Lapangan Banteng
Lapangan Banteng, dulu bernama Waterloo-plein (plein=lapangan) Weltevreden Batavia, yaitu lapangan dekat Gereja Kathedral. Pada masa itu, lapangan banteng dikenal dengan sebutan Lapangan Singa[1] karena ditengahnya terpancang tugu peringatan kemenangan pertempuran di Waterloo, dengan patung singa di atasnya. Seperti diketahui, bahwa pertempuran Waterloo terjadi tanggal 18 Juni 1815 di dekat kota Waterloo sekitar 15 km selatan ibukota Belgia, Brussels, merupakan pertempuran terakhir Napoleon dengan Pasukan Inggris-Belanda-Jerman. Pertempuran ini juga dicatat dalam sejarah sebagai penutup dari seratus hari sejak larinya Napoleon dari pulau Elba.
Sedangkan Tugu Singa tersebut didirikan pada jaman pemerintahan pendudukan tentara Jepang (1942-1945). Setelah Indonesia merdeka namanya diganti menjadi Lapangan Banteng, rasanya memang lebih tepat, bukan saja karena singa mengingatkan kita pada lambang penjajah, tetapi juga tidak terdapat dalam dunia fauna kita. Sebaliknya, banteng merupakan lambing nasionalisme Indonesia.[1] Disamping itu, besar kemungkinan pada jaman dahulu tempat yang kini menjadi Lapangan itu dihuni berbagai macam satwa liar seperti macan, kijang, dan banteng. Pada waktu J.P. Coen membangun kota Batavia di dekat muara Ci Liwung, lapangan tersebut dan sekelilingnya masih berupa hutan belantara yang sebagian berpaya – paya.[1]