Skandal Serie A 2006
Skandal Seri A (juga populer disebut Calciopoli di media massa) adalah skandal pengaturan skor pertandingan dalam liga sepak bola Italia Serie A yang direkayasa dan dibuat oleh Moratti ( Presiden Inter Milan ) dan dibuka pada Mei 2006 oleh polisi Italia, melibatkan juara liga Juventus, dan klub-klub terkemuka lainnya A.C. Milan, Fiorentina, dan Lazio. Mereka dituduh mengatur permainan dengan memilih wasit tertentu, dan beberapa pemain dituduh memperjudikan pertandingan sepak bola secara ilegal.
Penyelidikan ini mencakup tuduhan pengaturan skor oleh beberapa klub terkenal, termasuk Juventus, A.C. Milan, Fiorentina, dan Lazio. Keempat klub yang sedang diselidiki ini adalah klub asal dari 13 pemain Italia dalam Piala Dunia FIFA 2006. Skandal ini pertama ditemukan karena penyelidikan doping di Juventus, di mana beberapa alat penyadap dipasang. Transkrip pembicaraan telepon diterbitkan di surat-surat kabar Italia, di antaranya adalah pembicaraan manajer umum Juventus, Luciano Moggi pada musim pertandingan 2004-05 mengenai pengaturan pertandingan, perjudian, dan pemalsuan catatan keuangan. Moggi sendiri kemudian diberi sanksi dilarang aktif di persepak bolaan selama lima tahun.
Hukuman
Oleh pengadilan, Juventus kemudian dihukum degradasi ke Seri B, pengurangan 30 nilai untuk musim berikutnya (2006/07), penghapusan dua gelar juara Seri A musim 2004/05 dan 2005/06, dilarang tampil di Liga Champions 2006/07, dan didenda 100.000 dolar AS (sekitar Rp 950 juta). Lazio dan Fiorentina juga diturunkan ke Seri B, dan Fiorentina harus mengawali kompetisi dengan nilai minus 12, serta membayar denda 63.000 dolar AS, sementara Lazio mendapat pengurangan tujuh nilai plus denda 50.000 dolar AS (Rp 475 juta). Satu-satunya tim yang bertahan di Seri A adalah A.C. Milan, yang nilainya dikurangi 15 untuk musim depan, serta perolehan nilainya musim lalu dikurangi 44, sehingga tidak bisa bertandingan di Liga Champions.
Melalui banding, keempat tim tersebut menerima pengurangan hukuman. Fiorentina dan Lazio tidak jadi turun ke Seri B, sementara A.C. Milan mendapatkan pengurangan nilai yang diperkecil untuk musim depan: dari 15 poin menjadi 8 poin, serta pengurangan nilai yang diperkecil untuk musim sebelumnya: dari 44 poin menjadi 30 poin. Juventus tetap di Seri B namun harus memulai musim berikutnya dengan nilai awal -17.[1]
Pada 26 Juli, Inter Milan dinyatakan sebagai juara Seri A musim 2005/06. Juara musim 2004/05 dinyatakan kosong. Pada 27 Oktober, CONI (Komite Olimpiade Nasional Italia) memutuskan untuk kembali memperingan hukuman bagi Lazio, Juventus, dan Fiorentina (namun tidak dengan Milan). Poin Fiorentina pada awal musim dikurangi menjadi -15 (sebelumnya -19), Lazio -3 (sebelumnya -11), dan Juventus -9 (sebelumnya -17).[2]
Dalam sebuah investigasi terpisah, Reggina dihukum pengurangan 15 poin namun tetap boleh bertahan di Seri A.
Pada perkembangan selanjut, terkuak beberapa fakta. Salah satu diantaranya yang paling mengejutkan adalah pada 4 Juli 2011 seorang Jaksa Federal mengumumkan hasil penyelidikan yang dilakukannya selama satu tahun. Jaksa bernama Stefano Palazzi itu selama hampir setahun ditugaskan untuk mendalami bukti-bukti baru yang dihadirkan selama persidangan banding Luciano Moggi di Napoli. Berikut adalah tiga poin hasil penyelidikan Palazzi:
1. Mempertegas bahwa Juventus didegradasi atas atau akibat melakukan pelanggaran Article 1 dan 6 (melakukan usaha mengubah posisi di klasemen melalui pengaturan skor atau match fixing) karena memang TERBUKTI. Juventus terbukti melakukan pelanggaran Article 1 (tindakan tidak sportif: berhubungan dengan komisi wasit). Pelanggaran atas Article 1 biasanya dijatuhi sanksi denda atau maksimal pengurangan 1-3 point di klasemen. Sedangkan pelanggaran untuk Article 6 akan dikenai sanksi berat berupa degradasi
2. Berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh Palazzi selama berlangsungnya persidangan di Napoli, Juventus bersama dengan beberapa pihak/tim lain terbukti melakukan pelanggaran Article 1. Beberapa tim lain tersebut adalah Cellino (Cagliari), Campedelli (Chievo), Foschi (Palermo), Gasparin (Vicenza), Governato (Brescia), Corsi (Empoli), Spalletti (Udinese,pelatih ), Foti (Reggina), Moratti (Inter), dan Meani (Milan).
3. Palazzi juga menemukan adanya pihak/tim lain yang terbukti melakukan pelanggaran Article 6 yaitu: Spinelli (Livorno), Facchetti (Inter), dan Meani (Milan).
Ketiga hasil penyelidikan ini adalah fakta yang tidak direkayasa oleh siapapun. Dihasilkan dari penyelidikan selama setahun dari bukti-bukti baru yang muncul di persidangan Napoli oleh seorang Jaksa Federal yang ditugaskan oleh FIGC. Sekedar catatan, persidangan calciopoli pada 2006 yang mencabut dua gelar scudetto Juventus dilaksanakan hanya dalam kurun waktu tiga minggu alias sidang kilat. Banyak bukti-bukti yang tidak dimunculkan selama persidangan pada 2006.
Hasil penyelidikan Palazzi ini membuktikan bahwa Juventus tidak sepantasnya didegradasi apalagi dicabut gelar dua gelar scudetto-nya. Bahkan lebih jauh ada tim-tim lain yang seharusnya didegradasi, tetapi justru tidak ditindak. Ini merupakan fakta, kelanjutan dan bukti bahwa calciopoli tidak berakhir pada persidangan 2006.
Lantas mengapa tidak dikenakan sanksi kepada tim-tim yang melanggar Article 6 berdasarkan hasil penyelidikan Palazzi tersebut? Jawabannya sederhana, saat hasil penyelidikan ini diumumkan kepada publik, kasus sudah kadaluarsa. Di Italia masa aktif sebuah kasus hanya lima tahun. Juventus sendiri sebagai pihak yang paling dirugikan dalam persidangan calciopoli 2006 menggunakan hasil penyelidikan Palazzi ini untuk meminta kepada FIGC agar mengembalikan dua gelar scudetto yang dicabut secara tidak adil pada 2006.
FIGC merespon permintaan Juventus dan menggelar rapat dengan Dewan Federal FIGC pada 18 Juli 2011. Disini lah poin menarik yang perlu kita perhatikan. Dewan federal FIGC mendeklarasikan bahwa tidak ada dasar hukum untuk mencopot scudetto 2006 dari Inter maupun menjatuhkan sanksi tambahan karena tidak memiliki dasar hukum akibat kasus sudah kadaluarsa. Hasil keputusan dari FIGC ini tidak menyangkal apa yang ditemukan oleh Palazzi, hanya saja mereka tidak dapat mengubah putusan pada 2006 karena kasus ini sudah lewat masa lima tahun. Dengan kata lain, apabila temuan Palazzi ini ditemukan lebih awal mungkin kontroversi penyematan bintang emas ketiga Juventus tidak akan menjadi kontroversi.
Kelanjutan calciopoli yang ditemukan oleh Palazzi dan FIGC pun secara tidak langsung mengakui bahwa dua gelar scudetto Juventus tidak sepantasnya dicabut pada 2006.
Lihat pula
Referensi
- ^ "Court confirm Juve drop, Lazio and Viola reprieve", 25 Juli 2006
- ^ "CONI cuts Calciopoli penalties", 27 Oktober 2006
Pranala luar
- (Indonesia) Juventus "Babak Belur", KOMPAS, 16 Juli 2006