Gandaria
Artikel ini mengenai tumbuhan bernama gandaria. Penggunaan nama "gandaria" yang lain, lihat gandaria (disambiguasi).
Gandaria | |
---|---|
Buah gandaria muda | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | B. macrophylla
|
Nama binomial | |
Bouea macrophylla Griffith |
Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) atau nama lokal lainnya jatake adalah tanaman yang berasal dari kepulauan Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan banyak dibudidayakan di Sumatera dan Thailand.
Gandaria dimanfaatkan buah, daun, dan batangnya. Buah gandaria berwarna hijau saat masih muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak atau campuran sambal gandaria. Buah gandaria yang matang berwarna kuning, memiliki rasa kecut-manis dan dapat dimakan langsung. Daunnya digunakan sebagai lalap. Batang gandaria dapat digunakan sebagai papan.
Deskripsi
Buah gandaria menyerupai mangga bulat yang kecil. Pohonnya sedang, namun tinggi.[1] Tingginya dapat mencapai 25 m.[2] Dahannya berbentuk lebar memanjang, dengan ujung yang tumpul. Bunganya menyerupai bunga mangga yang berwarna kuning. Berbunga pada bulan September-Desember. Buahnya bulat,[1] seperti kelereng. Sewaktu masih muda, warnanya hijau, dan kalau sudah matang, berwarna kuning oranye. Bijinya berwarna ungu.[2]
Persebaran dan habitat
Buah ini berasal di daerah-daerah Asia Tenggara, sekarang menyebar ke pulau-pulau di sebelah timurnya dan juga sampai ke India.[1] Di Indonesia, gandaria memiliki persebaran yang sempit. Yakni di Pulau Sumatera, sebagian Jawa, Maluku, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara,[2] dan Papua.[3] Ia tumbuh di hutan-hutan, atau ditanam di desa-desa sebagai tanaman buah. Dan tumbuh dengan baik dari ketinggian 5-800 mdpl.[1]
Sementara itu, ia tumbuh baik di Ambon dengan pemukiman baik dataran rendah ataupun dataran tinggi.[3]
Pemanfaatan
Daunnya yang masih muda digunakan untuk sayuran, khususnya untuk lalap. Buahnya berair, rasanya manis-masam.[1] Tumbuhan ini bisa langsung dimakan seusai dipetik dari pohonnya.[2] Sedangkan sewaktu masih muda, buahnya bisa dibuat sambal, rujak, atau untuk lalap.[3] Kayunya dapat digunakan untuk membuat sarung keris dan daunnya digunakan untuk obat.[1]
Referensi
Bacaan
- Sastrapradja, Setijati; Lubis, Siti Harti Aminah; Djajasukma, Eddy; Soetarno, Hadi; Lubis, Ischak (1981). Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi:Sayur-Sayuran. 6. Jakarta: LIPI bekerja sama dengan Balai Pustaka. OCLC 66307472.
- Kurniawan, M.B.; Pratama, Bayu (2010). Mengenal Hewan dan Tumbuhan Asli Indonesia. Jakarta: Cikal Aksara (Anak perusahaan AgroMedia Pustaka). ISBN 978-602-8526-17-7 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan). - Sinay, Hermalina (Januari 2011). "Pengaruh Giberelin dan Temperatur Terhadap Pertumbuhan Semai Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)" (PDF). BIOSCIENTIAE. 8 (1): 15–22.