Halo, {{subst:BASEPAGENAME}}.

Selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia![[Kategori:Wikipediawan yang bergabung bulan {{subst:CURRENTMONTHNAME}} {{subst:CURRENTYEAR}}]]

Memulai
Tips

Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Welcome! If you do not understand Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!

~~~~


Kondisi Pendidikan Kota Timika

Pada tanggal, 21 - 24 September 2006 Tim Ikatan Alumni Ex Kwaki, telah melakukan wawancara dengan sejumlah sekolah di kota Timika dan memantau sarana dan prasarana pendidikan di Timika, sebelum menyumbangkan buku pelajaran ke beberapa sekolah yang benar-benar membutuhkan buku-buku pelajaran. Dalam wawancara dengan sejumlah kepala sekolah, IKALEK dapat menemukan banyak masalah yang dihadapi seperti minimnya sarana dan prasarana sebagai alat penunjang belajar. Para kepala sekolah mengharapkan dukungan sarana dan prasarana penunjang belajar dari pihak-pihak terkait terutama pemerintah daerah Kabupaten Mimika. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain: kekurangan buku pedoman guru, kekurangan listeratur, kekurangan tenaga guru, ada lab (komputer, fisika, biologi) tetapi kekurangan alat, kesejahteraan guru sangat minim, supportivitas masyarakat minim, dan perhatian/kontrol pemerintah sangat kurang. Kondisi yang sedemikian sangat sulit meningkatkan mutuh pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Timika. Sebenarnya untuk meningkatkan mutuh pendidikan di Kabupaten Timika sangat mungkin dan sangat potensial karena dana otsus untuk pendidikan dan berdekatan dengan PT Freeport Indonesia. Magal 02:09, 1 Februari 2007 (UTC)

Keperihatinan Pemerhati Pendidikan Anak Amungme

Kebodohan dan kemiskinan menjadi kegelapan yang menyelemuti Amungme pedalaman secara khusus masyarakat desa Tsinga, Waa dan Arwanop. Senjata ampuh memberantas kebodohan dan kemiskinan tidak kurang dan tidak lebih adalah ”Pendidikan”. Kebutuhan Pendidikan saat ini sangat mendesak bagi putra/putri Amungme. Apabila hal ini tidak diperioritaskan dalam pembangunan, maka putra/i Amungme masih menunggu 25 tahun lagi untuk mengejar ketertinggalan. Tidak memperhatikan dan tidak membina putra/i Amungme terutama Desa Tsinga, Waa, dan Arwanop, berarti tidak secara langsung membunuh masa depan anak-anak. Oleh karena itu, pelaku pendidikan sangat penting peranannya di Desa ini untuk mengangkat harkat dan martabat serta jati diri sebagai manusia Amungme yang siap menghadapi perubahan modernisasi yang tak terkendalikan saat ini. • Pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan di segala bidang. Bangsa Jepang menjadi bangsa yang maju di Asia bukan karena kemajuan teknologi dan ekonomi seperti yang saat ini kita kenal, tetapi kemajuan pendidikanlah yang membawa Jepang menjadi negara maju di Asia. Kondisi pendidikan di Timika secara khusus Desa Tsinga, Waa, dan Arwanop sangat memperihatinkan baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik gedung-gedung sekolah sudah lapuk dan sangat memprihatinkan, kondisi ruangan tidak mendukung proses belajar dan mengajar, kebutuhan buku tidak terpenuhi. Non fisik, guru-guru tidak banyak yang berminat mengajar dan bertahan di pedalaman, perhatian para pengajar lebih kepada bisnis dari pada tanggung jawab sebagai staff pengajar, kebiasaan staff pengajar lebih lama di kota dari pada tempat di mana dia mengajar dan saat ujian, datang dengan soal ujian lalu memberi nilai yang tidak objektif, situasi lingkungan menurunkan semangat belajar anak-anak dan sebagainya. Tentu saja dengan kondisi seperti yang tergambar, tidak akan pernah mengangkat kualitas pendidikan setempat, kalau kualitas pendidikan tidak diangkat, kualitas SDM-nya sangat rendah. Dengan keterbatasan pendidikan dan kualitas SDM yang rendah melahirkan generasi miskin dan bodoh. Ini berarti bahwa putra/i Amungme 10 – 20 tahun mendatang tidak mampu bersaing/tidak mampu mengejar ketertinggalan. • Transportasi merupakan sarana utama mobilisasi penduduk maupun kegiatan ekonomi, pendidikan, pembangunan dan lain sebagainya. Faktor utama rendahnya kualitas pendidikan Desa Tsinga, Waa, dan Arwanop adalah transportasi. Untuk ke Tsinga dan Arwanop satu-satunya transportasi yang digunakan adalah helikopter. Bagaimana pengadaan fasilitas pendidikan bisa dilakukan tanpa sarana transportasi yang memadai. Sehebat apapun gurunya tanpa sarana pendidikan yang memadai tidak akan pernah terjadi peningkatan kualitas pendidikan. Itu lah yang terjadi di tiga desa dari tahun ke tahun. Bagian ini menjadi perhatian utama dalam perencanaan pengembangan dan pembenahan pendidikan di tiga desa. • Laju pembangunan, termasuk pembangunan perekonomian tidak cukup dengan politik dan sumber daya alam. Kompetensi dan kejayaan suatu bangsa terdorong oleh semangat dan karakter Sumber Daya Manusianya. Dalam menghadapi kemajuan dan perkembangan saat ini memerlukan Sumberdaya Manusia yang terampil dan siap pakai dimanapun dia berada. Kendala kekurangan SDM yang siap pakai bisa dihadapi dengan proses dan perencanaan yang matang. Hal ini belum terpikirkan oleh pelaku pendidikan di pedalaman Kota Timika khususnya di Desa Tsinga, Waa, dan Arwanop.

Magal 02:38, 1 Februari 2007 (UTC)

Benang Merah Muslub LEMASA Siap Ajukan 38 Resolusi ke PBB

Musyawarah Luar Biasa yang digelar Lembaga Masyarakat Suku Amungme (Lemasa) yang berakhir Minggu (4/2) mempunyai arti penting bagi pengangkatan jati diri suku Amungme¬ Kamoro (AK). Sebagai tindak lanjut, 38 resolusi yang dihasilkan akan diajukan ke Komisi Masyarakat Pribumi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

MIMIKA terus berkembang. Kondisi ini turut berpengaruh pada eksistensi dua suku terbesar Amungme dan Kamoro. Perkembangan Mimika yang sering diplesit bumi Amungsa tersebut tidak terlepas dari masuknya perusahaan asing. Tokoh intelektual Amungme dan Kamoro merasa perlu didirikannya lembaga representasi hak dua suku itu. Seki¬tar 14 tahun lalu Lemasa dan Lemasko didirikan, dan dalam pelaksanaannya, Lemasa justru mengalami pasang surut hingga akhirnya eksistensi lembaga itu tidak nampak. Tahun 1998 dilaksanakan musyawarah adat, dan membuahkan 10 keputusan. Salah satunya adalah, duel kepemimpinan Lemasa dipilih lagi tahun 2005. Namun pelaksaan musyawarah tahap dua tidak terlaksana, alasannya, Mimika saat itu kurang aman. Akhirnya, diputuskan pergelaran Muslub pada Jumat (2/2) hingga Minggu (4/2) lalu. Dibalik keberhasilan yang memposisikan Yan Onawame dan Fransiskus Pinimet sebagai direktur dan wakil direktur periode 2007-2010, ternyata persiapan Muslub tersebut tergesa-gesa. “Semua delegasi dari pedala¬man kami angkut menggunakan helikopter. Tidak ada persiapan. Sebenarnya Muslub tanggal 2 Agustus 2006, namun disaat kami bicarakan hak masyarakat, denda adat, bayar kepala, justru di saat itu terjadi perang Kwamki Lama,” kata Yopi Kilangin, Ketua Panita Muslub yang didampingi Direktur dan Wakil Direktur terpilih serta Sekretaris Hans Magal di Hotel Serayu, Senin (5/2) malam. Rumusan 38 resolusi dinilainya mampu me¬ngangkat eksistensi suku Amung¬me dan Kamoro ke permukaan. Resolusi itu dibagi dalam lima bagian besar. Diantaranya, Hak Asasi Manusia (HAM) dan keamanan, politik, SDM dan Polisi Adat, pemerintahan dan lingkungan hidup. Tentang HAM, ada 13 resolusi, menyangkut SDM dan polisi adat 8 resolusi, pemerintahan 4 butir dan lingkungan hidup 4 butir. Kata Yopi, HAM ditonjolkan agar TNI/Polri lebih arif dan bijaksana menghadapi sikap masyarakat yang mengungkapkan ketidapuasan. Selama ini, reaksi aparat terhadap aksi warga terlalu berlebihan dan cenderung membela kepentingan pihak tertentu. Tindakan represif masih ada serta sering melindungi pemodal. Selanjutnya, Lemasa menilai kehidupan masyarakat kurang aman sebab sering terjadinya konflik antar suku dan kelompok yang bermula dari minuman keras. Lemasa nyatakan Mimika bebas minuman keras (miras), bebas perang, tekan HIV/AIDS. Penyakit mematikan itu telah mengancam keutuhan generasi Mimika. Lemasa menilai Peme¬rintah belum mengambil langkah konkrit mengatasi laju pertumbuhan HIV/AIDS. Pada bidang politik, hanya satu point, LEMASA nyatakan bahwa jabatan politik daerah adalah hak masyarakat Kabupaten Mimika. Dua suku Amungme dan Kamoro siap menerima siapa saja, terpenting berlaku sopan. Sementara untuk jabatan Bupati dan Ketua DPRD mutlak dipercayakan kepada warga dua suku tersebut, terserah siapa yang nantinya terpilih. Terhadap Sumber Daya Alam (SDA) dan SDM, Lemasa desak pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk meninjau kembali kontrak karya. Hendaknya operasi perusahaan tidak merugikan warga dua suku, Amungme (pegunungan) serta Kamoro (dataran rendah). Selain itu, putra Amung¬me dan Kamoro ditempatkan pada jajaran eksekutif perusahaan. Tentang pemerintahan, batas wilayah luar Kabupaten Mimika semakin kurang jelas. Sudah ada beberapa wilayah Mimika yang dicaplok kabupaten tetangga. Lemasa juga menilai pembangunan lima tahun belum sepenuhnya membuahkan keberhasilan. Lemasa membentuk polisi adat untuk bersama-sama membantu aparat keamanan menjaga keama¬nan di wilayah Mimika. Terakhir, keberadaan LPMAK akan ditinjau kembali. Direktur terpilih, Yan Onawame mengatakan resolusi tersebut akan diajukan ke PBB di Jenewa, DPR RI, para Menteri dan LSM kemanusian se-Indonesia. Kutipan dari Radar Timika. Magal 07:27, 7 Februari 2007 (UTC)