Abraham Alex Tanuseputra

pendeta dan tokoh gereja di Indonesia

Pdt. Abraham Alex Tanuseputra atau Pdt. Alex adalah seorang pendeta dan tokoh gereja di Indonesia. Ia merupakan pendiri dan Ketua Umum dari Sinode Gereja Bethany Indonesia untuk periode 2003-2007.

Berkas:Abraham Alex Tanuseputra.jpg
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra

Sejarah

Alex wajahnya mirip tokoh pewayangan semar, hidungnya yang sangat lebar, mulutnya yang besar dan bibir yang tebal membuatnya cocok dengan kebiasaannya yang selalu omong besar. Alex dikenal sebagai pendeta Kristen fundamentalis yang menekankan bahasa roh dan bayar perpuluhan sebagai syarat utama untuk memperoleh keselamatan hidup di dunia dan akhirat. "Hidup makmur" adalah slogan khas aliran gerejanya. Walaupun nilai tukar rupiah dengan dollar adalah sekitar Rp 9000, menurut Akex seluruh anggota jemaat Bethany hidupnya semua "makmur", jika ada yang belum makmur artinya "imannya" belum kuat dan perlu banyak berdoa dan bayar perpuluhan lebih banyak.

Alex dalam praktek kependetaannya telah berhasil meraup uang miliaran rupiah, gaya hidupnya sangat mewah dibandingkan kebanyakan rakyat Indonesia yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. Kemewahan hidupnya justru sangat dia banggakan karena "berkat Tuhan" harus disyukuri dan harus ditunjukan kepada semua orang, itu namanya bersaksi atas kuasa Tuhan yang memberi berkat yang berlimpah.

Padahal tidak ada seorangpun tokoh Alkitab yang hidupnya jadi kaya bergelimang harta karena jadi pendeta.

lahir di Mojokerto, 1 Juni 1941, sebagai anak kedua dari empat bersaudara (seluruhnya laki-laki) dalam sebuah keluarga apoteker. Ayahnya meninggal tiga bulan setelah menjadi pemeluk Kristen, keluarga ibunya merupakan keluarga Kristen.


Tahun 1954, Alex merupakan seorang pengusaha apotek yang melanjutkan usaha ibunya. Sebagai keluarga Kristen, Alex telah pergi ke Gereja tetapi selalu menghindar ketika ditawari untuk melayani. Dalam sebuah pelayanan oleh Pdt. Dzao Sze Kwang, ia dinubuatkan akan menjadi Pelayan Tuhan. Nubuatan ini diteguhkan kemudian oleh Pdt. EB Stube.

Pada tahun 1965, Alex menabrak seorang anak kecil. Anak kecil tersebut terluka sangat parah dan kematiannya tinggal menunggu waktu. Keluarga anak tersebut mengancam akan membunuhnya bila anak tersebut mati. Alex takut dan bersembunyi ke sebuah gereja dan berdoa semalam-malaman dan bernazar bahwa ia akan menyerah dan menjadi Pelayan Tuhan jikalau anak tersebut sembuh dan hidup. Keajaiban terjadi dan anak yang sekarat itu kemudian berhasil dioperasi, sembuh, dan tetap hidup. Alex menyerahkan diri untuk melayani di gereja, mendirikan 14 gedung gereja dan pos-pos penginjilan di Mojokerto.

Pada tahun 1977, Alex pindah ke Surabaya beserta seluruh keluarganya. Seluruh 14 gereja yang telah didirikannya diberikan kepada pendeta lainnya. Ia memulai kembali membangun jemaat yang diawali dari 7 orang keluarganya sendiri. Alex kemudian bergabung di Sinode Gereja Bethel Indonesia yang memiliki sifat gereja lokal otonom.

Pada tahun 1987, sebuah gedung gereja di Jl. Manyar Rejo II/36-38 selesai dibangun. Pada saat itu, jemaat GBI yang digembalakannya telah mencapai 2.000 jiwa dari 7 orang pada tahun 1977. Pada tahun 1987 ini, diperkenalkan visi slogan "Successful Bethany Families". Pada tahun yang sama, tak lama setelah gedung GBI Bethany Jl. Manyar Rejo berdiri, Pdt. Alex memulai kembali visi pembangunan Graha Bethany di Jalan Nginden, Surabaya. Gedung ini selesai dibangun pada tahun 2000 dan memiliki kapasitas 20.000 orang jemaat.

Tahun 1988 dan 1989, GBI Bethany memulai pembukaan cabang di Indonesia bagian Barat dan Timur (Bethany Barat dan Timur). GBI Bethany menjadi salah satu bagian jemaat terbesar dari Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI).

Tahun 1997, Sinode GBI mengeluarkan keputusan bahwa nama-nama jemaat lokal (seperti Bethany, Tiberias, Mawar Saron, Rehobot, dan lain-lain) harus ditanggalkan dan digantikan dengan nama jalan di mana gereja lokal berdiri. Keputusan ini membawa kepada kerumitan bagi jemaat-jemaat lokal yang telah besar seperti Bethany dan yang lainnya. Banyak dari jemaat lokal yang belum mematuhi keputusan tersebut.

Tahun 2000, Sinode GBI kembali meneguhkan keputusan 1997 tentang penanggalan nama-nama jemaat lokal. Akhirnya, pada tahun 2002, GBI Bethany Barat (di bawah Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo) dan Timur (di bawah Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana) menanggalkan nama Bethany. Sementara itu, Bethany Wilayah Indonesia Tengah menolak menurunkan nama Bethany.

Tahun 2003, pada tanggal 17 Januari 2003, Bethany Tengah secara resmi mengundurkan diri dari Sinode GBI dan mendirikan sebuah Sinode baru bernama Sinode Gereja Bethany Indonesia. Dalam titik ini, sebagian pendeta dari Bethany Barat dan Timur yang loyal kepada Alex turut masuk ke dalam sinode baru ini. Sekalipun demikian, Alex sendiri tetap menyatakan tidak masuk ke dalam Sinode Bethany dan tetap berdiri di Sinode GBI. Sepak terjang Alex ini merupakan tindakan yang tidak etis, sengaja membuat kekacauan di organisasi GBI Bethel. Sebuah sikap akal-akalan yang sengaja dilakukan dalam usaha Alex membuat onar.

Badan Pekerja Lengkap (BPL) Sinode GBI mengadakan rapat dan mensinyalir bahwa Pdt. Alex berdiri di dua Sinode, yang berujung pada pemecatan Pdt. Alex dari Sinode GBI.
Bulan Juli 2003, setelah pemecatan tersebut, Pdt. Alex secara resmi diminta bergabung ke dalam Sinode Bethany yang baru.
Pada September 2003, Pdt. Alex secara resmi terpilih sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia.

Pada 15 April 2004, dimulai rencana pembangunan Menara Doa Jakarta.

Tahun 2005, PT. Prasada Jasa Pamudja memulai kembali pembangunan Menara Jakarta setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Alex yang mengaku dirinya pendeta merupakan Presiden Komisaris dari perusahaan konstruksi tersebut. Di lingkup Gereja Bethany, menara ini biasa disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center. Alex mengaku memperoleh perintah khusus dari Tuhan untuk membangun "menara Tuhan" ini.

Keluarga

Alex menikah dengan Yenny Oentario pada 23 Februari 1963, dan punya 3 orang anak, yaitu Hanna Asti Tanuseputra atau Hanna Hadisiswantoro (kelahiran 1963), Aswin Tanuseputra (1964), dan Andrew Tanuseputra (1966). Suami Hanna adalah Yusak Hadisiswantoro, yang merupakan salah satu ketua bidang di Sinode Bethany. Dari putri pertamanya, Alex mendapatkan 3 orang cucu, dan dari kedua putranya masing-masing 2 orang cucu. Ketiga orang anak dan menantu Pdt. Alex terlibat aktif dalam Gereja Bethany. Seluruh anggota keluarga Alex ini menikmati kehidupan yang sangat mewah. Ketiga anak Hana menikmati pendidikan di Australia dan masing-masing mengendarai Mercedes.

Aswin yang tidak tamat sekolah hobbynya koleksi Harley Davidson, Hanna senang mengkoleksi Tas bermerek, Andrew yang agak cacat mental mengkoleksi jam Rolex.


Didahului oleh:
Leonard Limato
(pejabat sementara)
Ketua Umum Sinode
Gereja Bethany Indonesia

2003 - 2007
Diteruskan oleh:
sedang menjabat
Didahului oleh:
tidak ada
Gembala Senior/Pendiri
GBI Jemaat Bethany

1987 - 2003
Diteruskan oleh:
tidak ada

Pranala luar