Zaman Musim Semi dan Gugur

dinasti Cina

Zaman Musim Semi dan Gugur (Hanzi: 春秋時代, hanyu pinyin: chunqiu shidai, bahasa Inggris: Spring and Autumn Period) (770 SM - 476 SM) adalah sebuah zaman dalam penghujung Dinasti Zhou di Tiongkok. Zaman Musim Semi dan Gugur mendapat namanya karena nama sebuah buku terkenal dari zaman itu Chun Qiu yang artinya "Musim Semi dan Gugur".

Permulaan

Zaman Musim Semi dan Musim Gugur (Cun Ciu Ngo Pa) adalah sebuah roman klasik Tiongkok yang dinovelkan oleh Confusius (Kong Hu Cu), dan terjadi pada masa Dinasti Zhou(Chou/Ciu) pada tahun 722 SM - 481 SM. Roman klasik ini juga biasa disebut Zaman Lima Raja Besar Cun Ciu, karena pada masa itu terdapat 5 raja besar yang saling mencari pengaruh dan kekuatan, walaupun masih terdapat banyak negeri-negeri dan bangsa-bangsa kecil (sekitar 40-an) yang pada akhirnya satu persatu ditaklukkan atau ditarik kesalah satu pihak yang kuat, kelima raja negeri besar itu adalah Qi Huangong 齐桓公, Jin Wengong 晋文公, Chu Zhuangwang 楚庄王, Qin Mugong 秦穆公, dan Song Xianggong 宋襄公. Pada umumnya mereka masih mengakui kerajaan Zhou(Ciu), tetapi beberapa ada yang sudah tidak mengirimkan upeti.

Perseteruan Qi dan Chu

Dari lima negeri tersebut, negeri Qi(Cee) dan negeri Chu(Chow) adalah yang terkuat dan ditakuti. Negeri Qi menguasai negeri-negeri kecil dibagian utara dan negeri Chu menguasai negeri-negeri dibagian selatan. Cara penguasaan negeri Qi dan Chu berbeda, negeri Qi menggunakan cara memberikan bantuan kepada negeri-negeri kecil lain seperti menyelesaikan politik dalam negeri orang lain ataupun mencegah negeri lain dari serangan musuh negeri itu dan kemudian membuat perserikatan dengan menggunakan sistem "menjunjung Dewan Kerajaan Zhou(Ciu)" (pada puncaknya, perserikatan ini terdiri dari gabungan lebih dari 10 negeri) ,sedangkan negeri Couw menggunakan cara memberi terror dan ketakutan melalui kekuatan pasukannya yang membuat negeri-negeri kecil gentar, ngeri dan akhirnya takluk. Persaingan Qi - Chu semakin memuncak ketika kerjaan Zhou yang sebelumnya memihak negeri Qi kemudian berpindah pihak ke negeri Chu karena hasutan permaisuri kerajaan Zhou(Ciu). Kerajaan Ciu juga mengajak beberapa negeri yang sebelumnya memihak negeri Qi untuk bergabung dengan negeri Chu, seperti negara The yang mempunyai letak wilayah diantara negeri Qi dan Chu.

Kematian raja Qi membuat negeri Qi menjadi lemah

Ketika kematian raja Huan dari negeri Qi, kemudian negeri Qi menjadi lemah, juga terjadi perebuatan kekuasaan dan negeri Song ingin merebut menjadi ketua raja-raja muda menggntikan negeri Qi, tapi gagal karena negeri-negeri kecil masih mendukung negeri Chu. Pada akhirnya, negeri Chu karena sogokan negeri The kemudian menyerang negeri Song, kemudian negeri Song meminta bantuan kepada negeri Qin yang saat itu menjadi negeri yang sangat kuat setelah terjadi pergantian Kaisar. Negeri Qin bergabung dengan ketiga negari besar lainnya (Qi,Jin,Song) dan mengalahkan Chu.

Negeri Qin mengangkat diri menjadi Ketua perserikatan

Setelah memukul mundur negeri Chu. Raja dari negeri Qin mengumpulkan negeri Qi,Jin,Song dan 7 negeri-negeri kecil berkumpul di Kerajaan Zhou dengan maksud mengangkat dirinya menjadi pengganti raja Huan sebagai Ketua dari perserikatan raja-raja. Saat itu negeri The tidak hadir dalam pertemuan di kerajaan Zhou, sehingga raja Qin marah dan bersama-sama negeri Jin menyerang negeri The. The meminta bantuan kepada negeri Chu tetapi karena baru kalah perang, negeri Chu tidak mengirim pasukan bantuan. Akhirnya negeri The menggunakan taktik adu domba dengan mengirimkan surat kepada negeri Jin bahwa negeri Jin dan negeri Qin sekarang ini sama kuatnya, karena negeri The dekat dengan negeri Qin, maka The akan menjadi milik Qi dan negeri Qi akan menjadi lebih besar dan kuat, yang kemudian suatu waktu akan menyerang negeri Jin. Raja negeri Jin yang berhasil dihasut kemudian menarik pasukan kembali ke negerinya. Pada saat itu, negeri Chu mengirimkan surat perdamaian dengan negeri Qin. Setelah perdamaian antara 2 negeri paling besar pada saat itu yaitu Chu dan Qin, perang-perang berikutnya tidak lagi dianggap dalam skala besar. Peperangan berlanjut sampai kepada masa "Zaman Negara-Negara Berperang"


Tokoh - Tokoh

  • Raja Huan (mandarin: Cee Hoan Kong), Raja Muda yang paling besar pengaruhnya pada zaman ini dibanding Raja-raja muda lain. Dia berhasil menjadi ketua perserikatan raja-raja muda.
  • Guan Zhong (mandarin: Koan Tiong), penasihat dan ahli strategy negeri Qi. Namanya juga pernah disebutkan di cerita Samkok.
  • Baili Xi , perdana menteri negeri Qin