Apokrifa Perjanjian Baru adalah tulisan di luar kanon yang dihubungkan dengan Kristus atau para rasul, atau bisa juga berarti sebagai keterangan mengenai Kristus atau para rasul.[1] Penciptaan kesusastraan apokrifa ini telah dimulai dari zaman rasuli.[1] Pada abad ke-2, kesusastraan apkrifa ini berkembang, khususnya di Mesir dan Siria.[1] Motivasi lainnya diciptakan apokrifa Perjanjian Baru karena dianggap dalam kitab-kitab Perjanjian Baru terdapat penanaman asas yang tidak jelas, seperti adanya karangan yang sebenarnya merupakan hasil karangan dua gerakan besar pada abad 2, yaitu Gnostisisme dan Montanisme.[1] Selain itu, adanya apokrifa ini juga mau menunjukkan bahwa ada ucapan-ucapan Yesus yang asli, namun tidak ada dalam Injil-injil Kanonis.[1]. Oleh ahli Alkitab kumpulan buku-buku ini disebut pseudepigraf yang berarti buku yang keliru.[2] Dalam mengumpulkan ucapan-ucapan Yesus yang asli, Papias dikenal sebagai tokoh yang menyadarkan orang-orang Kristen orthodoks akan bahan-bahan yang berisi ucapan Yesus yang tidak diperhatikan oleh Kanon.[1] Beberapa contoh apokrifa ditemukan dalam tulisan-tulisan tua, yaitu Injil-injil apokrifa purba, Injil-injil kesengsaraan Yesus, Injil-injil masa kecil Yesus, Injil-injil Nag Hammadi, Kisah Leucian, Surat-surat apokrifa, Wahyu-wahyu, dan lainnya.

Berkas:NagHammadi 1.jpg
Teks dari perpustakaan Nag Hammadi

Referensi

  1. ^ a b c d e f J.D. Douglas. 2008. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. Hlm.65-71.
  2. ^ A. HeukenSJ. 1991. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Hlm.123-124.