Insiden 13 Mei

kerusuhan rasial antara etnis Tionghoa dan suku Melayu di Kuala Lumpur, Malaysia pada 13 Mei 1969
Revisi sejak 12 Juni 2005 06.24 oleh Hayabusa future (bicara | kontrib) (disambig)
Untuk kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, lihat Kerusuhan Mei 1998.


Insiden 13 Mei adalah sebuah istilah untuk kerusuhan rasial antara etnik China dan orang Melayu yang terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia pada 13 Mei 1969 yang menyebabkan sedikitnya 184 orang meninggal.

Penyebab Kerusuhan

Pada 1963, Malaysia menderita perbedaan penyebaran kekayaan antara suku China yang pebisnis, yang mengontrol sejumlah besar ekonomi Malaysia, dan golongan miskin, penduduk Melayu. Dan juga, orang China juga mengontrol sebagian besar kekayaan nasional.

Kerusuhan rasial di Singapura pada 1964 juga merupakan salah satu penyebab keluarnya negara itu dari Malaysia (dulunya Singapura merupakan bagian dari Malaysia), dan ketegangan rasial terus berlangsung, kebanyakan orang Melayu tidak puas dengan pemerintahan yang baru saja merdeka itu yang berkeinginan untuk menenangkan etnik China dengan pengeluaran mereka.

Pada pemilihan umum 10 Mei 1969, koalisi Alliance yang memerintah dikepalai oleh United Malays National Organization (UMNO) menderita kekalahan besar suara. Partai oposisi China yang besar Democratic Action Party dan Gerakan mendapat suara dalam pemilihan, dan mendapatkan ijin polisi untuk mengadakan parade kemenangan melalui jalur yang telah ditetapkan di Kuala Lumpur. Namun, prosesi yang berisik dan kasar dan menyimpang dari jalurnya dan mengarah ke distrik Melayu Kampong Bahru, mengolok penduduknya.

Meskipun Partai Gerakan mengeluarkan permintaan maaf keesokan harinya, UMNO mengumumkan prosesi-pembalasan mulai dari kepala negeri Selangor Dato' Harun bin Idris di Jalan Raja Muda. Dilaporkan, masyarakat yang berkumpul diberi tahu bahwa suku Malay yang menuju ke prosesi telah diserang oleh suku China di Setapak, beberapa mil di utara [1]. Para pemrotes yang marah dengan cepat mengadakan pembalasan dengan membunuh dua pengendara sepeda motor yang lewat, dan mulailah kerusuhan.

Pada jalannya kerusuhan pengeras suara di masjid digunakan untuk mendorong para perusuh untuk melanjutkan aksi mereka.

Perusuh mulai beraksi di ibukota Kuala Lumpur dan wilayah sekitar negeri Selangor, dengan pengecualian gangguan kecil di Melaka tempat lain di negara tersebut tetap tentram. Keadaan darurat nasional dan jam malam diumumkan pada 16 Mei tetapi jam malam diredakan di beberapa bagian di negara tersebut pada 18 Mei dan dihilangkan dalam waktu seminggu di pusat Kuala Lumpur.

Menurut data polisi, 184 orang meninggal dan 356 terluka, 753 kasus "arson" dicatat dan 211 kendaraan hancur atau rusak berat. Sumber lain menaruh jumlah kematian sekitar 196 atau di atas 200. Beberapa memperkirakan jumlah kematian setinggi 700 sebagai akibat dari kerusuhan.

Lihat juga

Pranala luar