Mayor Jenderal Ibrahim Adjie lahir di Bogor , Jawa Barat pada Februari 1924 . Ia adalah Perwira Tinggi yang cukup berbakat , Ia adalah pemimpin pasukan Siliwangi yang menangkap Gembong DI / TII , Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo . Ia adalah Militer yang Soekarnois .

Ibrahim Adjie
Panglima Kodam III/Siliwangi
Masa jabatan
1960 – 1966
Sebelum
Pendahulu
R.A Kosasih
Pengganti
H.R Dharsono
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1924-02-{{{day}}})Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "{" tidak dikenal. Februari 1924
Bogor, Hindia Belanda
Meninggal2 Juli 1999(1999-07-02) (umur Error: Need valid year, month, day)Kesalahan ekspresi: Operator > tak terduga
Singapura Singapura
KebangsaanIndonesia
ProfesiTentara
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pada Masa Revolusi Fisik , Ia menjadi anggota pasukan Siliwangi yang melakukan long march karena Perjanjian Renville yang mengecilkan wilayah Indonesia tahun 1948 . Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat pada tahun 1949 , namun tak seindah yang diharapkan pada masa itu terjadi Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil , Darul Islam/Tentara Islam Indonesia , dan lainnya . Pada saat DI / TII masih mengacau , di tahun 1960 Ibrahim Adjie menjadi Panglima Kodam III/Siliwangi dan banyak Prestasi yang dihasilkannya , Ia menangkap Gembong DI /TII , Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 1962.

Namanya pernah Tercantum dalam Dewan Jenderal yang akan menjatuhkan Presiden Soekarno , Namanya tercantum sebagai Menteri / Panglima Angkatan Darat menggantikan Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjadi Wakil Perdana Menteri / Menteri Luar Negeri menurut isu Dewan Jenderal tersebut.

Pada tahun 1965 – 1966 tepatnya karena pergolakan politik yang disebabkan oleh Gerakan 30 September / PKI yang gagal . Maka , oleh Bung Karno ia diperintahkan untuk menjaga anak – anak Bung Karno dari ancaman teror saat pergolakan politik tersebut . Karena loyal kepada Soekarno , maka tahun 1966 , Soeharto menggantinya dengan Mayor Jenderal H.R Dharsono atau Pak Ton .


Saat Bung Karno lengser , maka , Soeharto menjinakannya dengan menjadikan Ia sebagai Duta Besar Indonesia untuk Inggris pada 19661970 . Setelah melepaskan jabatan Duta Besar untuk Marsekal Madya Rusmin Nurjadin , bekas Menteri / Panglima Angkatan Udara , ia aktif di bidang industri , Ia mendirikan PT . KDA dan telah membuat beberapa jalan dan jalan paling terkenal diantaranya jalan Trans Barelang sepanjang 54 km yang di dalamnya terdapat enam jembatan antarpulau yang dikerjakan pihak Otoritas Batam sehingga ia sangat terkenal oleh Masyarakat Batam .

Ia wafat di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura pada 1999 , Ia mengidap Stroke hingga akhir hayatnya .