Suddhodana

Revisi sejak 28 Juli 2012 04.38 oleh Zinck (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Raja Suddhodana''' ({{lang-sa|Śuddhodana}}) adalah ayah Pangeran Siddhartha (yang menjadi Buddha Gautama). Dia adalah pemimpin suku Sakya atau Shakya, yang tin...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Raja Suddhodana (Sanskerta: Śuddhodana) adalah ayah Pangeran Siddhartha (yang menjadi Buddha Gautama). Dia adalah pemimpin suku Sakya atau Shakya, yang tinggal di sebelah utara India dan sebelah selatan Nepal. Dia merupakan seorang raja adil yang dicintai rakyatnya.

Keluarga

Ayah Suddhodana bernama Sihahanu. Suddhodana menikah dengan Mahamaya. Setelah Ratu Mahamaya melahirkan Pangeran Siddhartha, tak lama kemudian ratu meninggal dunia. Raja Suddhodana kemudian mengambil Mahapajapati (adik Ratu Mahamaya) untuk dijadikan istri. Setelah Pangeran Siddharta tumbuh dewasa, dia menikah dengan Yasodhara, anak dari Suppabuddha (sepupu Suddhodana).

Anak lain Suddhodana dari Mahapajapati adalah Putri Sundari Nanda dan Pangeran Nanda.[1]

Berkenalan dengan Dharma

Setelah mengetahui hasil ramalan seorang pertapa terkenal pada masanya itu, Raja Suddhodana khawatir apabila putranya lebih memilih menjadi seorang pertapa daripada seorang raja. Dia pun tidak mengijinkan putranya itu untuk keluar dari istana. Bertahun-tahun kemudian, dengan keteguhan Pangeran Siddhartha, Raja Suddhodana akhirnya mengijinkan putranya keluar istana. Pada saat itulah Pangeran Siddhartha melihat Empat Penglihatan dan akhirnya memutuskan pergi meninggalkan istana. Setelah mendengar Pangeran Siddhartha berhasil mencapai Pencerahan, Suddhodana mengirimkan seorang pengantar pesan bersama dengan 10,000 iringan untuk mengundang Siddhartha kembali ke tanah suku Sakya. Buddha kemudian memberikan khotbah kepada si pengantar pesan dan 10,000 orang pengiringnya, yang semuanya kemudian menjadi biksu dan bergabung dalam Sangha.

Suddhodana kemudian mengutus teman dekat Pangeran Siddhartha bernama Kaludayi untuk mengirimkan pesan yang sama. Kaludayi juga menjadi seorang biksu, tetapi Kaludayi menepati janjinya kepada Raja Suddhodana untuk mengundang Buddha ke Kapilavastu. Buddha menerima undangan tersebut dan pergi kembali mengunjungi keluarganya di Kapilavastu. Disana Buddha memberikan khotbah Dharma kepada keluarganya.

Bertahun-tahun kemudian, Buddha kembali lagi ke Kapilavastu untuk menemui ayahnya yang sedang menunggu ajalnya tiba. Beliau memberikan khotbah Dharma untuk terakhir kalinya kepada ayahnya sebelum ayahnya meninggal dunia.

Referensi

  1. ^ Dictionary of Buddhism, Keown, Oxford University Press, ISBN 0-19-860560-9

Pranala Luar