L'existentialisme est un humanisme

Revisi sejak 27 Desember 2012 11.28 oleh Danu Widjajanto (bicara | kontrib) (rintisan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

L'existentialisme est un humanisme (bahasa Indonesia: Eksistensialisme adalah humanisme, bahasa Inggris: Existentialism and Humanism) adalah karya filsafat Jean-Paul Sartre yang diterbitkan pada tahun 1946. Karya ini dianggap sebagai salah satu teks dasar gerakan eksistensialisme. Buku ini didasarkan dari ceramah yang diantarkan oleh Sartre di Club Maintenant, Paris, pada tanggal 29 Oktober 1945.

Berkas:Existentialism and Humanism.jpg

Di esainya, Sartre menekankan bahwa konsep utama eksistensialisme adalah bahwa eksistensi seseorang menentukan esensi dirinya. Istilah "eksistensi mendahului esensi" kemudian menjadi dasar gerakan eksistensialis. Sederhananya, hal ini berarti bahwa tidak ada satu pun hal yang dapat mendikte karakter atau tujuan hidup seseorang; bahwa hanya individu itu sendiri yang dapat mendefinisikan esensinya.

Maka, Sartre menolak apa yang ia sebut "alasan-alasan deterministik" dan mengklaim bahwa setiap orang harus memiliki tanggung jawab moral akan perilaku mereka. Sartre mendefinisikan derita (angst) sebagai emosi yang dirasakan seseorang ketika mereka menyadari bahwa mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk diri mereka sendiri, namun juga untuk kemanusiaan. Derita membuat orang menyadari bahwa tindakan mereka memandu kemanusiaan dan memungkinkan mereka untuk menghakimi orang lain berdasarkan sikap mereka terhadap kebebasan. Derita juga terkait dengan gagasan keputusasaan Sartre, yang ia definisikan sebagai kebergantungan optimistik terhadap serangkaian kemungkinan yang membuat suatu tindakan menjadi mungkin. "Yang-ada untuk dirinya sendiri" (pour soi) menggunakan keputusasaan untuk merangkul kebebasan dan melakukan tindakan yang berarti dan menerima sepenuhnya akibat yang muncul. Ia juga mendeskripsikan ketertinggalan (abandonment) sebagai perasaan sendiri yang dirasakan ateis setelah menyadari bahwa tidak ada Tuhan yang menentukan cara hidup; bahwa kita ditinggalkan sendiri di alam semesta dan menjadi penentu esensi kita sendiri.

Pranala luar