Kapten Pnb Anumerta Muhammad Sjamsudin Noor (5 November 1924 – 26 November 1950) adalah salah satu perwira TNI-AU. Namanya kini diabadikan di Bandar Udara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Perjalanan Hidup

Muhammad Sjamsudin Noor ( Alm ) adalah putra Kalimantan yang lahir di Kota Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai Kalimantan Selatan. Beliau dilahirkan pada tanggal 5 November 1924 sebagai putra ketiga dari enam bersaudara pasangan dari Bapak H. Abdul Gaffar Noor ( Alm ) Pensiunan Kyai Besar bekas Kepala Federasi Kalimantan Selatan dan Ibu Hj. Putri Ratna Willis (Almh). Pada Tahun 1932 masuk sekolah H.I.S di Batavia ( Sekarang Jakarta ) lulus H.I.S pada Tahun 1939 melanjutkan pendidikan M.U.L.O di Bogor Jawa Barat. Pendidikan Mulo ditempuh selama 3 tahun, tepatnya pada tahun 1942 dan tamat dari M.U.L.O kemudian melanjutkan kembali ke sekolah di A.M.S yang ada di Jogyakarta Jawa Tengah dan berhasil lulus pada tahun 1945.

Setelah menamatkan pendidikan umumnya, di AMS Jogyakarta, Muhammad Sjamsudin Noor muda merasa terpanggil untuk memasuki dunia kemiliteran bagian udara, kemudian pada tahun itu juga ( setelah menamatkan sekolah umumnya ) beliau melanjutkan pendidikan kembali di Military Akademi ( M.A ) Jogyakarta selama satu tahun. Pada tahun 1946 lulus dari sekolah Akademi Militer, yang kemudian kembali meneruskan sekolah kejuruan penerbangan Jogyakarta hingga tahun 1947.

Untuk lebih meningkatkan kemampuannya didunia penerbangan beliau mengikuti Pendidikan dan latihan Penerbangan Pesawat Udara di India dan Burma selama kurun waktu 1947 sampai dengan 1950. Di Burma beliau menjadi pilot pesawat pada penerbangan Indonesian Airways.

Sepulang dari Burma Tahun 1950 Letnan Udara I Sjamsudin Noor menerbangkan pesawat Dakota T-446 milik AURI di Lapangan Andir Bandung, hingga musibah menimpa beliau pada saat melaksanakan tugas penerbangan dari Lapangan Andir Bandung menuju Tasikmalaya. Peristiwa yang terjadi pada hari minggu tanggal 26 November 1950 sekitar pukul 17.00 waktu setempat, diakibatkan kerusakan mesin ditambah cuaca buruk menyelimuti langit disekitar gunung Galunggung Jawa Barat. Pesawat yang sedang berbelok tiba-tiba menabrak Cadas Dinding gunung dilereng gunung Galunggung yang terletak lebih kurang 15 Km disebelah tenggara Malang Bong ( Kecamatan Ciawi Tasik malaya ). Beliau gugur sebagai kusuma bangsa, dan dianggap sebagai salah seorang pelopor bagi kelahiran “ Indonesian Airways “. Beliau dimakamkan dengan Upacara militer di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung pada tanggal 29 Nopember 1950 diiringi penembakan Salvo serta penaburan bunga oleh rekan-rekan penerbang dari pesawat Capung yang melintas diatas Taman Makam Pahlawan.[1]

Referensi