Tanjidor

salah satu tarian di Indonesia
Revisi sejak 29 Desember 2012 12.50 oleh 114.79.2.214 (bicara)

Tanjidor (kadang hanya disebut tanji) adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19 atas rintisan Augustijn Michiels atau lebih dikenal dengan nama Mayor Jantje di daerah Citrap atau Citeureup.[1] Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.

Orkes tanjidor
Orkes Tanjidor di Jakarta

Etimologi

Kata Tanjidor berasal dari nama kelompok sisa-sisa musik Tangsi (asrama militer Jepang) yang dimainkan masyarakat Betawi yang bekerja bukan sebagai pemain musik, melainkan bermain musik untuk kepuasan batin dan kesenangan saja serta kegemaran masyarakat.

Penggunaan

Kesenian Tanjidor umumnya dipakai dalam musik jalanan tradisional, atau pesta cap gomeh di kalangan Cina Betawi. Musik ini merupakan sisa dari musik baris dan musik tiup zaman Belanda di Indonesia. Juga biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes.

Tanjidor dan rokok

 
Rokok A Mild, saksi kemajuan kesenian tanjidor.

Pada tahun 1990 - 1995, perusahaan rokok, PT HM Sampoerna Tbk. membuat orkes tanjidor sendiri. Kalau biasanya orkes tanjidor terdiri dari 30 orang, orkes Tanjidor ala HM Sampoerna ini mempunyai jumlah pemain sangat banyak. Tidak tanggung - tanggung, jumlah pemainnya mencapai 234 orang (sesuai dengan merek rokok Dji Sam Soe). Jumlah tersebut meliputi terutama buruh pria, anggota TNI, mahasiswa, dan pria lansia (lanjut usia) yang berumur antara 55 - 65 tahun (sesuai ciri khas pemain tanjidor, hanya melibatkan pria, dan lanjut usia). Mereka adalah penduduk pria dari Surabaya, Jawa Timur.

Kesenian tanjidor pernah diiklankan oleh HM Sampoerna lewat merek A Mild di Gunung Bromo, Jawa Timur. Tanjidor juga merupakan salah satu metode pemasaran ala HM Sampoerna.[2]


Orkes tanjidor HM Sampoerna pernah mengikuti Rose Parade di Pasadena, California, Amerika Serikat selama 5 kali berturut - turut (1990 - 1994) dan selama 5 kali itulah orkes tanjidor HM Sampoerna menyabet gelar juara pertama. Orkes tanjidor HM Sampoerna menggunakan float Burung Garuda dan ditambah orkes gamelan Bali dengan tema "Unity in Diversity". Float itulah yang membawa orkes tanjidor HM Sampoerna menjadi juara pertama dalam festival kesenian tahunan di Amerika Serikat tersebut.[3]

Dikarenakan dari hal ini, A Mild menduduki posisi pertama rokok "Mild" di Indonesia dengan omzet 10 miliar batang sampai saat ini dan kesenian tanjidor menjadi terkenal bahkan sampai Amerika Serikat.

Sayangnya, pada 1995, orkes tanjidor HM Sampoerna membubarkan dirinya, lantaran banyak pemain yang mengaku bahwa mereka sudah terlalu banyak disiksa. Mereka - mereka adalah buruh pria, mahasiswa, dan pria lansia (lanjut usia) yang mengaku bahwa mereka selama mereka berlatih tanjidor, mereka tidak pernah dipulangkan. Tetapi, sampai saat ini, A Mild tetap menduduki posisi pertama rokok "Mild" di Indonesia dengan omzet 10 miliar batang.[4] [5]

Daftar instrumen dalam orkes tanjidor

Referensi

  • Seni Musik SMP/MTs kelas VII, Sri Winarni, Piranti. 2007

Pranala luar