Anjing rakun

Revisi sejak 27 Agustus 2012 22.32 oleh Midori (bicara | kontrib) (Nama masakan: kalimat panjang)
Anjing rakun
Dua ekor anjing rakun
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Temminck, 1839
Spesies:
N. procyonoides
Nama binomial
Nyctereutes procyonoides
(Gray, 1834)
Untuk anjing rakun dalam mitologi Jepang, lihat Tanuki

Anjing rakun (Nyctereutes procyonoides, bahasa Inggris: Raccoon dog) adalah hewan mamalia dari famili Canidae dan satu-satunya spesies dari genus Nyctereutes. Hewan ini disebut anjing rakun karena terlihat mirip rakun (Procyon lotor) dan asal kata procyonoides adalah procyon (rakun).

Anjing rakun berasal dari hutan rimba di wilayah Asia Timur, seperti: Siberia, daerah Sungai Ussuri, Vietnam bagian utara, Korea, dan Jepang. Dari tahun 1928 hingga tahun 1957, industri mantel bulu mengintroduksi sekitar 4.000 hingga 9.000 anjing rakun ke Eropa dan Uni Soviet.[1] Selain itu, anjing rakun digunakan sebagai hewan buruan dan lewat rute Polandia serta Jerman Timur, menyebar hidup di alam bebas di negara Skandinavia, Jerman, dan Perancis.[2]

Pemerian

Panjang tubuh 50–60 cm, berat badan 3–10 kg. Anjing rakun pendek dan gendut, kakinya pendek, berbulu lebat, dan memiliki ekor yang mengembang. Bulu berwarna coklat tua kekuningan karena ujung bulu berwarna kekuningan, dan bulu yang agak pendek berwarna sedikit abu-abu. Bulu membentuk lingkaran berwarna hitam di bagian muka sekitar mata. Selain itu, warna hitam juga terdapat pada bagian kaki dan ujung ekor. Di musim dingin, bulu menjadi lebih panjang dibandingkan bulu di musim panas.

Dalam bahasa Jepang, anjing rakun disebut Tanuki yang merujuk pada 2 subspesies asli Jepang: N. p. albus (anjing rakun putih Hokkaido) dan N. p. viverrinus (anjing rakun biasa) asal Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Anjing rakun Hokkaido memiliki kaki dan bulu yang sedikit lebih panjang dibandingkan anjing rakun biasa. Tanuki digambarkan dalam cerita rakyat Jepang sebagai makhluk yang nakal, kocak, riang gembira, dan ahli menyamar atau berubah bentuk. Cerita rakyat berjudul Bunbuku Chagama dan Gunung Kachi-kachi menampilkan Tanuki sebagai tokoh utama.

Makanan

Anjing rakun memiliki cakar melengkung yang membantunya sewaktu memanjat pohon. Moyang anjing rakun hidup di atas pohon di hutan lebat bersama-sama hewan keluarga famili Felidae, tapi turun dari atas pohon untuk mencari mangsa hingga ke padang rumput. Anjing rakun akhirnya menjadi hewan pemburu mangsa seperti hewan famili Canidae yang lain.

Anjing rakun adalah hewan nokturnal yang berburu makanan sesudah matahari tenggelam dan jarang menampakkan diri di waktu siang. Dalam semalam, anjing rakun bisa mengembara hingga sejauh 20 km. Mangsa bergantung pada habitat dan musim. Anjing rakun merupakan pemangsa segala yang bisa ditemui, mulai dari hewan-hewan kecil seperti tikus, kodok dan katak, burung, ikan, serangga, hingga buah-buahan. Dari tempat tinggalnya yang tidak jauh di perbukitan, anjing rakun sering muncul di perkampungan manusia dan diketahui suka mengacak-acak sampah.

Perilaku sosial

Anjing rakun adalah hewan penyendiri dan bukan hewan teritorial. Beberapa ekor anjing rakun bisa bersama-sama berkeliaran dalam radius 50 hektare yang sama. Di satu tempat juga bisa ditemui beberapa liang anjing rakun yang berdekatan. Walaupun bisa bersuara, anjing rakun tidak menyalak seperti layaknya anggota famili Canidae, sehingga kemunculannya sering tidak disadari manusia. Anjing rakun yang dominan menunjukkan kekuasaan dengan melengkungkan ekornya membentuk huruf "u" terbalik.

Anjing rakun memiliki tempat buang air bersama. Di dalam radius wilayah perburuan seekor anjing rakun bisa ditemukan sekitar 10 lokasi jamban yang digunakan secara teratur. Tumpukan kotoran diperkirakan sebagai sarana tukar menukar informasi antar sesama anjing rakun. Dalam semalam sewaktu memburu mangsa, hewan ini bisa menggunakan 2 sampai 3 tempat buang air. Di suatu lokasi jamban, tumpukan kotoran bisa mencapai diameter 50 cm dan tinggi 20 cm.

Anjing rakun merupakan satu-satunya anggota famili Canidae yang menjalani torpor (hibernasi) di musim dingin. Di musim gugur, berat badan bisa bertambah hingga sekitar 5 kg karena hewan ini menumpuk lemak untuk digunakan di musim dingin. Di daerah dingin yang banyak tumpukan salju, anjing rakun melewatkan sebagian besar musim dingin dengan bersembunyi di dalam liang.

Hewan ini terkenal suka berpura-pura mati atau berpura-pura tidur. Anjing rakun diketahui begitu takut dengan suara senapan hingga pingsan hanya dengan mendengarnya saja. Anjing rakun yang disangka sudah mati dan mau dipungut pemburu secara tiba-tiba bangun dan lari.

Reproduksi

Anjing rakun cenderung hidup berpasangan seumur hidup. Sesama anjing rakun jantan sering terjadi perkelahian memperebutkan betina. Musim berbiak dimulai setelah keluar dari liang di awal musim semi (bulan Februari atau Maret). Masa bunting adalah 60 hari, dan seekor betina biasanya menghasilkan 5 hingga 6 ekor sekali beranak. Di selatan Finlandia, anjing rakun sekali beranak bisa menghasilkan 9 ekor (dan sewaktu "beruntung" bisa sampai 10 ekor), hingga jumlah maksimum 16 ekor.[3] Anak-anak yang baru dilahirkan dijaga selama seminggu oleh jantan dan betina di dalam liang. Setelah itu, anjing rakun jantan membantu betina mencari makan untuk anak selama 50 hari.[4] Selama masa laktasi, betina juga diberi makan oleh anjing rakun jantan karena kalau tidak, susu yang dihasilkan tidak cukup untuk jumlah anak anjing rakun yang banyak.[5] Di musim semi tahun yang sama, ukuran tubuh anak anjing rakun mencapai ukuran tubuh anjing rakun dewasa dan menjadi siap berbiak di usia 1 tahun. Harapan hidup anjing rakun di alam bebas tidak sampai 3 tahun, walaupun bisa hidup sampai 11 tahun di tempat penangkaran.[6]

Nama masakan

Di Jepang, sup berisi daging anjing rakun disebut Tanuki-jiru (sup Tanuki), tapi saat ini sup Tanuki tidak mengandung daging anjing rakun lagi. Daging yang dimasak bukan daging anjing rakun (tanuki) melainkan daging hewan lain yang disebut Anaguma. Daging anjing rakun memiliki bau tidak enak dan kabarnya tidak enak dimakan. Istilah "Tanuki" juga digunakan untuk soba kuah dan udon kuah yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan daging anjing rakun.

Referensi

  1. ^ "Raccoon Dog (Nyctereutes procyonoides)". University of Michigan Museum of Zoology, Animal Diversity Web. 
  2. ^ Postanowicz, Rebecca. "Raccoon Dog (Nyctereutes procyonoides)". Lioncrusher. 
  3. ^ Kauhala, Kaarina. "The Raccoon Dog: a successful canid". Canid Specialist Group. 
  4. ^ Postanowicz, Rebecca. "Raccoon Dog (Nyctereutes procyonoides)". Lioncrusher. 
  5. ^ Kauhala, Kaarina. "The Raccoon Dog: a successful canid". Canid Specialist Group. 
  6. ^ Postanowicz, Rebecca. "Raccoon Dog (Nyctereutes procyonoides)". Lioncrusher. 

Pranala luar