Budaya suku Pamona cukup banyak yang masih bertahan sampai sekarang. Dua di antaranya sebagai berikut : 1. Adat perkawinan Adat perkawinan Pamona masih digunakan sampai sekarang di kalangan orang Pamona. Di antaranya mengatur berapa mas kawin (mahar) yang harus ditanggung oleh mempelai lelaki untuk orang tua mempelai perempuan. Selanjutnya ada tradisi Posintuwu yang merupakan upaya gotong-royong warga setempat untuk membantu terlaksananya perkawinan tersebut berupa bantuan bahan-bahan makanan, uang, dan sebagainya. Posintuwu pasti akan terus terjaga karena setiap orang yang sudah diberi posintuwu harus membalasnya di kemudian hari kepada pemberi (kalau si pemberi sudah menikah maka dapat diturunkan kepada anak, cucu, dst, dari pemberi). Setelah pesta pernikahan dilaksanakan saatnya pemuda-pemudi berpesta dengan diadakannya tarian adat "Dero", tari ini hanya dimainkan ketika acara pernikahan atau acara bergembira lainnya.

2. Ucapan syukur setelah panen (Padungku) Setelah panen masyarakat Pamona pasti melaksanakan ucapan syukur pada Tuhan pencipta (Pue mPalaburu) atas berkat kesuksesan panen. Masuknya agama Kristen di Tana Poso menyebabkan pergeseran arah ucapan syukur kepada Tuhan Allah pencipta langit dan bumi. Walaupun masyarakat di sana sebagian bukan petani, tetapi harus tetap melaksanakannya juga sebagai ucapan syukur tahunan. Pada hari Padungku ini semua rakyat dapat saling berkunjung satu sama lain tanpa merasa keberatan. Tidak ada pembatasan untuk siapapun.