirikan stasiun perdagangan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Inggris di Afrika selatan dan ditempat lainnya. Sementara itu, setelah penemuan benua Amerika oleh Christopher Colombus, orang-orang Spanyol mulai mencari pelabuhan atau navigasi baru bagi mereka dengan mengekspansi ke arah barat dengan sasaran utama pada objek pencarian yang sama, namun mereka menjadi sadar bahwa mereka telah berlayar begitu jauh dari sasaran utama mereka disekitar Amerika dan akhirnya dipisahkan oleh samudera yang luas dengan pulau-pulau yang telah ditemukan oleh Portugis. Magellan kemudian ditetapkan dan ditunjuk dalam misi untuk pencarian rempah-rempah ke bagian barat, Magellan kemudian tiba di daerah-daerah dimana Portugis telah mendirikan armadanya di daratan, sehingga timbullah sengketa mengenai batas-batas Portugis dan Spanyol. Namun kemudian Paus Alexsander VI dari Portugis, lalu bermurah hati menganugerahkan satu setengah dari dunia yang belum ditemukan oleh Portugis kepada Spanyol, dan setengah lainnya milik Portugis.
Sebagai bukti sejarah memang ini sangat penting dan menarik, namun secara hakiki, kita mesti melihat kembali pada pulau-pulau tersebut dan siapa penghuninya dan hak-hak penghuni pulau tersebut sebagai hak utama mereka ketika mereka telah mampu dan mengerti, maka dengan sendirinya wilayah teritory mereka akan dikelolanya sebagai surga dalam hidupnya.
Pentingnya mengetahuia batas-batas dalam hak ulayat adat sangat penting, walaupun itu hanya ditentukan secara komunal. Persoalan batas inilah yang membuat Portugis dan Spanyol bersengketa. Ini diakibatkan karena ukuran bumi yang sebenarnya tidak diketahui pada saat itu, dan pembagian bumi oleh Paus Alexander ini di ukur dari sisi lain menurut wawasannya, sehingga mengakibatkan tumpang tindih dan duplikasi memetakan batas-batas Portugis dan Spanyol di longitudes dari Spices Island (lihat peta ribero), karena tumpang tindih inilah maka tak diragukan lagi jikalau terjadi persengketaan antara kedua pihak terutama untuk memenuhi keinginan masing-masing pihak dalam bersaing untuk menyertakan “The Spice Islands” dalam belahan bumi tersendiri, terutama dimuat dalam sketsa daerah kekuasaan masing-masing. Sebelum tahun 1529, ketika peta Ribero dibuat, Spanyol telah berlayar sepanjang 250 mil dari pantai utara pulau Papua. Orang-orang Spanyol menemukan jejak emas di sepanjang bagian negeri Papua, selain itu Saavendra (Kapten dari Santiago) juga menamakan negeri Papua dengan sebutan negeri emas hijau green gold karena hutannya begitu indah dan elok hijau membentangi sepanjang garis pantai pulau Papua. Setelah itu, Saavendra memberikan nama pulau Papua dengan sebutan “Isla Del Oro” atau Pulau Emas. Namun digantikan dengan sebutan nama Nova Guinea, atau New Guinea, karena masyarakat asli yang ditemukan berkulit hitam, dengan rambut criped pendek atau wol, mirib dengan masyarakat di pantai Guinea di Afrika sehingga namanya diganti dengan Nova Guinea.
1)Peta Papua “New Guinea” Pertama Pada tahun 1545 Inigo Ortiz de Retez memerintahkan San Juan untuk berlayar ke New Guinea (Papua). Mereka berlayar dari Tidore di Maluku, pada awal tahun dan membuat penemuan yang luas di pantai utara Os Papuas, atau Papua New Guinea. Kemudian Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol menggambar peta NEW GUINEA (peta Papua) untuk pertama kalinya dan kemudian dikembangkan secara sempurna oleh Hindia Belanda dan Jepang seperti yang kita ketahui sekarang ini. Pada awalnya, Portugis dan Spanyol menggambarkannya sebagai unggas Guinea, Cenderawasih, seperti pada gambar. Bentuk Peta Guinea Nova ini berbentuk demikian karena sesuai dengan ide atau wawasan mereka tentang bentuknya Pulau itu, walaupun belum sempurna namun sudah tergolong benar. Pada waktu itu ada gagasan asli tentang bentuk suatu negara Papua namun belum sesuai. Namun demikian, beberapa fitur utama penemuan dari Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Papua dan New Guinea sampai dengan tahun 1545, hingga sekarang masih rabun bagi sebagian sejarawan.
Sekarang kita akan melihat bersama bahwa gilolo (Papua) ditempatkan pada posisi yang sebenarnya, dua puluh derajat kebarat dimana ia ditempatkan sebelum masuk di peta “Ribero’s”. Sekarang peta-peta yang didalam lingkup Portugis itu dimulai dari mana seharusnya titik awal digambarkan? Penemuan New Guinea oleh Bangsa Portugis sebenarnya digambar sebagai kepala dan leher unggas. Mereka datang atas nama OS PAPUAS, dan pulau-pulau Menezes yang dikatakan oleh Lewi – HIC Hibernavit Georg de Menezes – pada tahun 1526.
Ada tiga pulau besar tanpa nama, antara Os Papuas dan Nova Guinea yang diwakilinya dan ini dibenarkan karena setelah dibandingkan maka pulau itulah yang disebut dengan kepulauan Misory dan Jobe dari data peta moderen.
Pada waktu itu, kepulauan Aru juga dipetakan oleh bangsa Portugis dan Spanyol dan tanimbar (tenimber) atau Kepulauan Timur juga dicantumkan dalam peta (meskipun tidak diberi nama) sebagai pemukiman Martin Alfonso de Melo.
Ada beberapa kontroversi sekitar sejarah penemuan pulau New Guinea dan Australia, oleh Eropa. Namun dari berbagai ahli sejarah berpendapat bahwa ini adalah campuran seni dengan sejarah Untuk perspektif lain tentang sejarah tersebut. Pembaca disarankan untuk mempertimbangkan teks yang lebih baru serta yang lain dari periode yang sudah online seperti Sejarah Singkat Australia oleh Ernst Scott (tersedia melalui Perpustakaan Nalanda di Institut Teknologi Nasional Kalkuta, Negara Kerala, India).
Pola hunian masyarakat adat New Guinea abad-15 sebagaimana yang telah di sketsa oleh maritim Portugis dan Spanyol adalah mereka berkelompok dan membentuk pola hunian dengan mendirikan perumahan diatas panggung berjejer sepanjang tepi sungai dan lereng perbukitan. Pola hunian mereka berdasar atas keluarga inti dan kerabat dekat yang mana garis kekerabatannya didasarkan atas keturunan patirilineal dan kerabat dari garis keturunan matrilineal. Pola hunian demikian sebagaimana pada gambar. Ada ceritera tua yang mengatakan bahwa sistem perkumpulan semacam ini telah ada semenjak masyarakat adat Papua New Guinea menyadari akan kebergantungan hidup antar satu dengan yang lain.
Cikal bakal pencarian rempah-rempah ini disertai dengan penyebaran alat-alat pecah belah dan alat-alat logam serta perunggu. Pada abad ke-15 orang Papua termasuk orang Sauf masih dalam kehidupan zaman prasejarah atau kehidupan dimana mereka belum mengenal baca dan tulis secara moderen.
2)Sistem Kepercayaan orang Sauf Pada zaman prasejarah.
Sistem kepercayaan zaman prasejarah orang Sauf, diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolitikum. Mengenai bukti adanya kepercayaan orang Sauf, pada zaman Mesolitikum dan beberapa bukti lain yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan mereka pada zaman prasejarah adalah ditemukannya bekas kaki pada batu prasasti di sungai wermayis Kampung Sauf, Kbupaten Maybrat. Bekas kaki tersebut menggambarkan langkah perjalanan Sang Maha Pencipta atau Allah menuju takhta kudusnya. Hal ini berarti pada masa tersebut orang Sauf, sudah mempercayai akan adanya roh. Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian upeti atau sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah Animisme yang disebut dengan wiyon-wofle. Aninisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan dinamisme. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan ghaib. Contohnya yaitu pohon-pohon besar atau bukit dan pegunungan serta sungai tertentu yang dianggap memiliki kekuatan di wilayah Mereka seperti Shafla, dan Hdan. Dengan demikian kepercayaan orang Sauf, zaman prasejarah adalah animisme dan dinamisme.
3)Kemasyarakatan orang Sauf, zaman prasejaarah.
Orang Sauf pada zaman prasejarah hidupnya sendiri-sendiri. Kehidupan ini termasuk pada zaman nomadic, dimana kehidupan yang kebanyakan waktunya dilalu dengan berburu dan mengumpulkan makan. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang Sauf, hidup berkelompok dalam jumlah yang kecil mengikuti kelompok keret. Tetapi hubungan antar kelompok sudah mulai erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang kejam dan berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana. Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat Sauf untuk membentuk keteraturan hidup. Aturan hidup orang Sauf dapat terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah. Pemilihan pemimpin tentunya tidak dapat dipilih dengan sembarangan, seseorang yang dipilih sebagai pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan roh-roh atau arwah nenek moyang demi keselamatan mereka, serta keahlian-keahlian yang lebih dan sebagai keret tertua yang memiliki hak ulayat atas tanah dan memberi kebebasan kepada kerabatnya yang lain tinggal bersamanya. Selain itu, yang terpilih adalah orang yang mampu berdiri untuk menangani persoalan-persoalan kerabat yang ada. Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat Sauf lebih kompleks. Masyarakat Sauf mulai terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan disamping adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama atau musyawarah dalam kehidupan yang demokratis. Dengan demikian sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di kampung sauf telah dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong.
4)Pola Pertanian orang Sauf, zaman prasejarah.
Sistem pertanian yang dikenal oleh orang Sauf prasejarah pada awalnya adalah perladangan (mkah wora), yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat sesuai dengan tingkat kesuburan tanah. Apabila mereka menilai tanah sudah tidak lagi subur atau tidak ada humus (mse tein), maka mereka akan berpindah atau mencari tempat yang dianggap subur atau dapat di tanami tanam-tanaman (mhais tein ro tna). Selanjutnya mereka mulai mengembangkan sistem mencari makanan dan menyimpannya (food and ghatering), sehingga tidak lagi berpindah-pindah dengan cepat, dan berusaha mengatasi pola makanannya dengan baik. Sistem ini dikenal oleh orang Sauf prasejarah pada masa neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan mereka sudah menetap dan teratur. Pada masa perundagian sistem pertanian orang Sauf mengalami perkembangan mengingat adanya spesialisasi atau pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan, Sehingga orang Sauf Zaman prasejarah semakin mahir dalam mengatur tugas dan tanggung jawab serta mengatur persaudaraan.
5)Sosial-Ekonomi orang Sauf, zaman prasejarah.
Perkembangan kondisi sosial ekonomi orang Sauf, masa Prasejarah sebenarnya mulai terlihat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau zaman Mesolitikum ± abad ke-15. Pada masa ini orang Sauf, mulai menyadari pentingnya pola kehidupan menetap pada suatu tempat. Hal ini disebabkan adanya kemajuan dan perkembangan pengetahuan orang Sauf, pada masa itu dalam berusaha mengolah alam lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Pada kehidupan menetap ini kemudian memunculkan bentuk-bentuk rumah yang sangat sederhana sebagai tempat tinggal, tempat berlindung terhadap iklim dan cuaca, serta terhadap gangguan binatang buas. Berdasarkan penelitian kami tentang rumah hunian pertama orang Sauf (Maybrat, Imian, Sawiat), bisa diperkirakan bahwa bentuk rumah tinggal awal sekali adalah berukuran kecil, berbentuk segi panjang dan kebulat-bulatan mengikuti saran burun dengan atap yang dibuat dari daun-daunan, dan orang pertama yang membuat rumah adalah to dan sur kedua orang ini disebut sebagai tokoh arsitektur orang Maybrat, Sawiat, Tehit. Bentuk rumah semacam ini merupakan bentuk awal rumah wilayah Maybrat, Imian Sawiat, dan sampai saat ini masih dijumpai di kebun. Berawal dari adanya kelompok-kelompok masyarakat dalam suatu daerah tertentu, dan mengalami perubahan yang mengarah kepada sistem komunual. Di samping itu teknologi pembuatan perkakas juga semakin maju. Hal ini terbukti dengan mulai ditemukannya alat-alat batu yang diasah secara halus, yaitu yang dikenal dengan beliung persegi. Kemajuan pada aspek teknologi ini selanjutnya memunculkan adanya stratifikasi sosial tertentu dalam komunitas mereka. misalnya muncul golongan-golongan yang pandai dalam membuat beliung persegi, mulai dari pembuatan bentuk dasar (plank) hingga menjadi beliung persegi yang siap pakai. Selanjutnya dikenal pula teknologi pembuatan tastangan sebagi salah satu sarana kebutuhan hidup sehari-hari yang sangat penting. Di sini pun akan memunculkan golongan-golongan tertentu dalam komunitas mereka yang memiliki kepandaian dalam pembuatan tastangan. Perkembangan lainnya yang sangat mendasar pada masa ini adalah mulai dikenalnya bercocok tanam sederhana, yaitu dengan Sistem Tebas-Bakar (mkah wora). Pada masa perundagian ini pola kehidupan perkampungan mengalami perkembangan dan semakin besar, hal ini disebabkan dengan mulai bersatunya kampung- kampung, atau terjadinya sebuah desa yang besar. Munculnya desa-desa besar ini salah satunya disebabkan semakin tinggi frekuensi perdagangan antar perkampungan dalam bentuk tukar menukar barang (barter) dan juga salah satu pengaruh utamanya adalah konflik sosial yang dipicu oleh persoalan internal antar klen dan juga bisa disebabkan karena perdagangan atau bermain kain timur. Perpindahan penduduk melalui jalur perkawinan juga menjadi penyebab semakin padatnya populasi penduduk di kampung Sauf. Dengan semakin luasnya hubungan antar wilayah, maka kegiatan perdagangan pada masa perundagian pun menjadi semakin berkembang. Jenis-jenis barang dagangan semakin kompleks karena hubungan-hubungan tersebut telah mencakup wilayah yang sangat luas. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan benda-benda perunggu yang tersebar hampir di seluruh wilayah Papua khususnya Sauf dan wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang berasal dari kebudayaan Dong Son di Vietnam Utara yang dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol melalui misi pencaharian rempah-rempah dan bulu burung pada abad ke-15. Dalam kehidupan perkampungan ini mata pencaharian pokok orang Sauf, adalah pertanian yang mulai dilakukan secara lebih teratur dan maju, yaitu dengan sistem tebas bakar (mkah wora). Hal ini juga didukung dengan semakin majunya sistem teknologi peralatan dari logam (khususnya perunggu) untuk keperluan mengolah kebun. Usaha-usaha domestikasi hewanpun semakin memperlihatkan kemajuannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan-temuan hewan piaraan dan ternak seperti anjing, Babi, Ayam sebagai unggas pemukiman. Kemungkinan dilakukan untuk persediaan bahan makanan hewani, meskipun kegiatan perburuan masih dilakukan walau dengan jumlah yang lebih berkurang. Salah satu benda perunggu yang memiliki nilai estetika dan ekonomis sangat tinggi, dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara adalah nekara. Nekara tersebut merupakan hasil kebudayaan Dongson di Vietnam Utara yang kemudian menyebar hampir seluruh wilayah Asia Tenggara hingga kewilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua termasuk kampung Sauf. Nekara yang ditemukan di Kampung Sauf adalah berbentuk parang (hlambra). Hal ini sekali lagi telah membuktikan adanya hubungan secara sosial-ekonomis antara kampung Sauf wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, melalui kesultanan Ternate-Tidore dengan wilayah Asia Tenggara lainnya cukup lancar pada zaman itu. Walaupun pada awalnya jalur ini diperkenalkan oleh bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke-15. Kegiatan ekonomi dalam bentuk perdagangan didorong oleh adanya temuan alat-alat transportasi air di wilayah pantai yang menghubungkan suatu daerah ke daerah lain, yaitu perahu sampan. Bentuk-bentuk perdagangan pada umumnya dilakukan dengan sistem tukar barang dengan barang. Kelangsungan hubungan perdagangan yang secara terus menerus dan cenderung semakin kompleks tersebut pada akhirnya memunculkan apa yang disebut dengan pasar dalam cakupan arti yang sederhana.
6) Sosial-Budaya orang Sauf, zaman Prasejarah. Seni ukir yang diterapkan oleh orang Sauf khususnya dan Maybrat, Imian, Sawiat, umunya pada benda-benda masa megalitikum dan seni hias pada benda-benda perunggu menggunakan pola-pola geometrik sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan pada ukiran cangkir minuman (hawereh) di kampung Sauf yang menggambarkan bintang, perahu dan melukis unsur-unsur dalam kehidupan yang dianggap penting.
Pahatan-pahatan pada kayu untuk menggambarkan orang atau binatang menghasilkan bentuk yang bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Terdapat pula kecenderungan untuk melukiskan hal-hal yang bersifat simbolis dan abstrak-stelistis, seperti yang tampak pada gambar-gambar manusia yang diukir sebagai bulu burung bermata lingkaran pada hulu kampak (fi bam), seloki minuman (hawereh), dan bambu yang dipakai sebagai minuman (tbil). Berbagai benda diciptakan guna keperluan religius seperti pola mata kalung yang dipakai dan pada beberapa jenis heger berfungsi magis sebagai penolak bahaya. Yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah segi kepercayaan kepada pengaruh arwah (roh) nenek moyang terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Dengan demikian pula kepada orang-orang yang meninggal diberikan penghormatan dan persajian selengkap mungkin dengan maksud mengantar arwah dengan sebaik-baiknya ke tempat tujuanya, yaitu dunia arwah.
Kehidupan orang Sauf, pada masa perundagian memperlihatkan rasa solidaritas yang kuat. Peranan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak nenek moyang. Adat kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang kuat dalam mewujudkan sifat itu. Akibatnya, kebebasan individu agak terbatas karena adanya dorongan rasa kebersamaan. Pada masa ini sudah ada kalkus kepemimpinan dan pemujaan kepada sesuatu yang suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada diluar batas kemampuan manusia yang disebut wiyon-wofle.
Dalam masyarakat ini mulai jelas dan mulai tampak perbedaan golongan-golongan tertentu seperti golongan big man - bobot, pengatur upacara-upacara (raa wiyon-na wofle) yang berhubungan dengan kepercayaan, petani, pedagang dan pembuat benda-benda dari kayu (pemahat).
7)Kemajuan Teknologi
Pada bidang teknologi, di samping berusaha menciptakan perkakas untuk keperluan sehari-hari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulai diciptakannya benda-benda yang tidak saja bernilai profan tetapi yang bernilai estetika dan ekonomis. Pada teknologi pembuatan tas tangan (yume - hand back) misalnya, ternyata di samping membuat untuk keperluan sehari-hari, mulai dilakukan juga pembuatan tas tangan yang bernilai seni dan ekonomis. Hal ini dapat dilihat bahwa selain membuat benda-benda berupa cawan, seloki, juga mulai dibuat bentuk-bentuk tas tangan dengan aneka motif hiasan. Keragaman bentuk dan motif hias cawan oleh orang Sauf, ini kemudian memunculkan beberapa kompleks pembuatan barang-barang lain yang sangat menonjol, antara lain kompleks tas tangan (yu kom). Pada teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari (misalnya kapak, corong, tajak dan sebagainya) mulai dikembangkan pula pembuatan benda-benda yang memiliki nilai estetika dan ekonomis, misalnya nekara, gelang, cincin, bandul kalung, dan sebagainya. Benda-benda tersebut ternyata menjadi salah satu komoditi dalam hubungan perdagangan antara orang Sauf di Indonesia dengan wilayah Asia Tenggara lainnya.
8)Kemahiran membuat alat
Dalam masa perundagian ini, teknologi berkembang dengan pesat. Di pihak lain, terjadi peningkatan usaha perdagangan yang mengalami kemajuan. Teknologi pelayaran juga menentukan perkembangan teknologi secara umum. Hal tersebut berpengaruh pula pada sistem sosial yang telah mengklasifikasikan dari dalam segmen-segmen sosial-ekonomi karena pola-polanya telah terbentuk. Pada masa ini merupakan awal dari kemajuan, karena di zaman perundagian ini sudah mulai menganal teknik peleburan, percampuran, penempaan dan pencetakan jenis-jenis logam seperti tembaga, perunggu dan besi. Di Asia Tenggara logam mulai dikenal kira-kira 3000-2000 S.M. Di Indonesia penggunaan logam diketahui pada masa beberapa abad sebelum masehi, sedangkan di kampung Sauf penggunaan logam diketahui pada abad ke-15. Hal ini didasarkan atas temuan-temuan arkeologis. Indonesia termasuk Kampung Sauf hanya menganal alat-alat yang dibuat dari perunggu dan besi, sedangkan perhiasan mereka telah mengenal emas.
Penggunaan logam tidak seketika menyeluruh di Indonesia hingga ke Sauf, tetapi berjalan setahap demi setahap. Sedangkan beliung dan kapak batu masih digunakan. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Kampung Sauf menunjukan persamaan dengan temuan-temuan di Dong Son (Vietnam) diperkirakan adanya hubungan budaya.
Di Kampung Sauf, terdapat Jenis-jenis perhiasan yang beraneka ragam berupa gelang, cincin, bandul, kalung dan sebagainya yang terbuat dari perunggu, kulit kerang, tulang, batu dan kaca.
9)Benda-Benda Perunggu
Jenis benda perunggu yang dikenal di Kampung Sauf ialah nekara, kapak, bejana, boneka atau patung, perhiasan dan senjata. Namaun yang menarikperhatian adalah nekara. Benda-benda lain sebenarnya telah mendapatkan perhatian sejak abad ke-16, misalnya kapak corong, cincin, mata tombak, kapak upacara (candrasa). Dari penyelidikan dalam zaman perundagian pula orang Sauf belum mahir membuat benda-benda dari kaca akan tetapi dinegara lain, orang-orang telah pandai membuat dan menuang kaca. Hanya saja tekniknya masih sederhana kadang masih tercampur pasir.
10)Kapak Perunggu
Secara tipologis kapak perunggu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kapak corong dan kapak upacara. Kapak corong disebut juga kapak sepatu, maksudnya kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah, sedangkan dalam corong itulah dimasukan tangkai kayunya yang menyiku kepada bidang kapak. Jadi seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkainya diibaratkan sebagai kaki orang. Kebanyakan orang Sauf menggunakan kapak tipe ini.
Van Heekeren mengklasifikasikan menjadi kapak corong, kapak upacara dan kapak tembilang (tajak). Soejono membagi kapak perunggu menjadi delapan yaitu :
1. Tipe I (tipe umum). Bentuknya lebar dengan panjang yang lonjong, garis puncak (pangkal), tangkainya cekung dan bagian tajam cembung. 2. Tipe II (tipe ekor burung seriti). Bentuk tangkai dengan ujung yang membelah seperti ekor burung seriti, ujung tajam cembung, belahan pada ujung ada yang dalam dan ada yang dangkal. 3. Tipe III (tipe pahat). Bentuk tangkai menyempit dan lurus ada yang pendek dan lebar. Bentuk tajam cembung dan lurus, kapak terbesar berukuran 12,2 x 5,8 x 1,7 cm dan terkecil 5,4 x 3,6 x 1,3 cm. 4. Tipe IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus kea rah sisinya. Ukuran terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan terkecil 13,4 x 6,5 cm. 5. Tipe IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus kea rah sisinya. Ukuran terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan terkecil 13,4 x 6,5 x 1,6 cm. 6. Tipe V (tipe bulan sabit). Mata kapak berbentuk bulan sabit. Bagian tengah lebar dan menyempit, tangkai lebar dan bagian tajamnya menyempit. Jenis terbesar berukuran 16,5 x 15,6 x 3,4 cm dan terkecil 7,2 x 5,2 x 4,5 cm. 7. Tipe VI (tipe jantung). Bentuk tangkai panjang dengan pangkal cekung, bagian bahu melengkung. Ukuran terbesar 39,7 x 16,2 x 1,5 cm dan terkecil 13 x 7,2 x 0,6 cm. 8. Tipe VII (candrasa). Tangkai pendek dan melebar pada pangkalnya, mata kapak tipis dengan kedua ujungnya lebar. Kapak ini sangat besar dan pipih yang terbesar 133,7 cm dan terkecil 37 cm. 9. Tipe VIII (tipe kapak roti). Keseluruhannya gepeng berukuran 90 cm. pangkal tangkai cakram. Cakram ini dihiasi dengan pola roda atau pusaran (whirl). Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Papua dekat danau Sentani. Tidak semua kapak dipergunakan sebagai kapak. Yang kecil umpamanya mungkin sebagai tugal, sedangkan yang indah dan candrasa dipergunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Di Bandung ditemukan cetakan-cetakan dari tanah baker untuk menuangkan kapak corong.
11) Perhiasan
Gambar: 6 Pola aliran ukiran pada hiasan orang Sauf Sumber: Hamah Sagrim, Data Penelitian 2011-2012
Orang Sauf khususnya dan Orang Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya sering membuat perhiasan yang mana berupa gelang, cincin, kalung dan hiasan lainnya. Gelang yang berhias pada umumnya besar dan tebal. Pola hias pada gelang-gelang berupa pola tumpal, garis tangga, mata burung dan duri ikan. Lihat contoh bebrapa gambar diatas. 12) Benda-Benda Besi di Kampung Sauf Jenis-jenis benda besi dapat digolongkan sebagai alat keperluan sehari-hari dan senjata. Benda-benda besi yang banyak ditemukan di Kampung Sauf, berupa : - Mata kapak atau sejenis beliung yang diikat secara melintang pada tangkai kayu - Alat bermata panjang dan gepeng dan mungkin digunakan untuk merapatkan benang-benang kain tenun - Mata pisau - Parang - Mata tombak Dalam masa bercocok tanam, orang Sauf sudah mulai bertempat tinggal secara menetap dan berkelompok. Berbagai upaya dilakukan oleh mereka untuk menuju penyempurnaan, misalnya dalam bidang pertanian, peternakan, pembuatan alat-alat kebutuhan dan lain-lain. Hal-hal baru pun telah ditemukan diantaranya pembuatan alat-alat dari Kayu dan kulit kayu. Sejalan dengan kemajuan yang dicapai, sehingga taraf penghidupannya dan tata-susunan orang Sauf, menjadi makin kompleks. Orang Sauf, mulai hidup secara teratur, sehingga muncul golongan undagi (golongan orang-orang terampil). Di zaman perundagian ini banyak kemajuan-kemajuaan dalam berbagai bidang kehidupan mereka seperti; kepercayaan, sosial, ekonomi dan sebagainya. Sehingga diketahui bahwa sejak masa ini sudah adanya jalur hubungan dengan daerah-daerah yang ada di Asia Tenggara melalui kesultanan ternate Tidore melalui diangkatnya Kapitan-kapitan dan raja-raja di kampung Sauf dan di wilayah Tehit, Maybrat. Selain itu juga di perkuat dengan ditemukannya benda-benda pecah belah dan benda-benda logam dan tembaga yang serupa dengan benda yang berada di Asia Tenggara yang lain seperti dong song Vietnam. _____________________________________________________________________________________________
BAGIAN KETIGA
SEJARAH PERKEMBANGAN GEREJA DARI EROPA HINGGA KE PAPUA MASUK KAMPUNG SAUF DAN KE SEBAGIAN
WILAYAH KABUPATEN MAYBRAT
A.SEJARAH PERKEMBANGAN GEREJA DARI EROPA HINGGA KE PAPUA DAN MASUK KAMPUNG SAUF LALU KE
SEBAGIAN WILAYAH KABUPATEN MAYBRAT
1. Gereja pada zaman Portugis dan V.O.C
Mula-mula golongan Franciskani dan Dominikani dari gereja R.K. membawa injil dalam misi pelayaran melalui pencarian rempah-rempah ke seluruh dunia termasuk ke Papua hingga kampung Sauf sebagai misi penjajahan oleh bangsa Portugis dan Spanyol (Lihat Sejarah Gereja Umum Ringkas XXXII hal. 74 s/d 80). Pemimpin termasyur pada abad itu ialah Franciskus Xaverius, berasal dari Spanyol dan belajar di kota Paris Prancis bersama-sama dengan Loyola pada massa Calvin. Mereka membentuk Ordo Socïëtas Jesu. Xaverius memajukan pekabaran injil di daerah Maluku. Badan Pimpinan Pergabungan Perdagangan (V.O.C) juga ingin memajukan pekabaran injil dengan rencana akan mengutus pendeta-pendeta dari negeri Belanda. Akan tetapi pendeta-pendeta itu merasa tidak bebas, karena mereka terikat dengan V.O.C., sebagai pemberi upah/gaji mereka. Para pendeta tersebut melihat bahwa kepentingan VOC sangat besar sehingga perdagangan dan penginjilan akan tercampur. Oleh sebab itu, maka di Universitas Leiden Belanda, diselenggarakan sebuah seminarium Indicum, untuk membahas persoalan itu sehingga mereka membangun sebuah pusat pendidikan khusus untuk Indonesia pada tahun 1623-1633. Akan tetapi VOC tidak setuju dengan pendeta yang terdidik disana, lalu VOC mencabut perjanjian sebagai donatur dan sekolah tersebut tutup. Dalam pekabaran injil ke Indonesia, selalu dipakai bahasa Melayu (sekarang bahasa Indonesia). Pendeta Leydecker menerjemahkan Alkitab pertama kali dari bahasa Belanda ke Bahasa Melayu. Lama sekali salinan itu dipakai di Gereja Maluku. Kini Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menyempurnakannya kedalam bahasa indonesia moderen.
Pada masa VOC telah terbentuk beberapa jemaat di daerah Ambon, Maluku, Minahasa, Kepulauan Sangir, Timor dan Kota Betawi (Jakarta) dan sekitarnya. Jemaat-jemaat di Ambon dan Sangir sebagai ikon penting dalam pengembangan penginjilan di Papua, karena ketika jemaat didirikan di Ambon dan Sangir, kemudian diutus pembantu untuk penginjilan ke wilayah Papua. Usaha pekabaran injil pada masa Kompeni tidak bebas karena segala persoalan harus tunduk dibawah perintah Kompeni. Raja Willem I, membentuk Gereja Protestan di Hindia Belanda pada tahun 1817. Misi pekabaran injil seluruhnya berada dibawah kekuasaan Negara dan dibiayai oleh Negara.
Pada tahun 1935 Gereja Protestan terlepas dari Kekuasaan Negara Hindia Belanda. Pada tahun 1950 manajemen keuangan Gereja dan Pemerintahan Belanda dipisahkan. Gereja-gereja Protestan di Indonesia mulai maju menuju kedaulatannya sendiri. Pada tahun 1934, Gereja-gereja di Minahasa mulai berkembang pesat. Pada tahun 1935 gereja-gereja di Maluku mulai berkembang. Pada tahun 1947 Kristen Protestan berkembang di daerah Timor. Pada tahun 1956 mulai berkembang di Irian Barat. (lihat Sejarah Gereja Ringkas, halaman 88). Kurung waktu pada abad ke-19 dibentuk beberapa perhimpunan pekabaran Injil di Negeri Belanda. Pada waktu itu, gereja-gereja yang resmi, tidak mementingkan tugas pekabaran injil ke negeri yang jauh termasuk ke Indonesia dan Papua. Jadi perhimpunan tersebut menggantikannya dengan gereja lain. Perhimpunan gereja yang mempunyai peran penting bagi misi penginjilan di Irian Barat, ialah “utrechtse ~Zendings~Vereniging”, yaitu Perhimpunan Pekabaran Injil di Utrecht yang didirikan pada tahun 1859. Tujuan dari Perhimpunan itu adalah untuk meneruskan pekabaran injil di Irian Barat yang telah dimulai pada tahun 1855. Pekerjaan penginjilan pada tahun 1855 itu bermula dari Otto Gerhard Heldring. Otto Gerhard Heldring berhubungan dengan Pendeta Gossner di Berlin Jerman, yang mana sangat fokus untuk menganjurkan adanya pengutusan pekabaran Injil ke mana-mana termasuk ke Papua hingga ke kampung Sauf. Heldring membentuk suatu team yang disebut Buruh Kristen (de christen werkman). Ia mulai mengutus orang yang diandalkan yaitu mereka yang dengan kepandaian tangannya mencari rejekinya sendiri seperti tukang kayu, tukang jahit, saudagar, dll, dan yang diluar waktu kerjanya mengabarkan injil. Orang demikian, menurutnya relatif membutuhkan biaya kecil dan murah. Mereka bisa saja tidak memerlukan gaji, hanya ongkos perjalanan yang ditanggung. Gossner mengirim beberapa calon pendeta kepada Heldring untuk mendidik mereka di lokasi yang agak jauh dari tempat jemaatnya di Zetten, lalu mereka diutus ke Sangir Talaud, Timor Lorosae dan Irian Barat.
2.Periode – periode pekabaran injil di Papua ~ Sauf Maybrat.
Utusan – utusan Gossner; Ottow dan Geissler Tiba di Mansinam. Tempat Pekerjaan mereka: Teluk Doreh dan Mansinam Utusan-utusan U.Z.V. (Perhimpunan Pekabaran Injil di Utrecht) tiba di Pantai Barat Teluk Doreh/Teluk Cendrawasih. Tempat kerja mereka: di bagian barat teluk cenderawasih. Lokasi kerja dan Utusan yang bekerja disana adalah:
J.L. Van Hasselt = Mansinam Woelders = Kwawi/Andai Jens = Andai Bink = P. Roon Van Balen = Windesi Mosche = Jomber/Roswar Perhubungan tetap yang pertama dalam perjalanan pekabaran injil di Irian Barat menggunakan kapal K.P.M. pada tahun 1890, dengan rute perjalanan tiap tiga bulan sekali. Pusat pemerintahan yang pertama ditetapkan di Irian Barat pada tahun 1898 di Manokwari dan Fak-fak. Pekabaran Injil berkembang dengan cepat, dimulai dengan pergerakan penginjilan di pulau Roon. Keinginan Jan Ayamiseba, anak piara Pdt. Bink, bahwa daerah-daerah pantai Utara dan Barat harus dibagi dalam Resor-resor. Dalam tiap resor seorang pendeta yang memimpin resor dan serentak medirikan sekolah Kristen serta menjadi pengurus sekolah itu. Di pulau Mansinam, Sekolah pendidikan guru dibuka oleh pendeta Van Hasselt pada tahun 1917. Perdagangan burung Cenderawasih dilarang pada tahun 1914. Ekspedisi-ekspedisi mulai melakukan perjalanan ke bagian pedalaman Irian Barat pada tahun 1907 ~ 1915. Perang dunia pertama mulai pada tahun 1914~1918. Irian Barat menjadi Keresidenan (res. Rulofs, 1921~1923). Pada tahun 1924, pertama kalinya Resor-Resor di bentuk, diantaranya: 1. Hollandia 5. Yapen 9. Raja Ampat 2. Sarmi 6. Miei (Roon) 10. Inanwatan 3. Biak Selatan 7. Manokwari 11. Babo/Fak fak 4. Supiori/Biak Utara 8. Numfor
Usaha dalam resor-resor dan jemaat-jemaat diintensifkan. Pendirian sekolah guru yang bersubsidi di Miei bagi anak-anak asli (Jemaat dan Sekolah). Oleh karena peraturan subsidi yang umum (1925), maka sekolah-sekolah bertambah banyak. Mulai tahun 1926, orang-orang Kolonis mulai menetap di Manokwari dan disekitar Sentani dan Pantai-pantai Sentani. Tahun 1929 (Zaman Malaise) menjadi sebab krisis sehingga semua sekolah mengalami kendala dalam pendidikannya. Pada waktu itu juga lapangan pekerjaan U.Z.V. di Fak fak dan Babo diserahkan kepada N.N.G.P.M. pada tahun 1935, Pembentukkan N.N.G.P.M. Pada tahun 1935, Peta Irian Barat dibuat dengan menggunakan pesawat terbang.
Jepang mulai menjajah dunia. Perang dunia Ke – II
Pembangunan kembali Pembentukkan Organisasi Jemaat, Klasis dan Resor di Papua.
Tahun 1951 U.Z.V. menjadi Z.N.H.K = Zending der Nederlandse Hervormde Kerk (Usaha Pekabaran Injil Gereja Hervormd). Perkembangan organisasi persekolahan (pendidikan) tahun 1954 Sekolah Theologia dibuka di Serui, dan pada tahun 1959 dipindahkan ke kota baru – Dalam Abepura.
Pada tanggal 14 Oktober 1947, injil Masuk di Semogum/Sauf. Penginjil pertama yang datang adalah Ev. Yohan Salambau. Yohan Salambau dipersiapkan oleh Ev. Wetstein bersama Yotley dan Matatula, sebagai Penginjil yang ditetapkan di pusat resor pengijilan yang dipusatkan di Inanwatan. Yohan Salambau bersama rekannya direkrut langsung dan dibina di pusat pelatihan penginjil dan guru di Inanwatan selama beberapa bulan, dan setelah itu mereka dipercayakan untuk mewartakan injil Kristen ke wilayah Teminabuan, Sawiat, Maybrat, dan sekitarnya. Yohan Salambau dkk yang diutus tersebut ke Kampung Semogum berdasarkan garis hubungan kekeluargaan.
GKI di Irian Barat berdiri sendiri pada 26 Oktober 1956, dan sidang sinode umum GKI pertama dilaksanakan di Kotabaru Dalam. Pada tanggal 8 Agustus 1960 sidang Sinode Umum GKI kedua diselenggarakan di Manokwari.
Tahun 1960~1962 pergolakan politik antar kerajaan Belanda dan Republik Indonesia mengenai Irian Barat mulai memburuk. Konfrontasi militer mulai memuncak. Pada bulan Agustus 1962 diadakan persetujuan (agreement) di New York, dan pada tanggal 15 Agustus 1962 Agreement itu ditanda tangani dalam Dewan Keamanan PBB oleh Hindia Belanda dan Republik Indonesia.
Pada tanggal 12 Desember 1962, diadakan sidang darurat (Kilat) dari Sinode Pusat GKI di Kotabaru Dalam, untuk membicarakan status GKI di Papua.
3. Utusan – Utusan Gossner dan U.Z.V Pada tanggal 5 Februari 1855, Ottow dan Geissler tiba di Mansinam. Perdagangan antara Ternate dan Teluk Cenderawasih berlangsung melalui Mansinam. Orang Numfor dari teluk Doreh menjadi pengantara antara Ternate dan Teluk Cenderawasih.
Utusan yang lain dari Gossner diluar Ottow dan Gessler adalah Mosche, yang bekerja di Meos War (1966~1868), meninggal di sana dan Isterinya Menikah dengan J.L. Van Hasselt, yang juga isterinya sudah meninggal. Ottow meninggal pada tahun 1863, dikubur di Kwawi Manokwari.
Pekerjaan U.Z.V. (Perhimpunan Pekabaran Injil di Utrecht). Pada tahun 1863 utusan-utusan UZV yang pertama tiba di Papua yaitu J.L. Van Hasselt, Klassen, dan Otterspoor. Geissler Pulang ke Jerman Pada Tahun 1869, dan meninggal di sana sewaktu cuti. Woelders bekerja sebagai penginjil di Andai, dan ia coba mendapatkan akses untuk melakukan penginjilan ke pegunungan Arfak, dan selanjutnya ke wilayah Kokas, Moskona, Mosun, Kebar, Aifat, Aitinyo, Ayamaru, akan tetapi tidak berhasil. Ia mendirikan suatu percetakan stensel namanya Percetakan Johanna. Ia mencetak terjemahan beberapa kitab injil, kitab para Hakim dan beberapa nanyian rohani.
Pada tahun 1887 Petrus Kafiar dijual Sebagai Budak kepada penginjil di Mansinam. Pada tahun 1908, Petrus Kafiar menjadi Guru di Maudori.
Pada tahun 1932, Resor Sorong dibuka oleh Pdt. F.C. Kamma, melakukan perjalanan penginjilan di daerah kepala burung dan Karon. Pada tahun 1924 Resor Inanwatan dibuka oleh Pdt. Wetstein, dan diperbantukan oleh Ev. Matatula dan Yotley dari Amboina. Pada tanggal 14 Oktober 1947, injil Masuk di Semogum/Sauf. Penginjil pertama yang datang adalah Ev. Yohan Salambau. Keterangan: 1. Pdt. J.L. Van Hasselt 4. Pdt. Bink 2. Pdt. Jens Sr. 5. Pdt. I.S. Kijne dengan Isterinya 3. Pdt. J.A. Van Balen dengan Isterinya Sumber: J. Mamoribo “Sejarah Ringkas GKI di Irian Barat, 1965” dikomposisikan oleh Penulis, 2012.
4.Perkembangan GKI di Kampung Sauf
Pada tanggal 14 Oktober 1947, injil Masuk di Semogum/Sauf. Penginjil pertama yang datang adalah Ev. Yohan Salambau. Pada tahun 1967 Gereja Betel Sauf, didirikan berlantai dasar semen dan dinding gaba-gaba. Pada massa kepemimpinan Sila Silas Safkaur.
Pada tahun 1980-an Gereja Betel Sauf di Bangun lagi dengan dinding Beton dan atap Senk.
Gambar: Gedung Gereja Betel Sauf yang dibangun pada tahun 1980-an. Sumber: Data Penelitian, Hamah Sagrim, 2012
Pada tahun 2007, GKI Betel Sauf Moderen mulai dibangun, dengan bergaya arsitektur Klasic romawi. Yang ditemukan pada pilar bangunan, dan bentuk postur bangunan yang menjulang serta atap lancip.
Gambar: Gedung Gereja Betel Sauf Bergaya Moderen dengan Konsep Arsitektur Klasik Romawi. Sumber: Data Penelitian Hamah Sagrim, 2012
Penginjil-Penginjil Tua dari Kampung Sauf adalah: 1.Wempy Lemauk 2.Nixon Sagrim 3.Semuel Solossa 4.Titus Lemauk
B.SOSIAL BUDAYA KAMPUNG SAUF – Socio Anthropologist Orang Sauf memiliki 7 unsur kebudayaan sebagaimana suku bangsa lainnya yang tersebar dimuka bumi, diantaranya : 1)Bahasa 2)Sistim pengetahuan 3)Organisasi sosial dan kekerabatan 4)Sistim Teknologi 5)Sistim mata pencaharian hidup 6)Sistim Religi 7)Kesenian.
Orang Sauf juga mengenal tujuh macam teknologi tradisional, yaitu: 1.Alat-Alat Kerja 3. Senjata5. Tempat Berlindung7. Pakaian 2.Wadah, Tas, Payung, dll4. Makanan 6. Alat-alat menyalakan api 1.Marga/Keret yang Tinggal di Kampung Sauf 1)Lemauk 2). Sesa 3)Saflesa 4). Sagrim 5)Safkaur 6). Solossa 7)Howay 8). Duwith 9)Bleskadit
2.Pemekaran Kampung
Kampung Sauf memekarkan 6 kampung, yaitu terdiri dari 2 kampung dengan lokasi terpisah, yaitu kampung Soroan dan Kampung Koma-koma, sedangkan 4 kampung lainnya berdampingan dengan kampung Sauf, yaitu Kampung Kanisabar, Kampung Seminyah, Kampung Lemuklit dan Kampung Sagrim. Kampung Sagrim dimekarkan oleh kampung Kanisabar yang sudah dimekarkan oleh kampung Sauf.
3.Demografi Dan Kependudukan Kampung Sauf Kita akan mendata kependudukan berdasarkan statistika kependudukan masing-masing kampung yang ada: NAMA KAMPUNG JUMLAH PENDUDUK KAMPUNG SAUF 193 KAMPUNG KANISABAR 163 KAMPUNG SAGRIM 150 KAMPUNG SEMINYAH 132 KAMPUNG LEMUKLIT 147 Sumber: Data Fakta catatan Penduduk Masing-masing Kampung, 2012. Disalin oleh Penulis 2012
4.Sosial Budaya Masyarakat Kampung Sauf -Kesukuan Orang Sauf Orang Sauf dibedakan atas 5 suku yaitu a.Maybrat b.Fayoh c.Sawiat d.Imian e.Tehit Pembedaan itu didasarkan atas penganut bahasa ibu dan sejarah persebaran masing-masing marga yang ada. -Bahasa
Bahasa Pengantar yang digunakan pada umumnya oleh masyarakat Kampung Sauf adalah Bahasa Maybrat dan Bahasa Sawiat. Sedangkan Bahasa Ibu adalah Bahasa Sawiat, dan ada juga bahasa Fayoh.
- Sistem Pengetahuan
Secara Tradisi, Masyarakat Kampung Sauf memiliki Pengetahuan tradisional yang terdiri dari Pendidikan Inisiasi Wiyon-wofle, Filsafat atau Bo Flet, dan Pengetahuan Menghitung dan Menulis atau disebut Taba, hingga saat ini mereka telah mengenyam sistem pengetahuan Klasik, pengetahuan Moderen, Pengetahuan Kontemporer, dan Pengetahuan Global.
- Sistem Teknologi
Masyarakat kampung Sauf secara tradisi mempunyai teknologi sederhana yang dikembangkan pada zaman mesolitikum, yaitu terdiri dari teknologi bertani, teknologi menciptakan alat-alat diantaranya seperti membuat tombak (sbe dan sawia), panah (karef dan tour) sero (wata) noken/tas (yu, surah) payung dan tikar (am), serta perhiasan-perhiasan lainnya.
- Organisasi Sosial Dan Kekerabatan
Masyarakat Kampung Sauf dalam organisasi sosial dan kekerabatannya mengikuti garis keturunan laki-laki yaitu patrilineal, yang artinya kehidupan dimana isteri mengikuti suaminya dan tinggal serta menetap di kampung suami (Firilocal) dan keturunannya mengikuti marga suami. Sedangkan sistem organisasi mengikuti keret dan family berdasarkan ikatan adat dan sejarah kehidupan masing-masing yang tergabung dalam dusun-dusun sebagai tanah adat. Sistem sosial semacam ini terbawa dari kehidupan tradisional hingga kehidupan moderen yang hingga kini dapat ditemukan dengan adanya kot/kompleks Safkaur, kot/kompleks Sagrim, kot/kompleks Lemauk dll. Kehidupan semacam ini ditemukan di seluruh kampung-kampung di pulau Papua. Secara tradisional orang sauf telah menganut kepemimpinan tradisional pria berwibawa (ra bobot) yang mana sistem kepemimpinannya berdasarkan kepemimpinan gerontokrasi, yaitu garis kepemimpinan berdasarkan keret/marga.
-Kesenian
Beberapa kesenian tradisional orang Sauf diantaranya adalah seni tari yang terdiri dari dansa yaitu tari serar, tumbu tanah/msioh, krerot. Selain itu ada juga seni suara yaitu mwi bowi dll.
- Sistem Religi
Sistem kepercayaan orang Sauf adalah kepercayaan wiyon-wofle dan kepercayaan Kristen aliran Protestan.
- Sistem Mata Pencaharian Hidup
Secara tradisi, orang Sauf bermata pencaharian dengan pola berburu anjing dan mengail. Sedangkan pola pertanian mereka dengan berkebun dan bercocok tanam.
-Tokoh-tokoh Terhormat di Kampung Sauf Pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda 1.Kapitan 2.Kepala Kampung 3.Penginjil 4.Ra wiyon-na wofle -Stratifikasi Sosial Masyarakat Sauf 1.Ra bobot 2.Ra wiyon 3.Penginjil 4.Guru 5.Tuan -Filusuf Dari Sauf
Tokoh-tokoh filsafat (ra ro mflet bo) di kampung Sauf tidak didata secara rinci tetapi hampir semua orang Sauf fasih dalam berfilsafat atau mflet bo. Diantara keseluruhan itu, salah satunya adalah Moses Lemauk, beberapa filsafatnya adalah mulut pukul badan, ungkapan filosofi mulut pukul badan tersebut merujuk kepada oknum yang membicarakan suatu masalah yang sebenarnya ia tidak sadar jikalau masalah tersebut kena kepada dia.
-Karakteristik 1.Karakteristik Masyarakat Sauf Masyarakat Sauf adalah masyarakat yang kritis, kadang mempunyai kritikan membangun dan ada juga yang berkarakter konflik. Karakteristik orang Sauf dalam menyelesaikan masalah ada tiga macam, yaitu: a)Memprotes secara langsung dengan akal sehat b)Memilih diam dan tidak tahu menahu atau menahan diri dan acuh tak acuh terhadap segala kegiatan. c)Menyerang dengan brutal (berkelahi) d)Suka Mengkritisi Selain itu, Orang Sauf adalah orang yang Murah hati, penuh kasih, suka tolong-menolong, orang Percaya, Intelektual, Sosial thingking dan ramah. 2.Karakteristik Wilayah/Geografis Letak kampung Sauf: a)Sebelah Timur berbatasan langsung dengan kampung Koma-koma b)Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Mefkajim Ayamaru c)Sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Wehali d)Sebelah Barat berbatasan dengan kampung Soroan
Kampung Sauf termasuk dalam foot hill zone atau zona kaki gunung, yang mana top hill zone terdapat di daerah puncak gunung Wamena dan sekitarnya, dan foot hill zone wilayah manokwari, Sorong, Maybrat, termasuk Sauf, Sweempy zone daerah rawa di wilayah Merauke, dan Serui, sedangkan wilayah pesisir seperti Biak, Teminabuan, Bintuni. Kampung Sauf berada pada kountur yang termasuk pada ketinggian plato Ayamaru atau tergolong Karst Sauf, yang mana memiliki garis hunian rata sepanjang 200 m kemudian mengalami penurunan dan kemiringan lereng serta diapit oleh sedikit tonjolan bumi atau disebut bukit dan adanya gunung. Urat pegunungan ditemukan di daerah sehalas hingga menyambung ke daerah Safrais, Ais, Maha, Hamah, dan bagian barat melalui pegunungan Tbir mbou hingga sampai ke wilayah Sawiat dan Eles.
Gambar : Peta Kampung Sauf Sumber: Hamah Sagrim, 2012, Data Fakta Sketsa Lanscape Kampung Sauf
-Persebaran Masyarakat Sauf Orang Sauf telah menyebar ke seluruh Papua termasuk ke luar Papua. ___________________________________________________________________________________________
BAGIAN KETIGA ¬ PRANATA KEHIDUPAN
PRANATA KEHIDUPAN
Dari sekian uraian perjalanan sejarah Kampung Sauf, ditemukan bahwa Kampung Sauf memiliki beberapa Pranata Kehidupan sebagai ikono classical hingga kontemporeri dalam peradaban orang Maybrat. Pranata perkembangan kampung Sauf mencatat bahwa:
1.Sauf Sebagai kampung pertama yang menerima dan mengenal Injil. 2.Sauf Sebagai Kampung Pertama yang menerima dan mengenal Pemerintahan 3.Sauf sebagai Kampung pertama yang mengerti Bahasa Melayu sekarang bahasa Indonesia 4.Sauf Sebagai Kampung Pertama yang Menerima Pendidikan 5.Sauf menyimpan 10 hukum Taurat Tuhan 6.Sauf Sebagai tempat berpijaknya Allah dengan meninggalkan Bekas Kaki 7.Sauf Sebagai Pintu Zaman 8.Sauf sebagai pusat Bumi 9.Orang Sauf Pertama kali menjadi pemimpin Kepala Daerah di Kabupaten Maybrat mulai dari
Karateker~Menjadi Bupati.
10.Sauf Sebagai Kampung Peradaban untuk sebagian wilayah Maybrat.