Menara Air Tirtanadi
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. |
Gaya atau nada penulisan artikel ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia. |
Bagi anda yang sedang berwisata ke kota Medan, tempat satu ini sayang untuk dilewatkan, namanya Menara Air Tirtanadi. Menara ini merupakan salah satu ikon kota Medan. Keberadaan menara ini dapat dikatakan sangat vital bagi masyarakat kota Medan. Bangunan ini didirikan pada tahun 1908, oleh pemerintah Belanda, sebagai tempat penampungan air bagi masyarakat Medan. Namun tidak semua masyarakat medan dapat memanfaatkan menara air tersebut, hanya golongan menengah keatas saja yang diperkenankan memanfaatkan menara air tersebut sebagai sumber penghasil air untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat golongan menengah kebawah masih menggunakan sumur-sumur untuk memenuhi kebutuhan air mereka sehari-hari.
Selain sebagai pemasok air bagi warga sekitar, menara ini juga sebagai Landmark kota medan di jamannya. Pembangunan menara ini juga tidak lepas dari pembangunan perusahaan air milik pemerintah kolonial Belanda, dengan nama NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih, yang berpusat di Amsterdam, Belanda. Mungkin sekarang ini anda sering mendengar istilah “ air ledeng” dan “air bersih”, kedua istilah diatas memang berasal dari bahasa belanda, leiding dan ajer beresih. Karena saking lamanya jaman penjajahan belanda, bahasa yang digunakan masyarakat menjadi campur dengan bahasa Belanda. Bahkan sampai sekarang, istilah tersebut sering digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Letaknya yang strategis, memudahkan akses transportasi ke menara air tersebut. Menara Air Tirtanadi sekarang telah resmi menjadi milik PDAM Tirtanadi, letaknya di persimpangan Jl. Sisingamangaraja 1, tidak jauh dari Soeichi International Hotel. Bahkan dari kejauhan menara yang memiliki tinggi 42 meter dan berat mencapai 330 ton ini dapat kelihatan. PDAM Tirtanadi juga menyediakan air minum yang dapat langsung diminum oleh masyarakat yang sedang melintas di sekitar kawasan tersebut.
Selain gaya arsitek bangunannya yang unik, menara ini juga menyimpan sejarah dari jaman kolonial Belanda, hingga sekarang. Menara air ini telah mengalami beberapa renovasi, dan pergantian kepemilikan. Beberapa bangunan yang sangat dekat dengan menara, menjadikan menara ini bukan lagi sebagai Landmark kota Medan sekarang ini, karena terlalu padat rumah yang berada di sekitar area menara. Namun objek wisata yang satu ini masih berdiri kokoh, dan dimanfaatkan oleh masyarakat Medan untuk memenuhi kebutuhan air mereka, dan juga sebagai ikon kota medan hingga sekarang.
Cara menuju lokasi : dari Lapangan Merdeka, naik betor turun di depan Istana Maimun atau turun depan Taman Sri Deli, dengan tarif sekitar Rp. 10.000