SM Nasimuddin SM Amin

Revisi sejak 4 Desember 2012 10.45 oleh Afandri (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Tan Sri S.M. Nasimudin Amin''' ({{lahirmati|Kuala Pilah, Negeri Sembilan, Malaysia|25|01|1955|Los Angeles, Amerika Serikat|1|05|2008}}) adalah s...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Tan Sri S.M. Nasimudin Amin (25 Januari 1955 – 1 Mei 2008) adalah seorang pengusaha asal Malaysia.[1] Dia merupakan pendiri sekaligus pemilik konglomerasi NAZA Group, yang meliputi bisnis otomotif, keuangan, properti, dan perkebunan.

Kehidupan

Nasimudin Amin adalah seorang Minangkabau yang memiliki minat terhadap bisnis otomotif. Ia sempat mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Menengah Tuanku Muhammad, Kuala Pilah, Negeri Sembilan. Pada tahun 1974, ketika berusia 21 tahun, dia memiliki simpanan sebesar RM 80.000 dari hasil gaji sebagai pembantu ayahnya yang bekerja sebagai kontraktor. Dari uang itu ia memulai bisnis otomobil dengan mengimpor mobil-mobil buatan Jepang. Dalam masa setahun berbisnis, ia berhasil memperoleh RM 1.000.000.

Ia memulai usahanya dengan membuka toko di Taman Maluri, dan berhasil menjual 10 hingga 15 unit mobil sebulan. Pada tahun 1979, usahanya makin berkembang. Kemudian ia membuka cabang di Kampung Baru, Kuala Lumpur dan pada masa ini ia mampu menjual 40 hingga 60 buah mobil sebulan.

Kini NAZA Group memiliki 14 divisi bisnis yang mencakup distribusi rokok, kredit dan leasing, rekayasa industri, hotel, asuransi, suku cadang, manufaktur, kendaraan bermotor, properti, layanan transportasi, dan perkebunan. Selain itu NAZA Group juga merupakan pemegang lisensi penjualan mobil Kia, Peugeot, dan Mazda di Malaysia. NAZA juga merupakan importir terbesar untuk mobil-mobil mewah seperti Mercedes Benz.

Nasimudin merupakan pemegang 40% saham mobil nasional Proton. Dia sempat berniat akan mengembangkan Proton jika pemerintah Malaysia memberikan kontrol kepemilikan kepadanya.[2] Untuk itu maka ia siap menggelontorkan modal sebesar RM 1,2 milyar untuk pembangunan pabrik di Bertam, Penang.

Selain aktif mengakuisisi perusahaan otomotif, Nasimudin juga memiliki TTDI Development, salah satu perusahaan real estat terkemuka di Kuala Lumpur. Pada bulan April 2008, dia mengembangkan bisnis makanan dengan mendirikan Bubba Gump Shrimp Co.

Pada tahun 2005 ia dituduh telah memonopoli ijin impor mobil asing. Kontroversi ini sampai masuk ke pembahasan parlemen dan Perhimpunan Agung UMNO. Namun begitu, Mahathir Mohamad menyebutkan bahwa bisnis Nasimuddin merupakan satu contoh kesuksesan Dasar Ekonomi Baru (DEB). Mahathir berkata bahwa Nasimuddin mempunyai pendekatan yang luar biasa bagi pengembangan usahanya. Bermula dengan menjual mobil impor dari Jepang, kemudian bekerjasama dengan perusahaan asing untuk menghasilkan dan menjual mobil buatan dalam negeri dengan merek sendiri.

Penghargaan

Atas jasa dan sumbangannya terhadap industri otomotif Malaysia, Nasimuddin dianugerahi gelar Panglima Setia Mahkota oleh Yang di-Pertuan Agong Malaysia, dan berhak menyandang titel Tan Sri di depan namanya. Pada tahun 2002, Nasimuddin terpilih sebagai Motoring Man of The Year oleh surat kabar News Straits Times. Selain itu ia juga memperoleh medali kehormatan atas jasa-jasanya mengembangkan industri otomotif dari duta besar Korea Selatan untuk Malaysia, Son Sang-Ha. Dia merupakan orang Malaysia pertama yang memperoleh penghargaan tersebut.[3]

Referensi

  1. ^ Malaysia's who's who - Volume 1, Kasuya Management Sdn. Bhd, 2007
  2. ^ A plan for Proton, The Star, 20 January 2007
  3. ^ "Naza boss honoured". The Star. 7 January 2007. Diakses tanggal 4 May 2008. 

Sumber