Kampilan

Revisi sejak 1 September 2012 14.28 oleh Irul 901 (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'thumb|right|Pedang Kampilan '''Kampilan''' adalah pedang panjang yang berasal dari Filipina, Sulawesi, kepulauan Talaud dan Kaliman...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kampilan adalah pedang panjang yang berasal dari Filipina, Sulawesi, kepulauan Talaud dan Kalimantan dari abad 14 . Pedang ini dikembangkan oleh suku Dayak di Kalimantan. Kemudian digunakan oleh suku Moro dari daerah Sulu dan Mindanao, Saat ini Kampilan masih dipakai beberapa Suku Muslim Filipina Maguiindanao dan Moro Maranao.

Berkas:Kampilan-03.jpg
Pedang Kampilan

Deskripsi

Panjang Kampilan sekitar 100cm – 112cm, mempunyai ketajaman satu sisi pada bilahnya, semakin melebar pada ujungnya dimana digunakan untuk menambah momentum dalam ayunan. Dalam sejarah suku2 pemenggal kepala, kampilan dapat memotong leher lawan dengan hanya sekali tebas.

Hulu atau pegangan, dibuat agak panjang untuk memungkinkan keseimbangan dengan panjangnya bilah, oleh karena itu kampilan bisa digunakan dengan dua tangan. Kebanyakan hulu terbuat dari kayu keras, tidak begitu banyak variasi dalam bentuknya, semua mempunyai pelindung tangan yang disebut sampak dan bagian ujung hulu seperti rahang buaya yang sedang menganga, ada yang mengatakan bahwa bentuk tersebut adalah bentukan ekor sejenis burung yang ada di Filipina. Beberapa suku di Filipina memasang rambut binatang pada ujung hulu tersebut (bandingkan dengan Mandau Kaimantan)

Sarung Kampilan berbentuk sederhana, terbuat dari dua papan kayu yang diberikan coakan pada bagian tengahnya kemudian ditelangkupkan dan diikat dengan rotan.

Sejarah

Kampilan pertama kali disebutkan dalam laporan tentang perjalanan Ferdinand Magellan. Laporan Pertempuran Mactan pada tanggal 27 April 1521 itu disebutkan bahwa kepala suku Filipina, Datu Lapu-lapu (c. 1484, † oleh 1564) berperang melawan Magellan menggunakana Kampilan dan menyebabkan Magellan tewas dalam pertempuran ini.

Referensi

  • Albert G. van Zonneveld: Traditional weapons of the Indonesian archipelago. Verlag C. Zwartenkot Art Books, 2001, ISBN 978-90-5450-004-9, Seite 60.
  • William Henry Scott: Barangay: sixteenth-century Philippine culture and society. Verlag Ateneo de Manila University Press, 1994, ISBN 978-971-550-135-4.

Pranala luar