Sambelia, Sambelia, Lombok Timur

Sambelia

Sambelia adalah sebuah desa yang berada di Bagian Timur Laut Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Sejak zaman sebelum kemerdekaan desa ini sudah menjadi kampung induk atau perkampungan yang tertua diantara kampung-kampung yang ada di sekitarnya. Barangkali karena latar belakang itu pula, maka kecamatannya pun memakai nama Kecamatan Sambelia.

Nenek Moyang

Untuk menemukenali nenek moyang atau siapa penduduk asli Desa Sambelia sepertinya agak sulit. Kalaupun hendak ditelusuri lebih jauh, kemungkinan yang didapat adalah mereka yang juga termasuk pendatang dari wilayah sekitar atau luar daerah. Ambil contoh, warga Dusun Gubuk Daya dan Gubuk Lauk yang berada di pusat desa atau warga Dusun Dasan Bagik, cikal bakal mereka kebanyakan adalah dari Pringgabaya dan Apitaik, dan sebagian kecil berasal dari Mamben, Aikmel, Masbagik dan sekitarnya, termasuk dari Bayan Lombok Utara juga ada. Kemudian warga Dusun Senanggalih, kebanyakan adalah dari wilayah Sakra, dan sebagian kecil dari sekitar Lombok Tengah. Sedangkan warga Dusun Labuan Pandan, selain dihuni pendatang dari wilayah sekitar, juga diketahui ada kelompok masyarakat Bugis Makasar yang tinggal lebih awal, dan kebanyakan berprofesi nelayan.

Kedatangan Penduduk

Di era 1960-1970an, komposisi dan jumlah pendatang baru di Sambelia terus bertambah. Diketahui ada komplek Transmigrasi Angkatan Darat (Transad) yang dibangun dekat perbatasan atau pintu masuk wilayah kecamatan di bagian selatan. Kemudian dengan kebijakan pemerintah melalui program pendistribusian tenaga pegawai seperti guru sekolah dasar, polisi, pertanian, kehutanan, perkebunan, perpajakan, dsb. Pada awal tahun 1980-an dengan dibangunnya Sekolah Lanjutan Pertama, rombongan guru-guru SLTP juga mulai berdatangan. Pada umumnya mereka tinggal dan menjadi penduduk tetap di Sambelia. Selain itu, berkembangnya dunia bisnis transportasi dan perdagangan juga turut andil mewarnai pertumbuhan penduduk di desa ini. Perkembangan pasar misalnya, terbukti telah memikat para pendatang seperti dari Apitaik, Masbagik dan sekitarnya untuk berdagang dan mengadu nasib di Sambelia. Pola yang sama juga sebenaranya terjadi di desa-desa sekitar, seperti Obel-Obel dan Belanting yang warganya kebanyakan dari Bayan, Apitaik, Mamben, Pringgasela dan sekitarnya. Relatif mudah untuk mengetahui dari mana warga itu berasal, yaitu dari dialek bahasa yang mereka gunakan sehari-hari (WG).