Karunia-karunia Roh Kudus
Dalam teologi Kristen, karunia-karunia Roh Kudus dipahami sebagai hal-hal yang dimiliki oleh orang Kristen yang pertama kali didapatkan oleh para rasul. Karunia-karunia Roh Kudus ini lahir dalam dalam bentuk bahasa Roh. (Kisah Para Rasul 2:1–13)[1] Peristiwa ini menjadi titik awal terbentuknya gereja perdana.[1] Pada perkembangan berikutnya, karunia-karunia Roh Kudus itu berupa kemampuan untuk menafsirkan bahasa Roh, berkata-kata dengan hikmat, mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani, bernubuat, dll. (1 Korintus 12–14).[1]
Penggunaan di dalam Alkitab
Anugerah dasar yang diberikan oleh Roh Kudus adalah kemerdekaan, hubungan yang baru dengan Allah melalui Yesus Kristus dan kasih.[2] Roh Kudus menciptakan kemerdekaan.[2] Dalam 2 Korintus 3:17b, dikatakan bahwa di mana Roh Allah ada, di sana ada kemerdekaan.[2] Prinsip dari Roh itu adalah menganugerahi kehidupan karena Roh membebaskan manusia dari perhambaan dosa, hukum dan kematian (Roma 8:2).[2] Roh juga menciptakan hubungan yang baru dengan Allah dan Yesus Kristus.[2] Melalui anugerah yang diberikan Roh itu, orang Kristen menerima status sebagai anak-anak Allah, sehingga orang-orang Kristen dapat memanggil Allah dengan sebutan Bapa.[2] Kasih yang ada pada orang-orang Kristen juga merupakan anugerah yang berasal dari Roh Allah itu.[2] Kasih Allah telah dicurahkan kepada orang-orang Kristen melalui Roh Kudus yang diberikan bagi mereka.[2]
Bagi Paulus karunia adalah suatu pemberian anugerah Allah untuk kepentingan umat-Nya.[3] Karunia bukan diberikan Allah untuk menambah gengsi seseorang.[4] Paulus ingin menekankan bahwa karunia apapun jenisnya, pemberinya adalah Roh yang sama.[4] Tekanan Paulus adalah pada Allah Sang Pemberi Karunia itu, bukan pada orang yang mendapatkan karunia itu ataupun jenis-jenis karunia itu.[4]
Sementara itu, di dalam beberapa surat Paulus, ditemukan juga istilah pneumatika. Istilah ini berasal dari istilah pneuma yang berarti Roh.[5] Istilah ini berasal dari Bahasa Yunani.[5] pneumatika merujuk pada istilah "pemberian-pemberian rohani".[5] Dalam 1 Korintus 12–14, sebenarnya Paulus ingin mengatakan bahwa "pemberian-pemberian rohani" (pneumatika) harus dipahami dalam konteks anugerah yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang percaya.[5]
Penerima karunia-karunia Roh Kudus
Menurut Paulus, karunia-karunia rohani ini bukanlah menjadi hak khusus sebagian pihak atau sekelompok kecil manusia saja.[6] Setiap orang Kristen pasti memiliki satu karunia rohani.[6] Di dalam 1 Korintus 12:1 dan Efesus 7:7 dikatakan bahwa karunia-karunia rohani ini diberikan kepada tiap-tiap orang.[6] Selain itu, di dalam Surat Roma, Korintus dan Efesus Paulus mengembangkan gagasan tentang gereja sebagai Tubuh Kristus.[6] Di dalam tubuh itu, setiap anggota memiliki satu fungsi yang berlainan dengan anggota lainnya.[6]
Jenis karunia-karunia Roh Kudus
Paulus tidak memberikan informasi mengenai jenis-jenis karunia-karunia rohani secara sistematis.[7] Paulus menekankan keragaman dari karunia-karunia rohani dalam tubuh Kristus (Roma 12:6 dan 1 Korintus 12:4).[7] Keberagaman itu harus menemukan harmoninya dalam kesatuan tubuh Kristus untuk kepentingan bersama.[7] Berikut ini akan dipaparkan keragaman karunia rohani yang terdapat dalam Roma 12:6–8; 1 Korintus 12:8–10, 28–30 dan Efesus 4:11:[7]
- karunia untuk menjadi rasul (1 Korintus 12:28, dan Efesus 4:11)[7]
- karunia untuk bernubuat (Roma 12:6, 1 Korintus 12:10, 28, Efesus 4:11)[7]
- karunia untuk mengajar (Roma 12:7, 1 Korintus 12:28, Efesus 4:11 karunia mengajar dan pastoral)[7]
- karunia untuk memberitakan Injil (Efesus 4:11, bandingkan dengan 2 Timotius 4:5)[7]
- karunia untuk melayani (Roma 12:7)[7]
- karunia untuk membagi-bagikan sesuatu dan menunjukkan kemurahan (Roma 12:8)[7]
- karunia untuk memimpin (Roma 12:8 bandingkan dengan 1 Korintus 12:28)[7]
- karunia untuk mengusir setan (Roma 12:8)[7]
- karunia untuk berkata-kata dengan penuh kebijaksanaan (1 Korintus 12:8)[7]
- karunia untuk berkuasa (1 Korintus 12:10)[7]
- karunia untuk menyembuhkan (1 korintus 12:9)[7]
- karunia untuk berbahasa roh (1 Korintus 12:10,28)[7]
- karunia untuk menafsirkan bahasa roh (1 Korintus 12:10,28)[7]
- karunia untuk membedakan bermacam-macam roh (1 Korintus 12:10)[7]
Cara Paulus menyebut karunia-karunia itu dengan urutan dan isi yang bervariasi menunjukkan Paulus memandang Roh bertindak dengan cara yang bebas dan beraneka ragam.[4] Menurut Paulus, tidak ada jenis karunia roh yang lebih berharga ataupun lebih penting daripada karunia lainnya.[4] Paulus juga tidak pernah memandang Roh sebagai pemberi karunia yang terbatas jumlahnya.[4] Karunia-karunia rohani yang diberikan Roh Kudus ini tidak bisa dihitung dan tidak ada yang lebih baik dari yang lainnya.[1]
Fungsi karunia-karunia Roh Kudus
Memperkuat persekutuan jemaat
Menurut Paulus, bila Roh memberi karunia, maka karunia itu berfungsi untuk kepentingan bersama.[4] Karunia-karunia itu harus digunakan untuk kesejahteraan dan kesatuan persekutuan itu.[4] Pandangan Paulus ini menampik pemikiran-pemikiran yang berkembang pada jemaat Korintus yang hanya menekankan kepemilikian karunia-karunia rohani untuk membanggakan diri.[4] Setiap anggota Gereja memiliki karunia dan kegunaannya masing-masing yang harus digunakan untuk saling memperlengkapi dan melayani.[4] Karunia-karunia yang beraneka ragam itu harus digunakan untuk membangun jemaat.[4] Menurut Paulus, salah satu bukti konkret dari karunia dari Roh itu adalah adanya pembangunan jemaat (Roma 12:2–5 dan 1 Korintus 12: 16, 1 Korintus 12:14).[4]
Melakukan pelayanan jemaat
Bagi Paulus karunia dengan pelayanan jemaat adalah sebuah bagian yang utuh dan tidak bisa dipisahkan.[1] Jemaat --yang memiliki karunia namun tidak menggunakan karunia tersebut untuk melayani-- telah menyangkal hakikat dari tujuan pemberian karunia rohani tersebut.[1] Dalam pemahaman Paulus, setiap jemaat adalah komunitas karismatik.[1] Semua karunia-karunia rohani itu diberikan untuk tujuan melakukan pelayanan jemaat.[1]
Referensi
- ^ a b c d e f g h Schatzmann, Siegfried S. A Pauline Theology of Charismata. 1989. Massachusetts. Hendrickson Publisher. 1-2.
- ^ a b c d e f g h Schnelle, Udo. Apostle Paul His Life and Theology. 2003. Grand Rapids: Baker Academic. 490-491.
- ^ Baker, David L. Roh dan Kerohanian dalam Jemaat. 1991. Jakarta. BPK Gunung Mulia. 21.
- ^ a b c d e f g h i j k l Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru. 1995. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 201.
- ^ a b c d Dunn, James D. G. Jesus and The Spirit. 1975. Great Britain. SCM Press Ltd. 208.
- ^ a b c d e Stott, John R. W. Baptisan dan Kepenuhan. 1999. Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih. ISBN 979-9143-12-8, 133-138.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Ridderbos, Herman. Paul An Outline of His Theology. 1975. USA. Wiliam B. Eerdmans Publishing Company. 446-447.