Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma

Operasi pembebasan sandera Mapenduma adalah operasi militer untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz '95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka. Operasi ini sebagian besar anggotanya berasal dari Kopassus. Operasi ini dipimpin oleh Komandan Kopassus Prabowo Subianto.

Dalam operasi pembebasan ini, 2 dari 11 sandera ditemukan tewas, Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W. Th. Panekenan, seorang peneliti biologi.

Latar belakang

8 Januari 1996, Mission Aviation Fellowship cabang Wamena melaporkan kepada Kodim Jayawijaya, Irian Jaya, bahwa sejumlah peneliti yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz 95 disandera oleh OPM kelompok Kelly Kwalik, di desa Mapenduma, kecamatan Tiom, Jayawijaya.

Ekspedisi itu sendiri sudah berada di Mapenduma, sekitar 160 km di barat daya Wamena, sejak tanggal 18 November 1995.

Insiden

Pada 15 April 1996 terjadi insiden penembakan oleh anggota Kopassus yang frustasi, terhadap rekan-rekannya. Dalam insiden ini Letkol. Adel Gustimego (Komandan Detasemen 81 Kopassus) tewas.

Korban lainnya yang berasal dari jajaran Kopassus di antaranya adalah Mayor Gunawan, Kapten Djatmiko, Serma Jaswanto, dan Praka Rudi. Sedangkan dari Batalyon 752 adalah Serma Joko, Praka Mochtar, Praka Kasiyanto, dan Praka Triyono. Satu lagi korban TNI berasal dari Koramil setempat di Timika, yaitu Sertu Manase. saaa

Buku

Kisah penyanderaan dan pembebasan para sandera ini dibukukan dalam sebuah buku yang berjudul "Sandera, 130 Hari Terperangkap di Mapenduma", yang ditulis oleh Ray Rizal dan dilanjutkan oleh Nina Pane, berdasarkan penuturan Adinda Arimbi Saraswati, salah seorang sandera yang selamat.

Pranala luar